[ii].
.
.
.
Tapi kau harus berjanji, kau akan menungguku di sana, bersama ..Sarada,"
.
.
.
.
Tolong jangan katakan itu.
.
.
.
.
Sarada ditemani oleh malaikat, dia sedang menyaksikan kita di atas sana, kau harus percaya tempat terbaik untukku adalah bersamamu, di sini, di dunia ini, jangan menyerah kau harus tau janjiku adalah abadi, sekalipun rasanya sakit sekali, tidak apa-apa.
.
.
.
.
"Sasuke," semuanya gelap, suara Sakura pun tak bisa berhasil masuk ke indera pendengarannya lagi, yang jelas Sasuke masih berusaha memastikan apakah detak jantungnya masih berdetak, apakah dia masih bernapas, dia tak bisa tenang kali ini, ini terlalu lama, gelap ini terlalu menakutkan.
'Kau percaya tentang mimpi? Tentang kehidupan kedua?' samar-samar suara lain mulai memasuki sisi sepinya, suara itu terdengar sangat jauh, tapi Sasuke cukup ingat, tentang obrolan singkat itu, obrolan yang mampu membuat Sasuke jatuh cinta pada istrinya untuk pertama kalinya.
'Tidak,' dulu Sasuke menganggap istrinya sebagai salah satu perempuan pengganggu, menyebalkan dan berisik, dia selalu berusaha dengan keras untuk sekadar ingin berbicara berdua saja dengan Sasuke.
'Oke tidak usah percaya, cukup aku saja yang bermimpi dan nanti kita akan bertemu lagi di kehidupan kedua, sebagai dua manusia yang saling mencintai,' sebenarnya hanya ucapan sederhana saja, kata-kata penuh hayal yang tak berdasar, tapi entah kenapa Sasuke merasa tertarik, dia suka suara Sakura yang menyampaikan mimpinya itu, memangnya di kehidupan kedua Sasuke akan mencintai gadis ini? Dari seratus persen, mungkin hanya dua atau tiga persen saja.
'Kau pasti akan menganggapku terlalu percaya diri, tapi tetap saja aku yakin, kau dan aku ...akan bersama sampai akhir, walaupun bukan di dunia ini,' walaupun tak bisa melihatnya dengan jelas, Sasuke cukup yakin dia sedang tersenyum kali ini, ingatan itu entah mengapa terasa menyenangkan sekaligus menyedihkan dalam satu waktu yang sama, ada beberapa penyesalan yang terus saja mengukung hatinya yang lemah, andai saja dulu dia mendengarkan Sakura untuk berhenti merokok, untuk tak tidur terlalu larut, untuk tak terus-terusan menatap layar komputer, andai saja, mungkin kali ini dia masih tidur bersebelahan dengan Sakura, mendengarkan dia berbicara sambil tersenyum.
.
.
.
.
Maaf Sakura, maaf. Sungguh, penyesalan ini memang tak akan membawa aku kembali pada hari-hari itu, tapi yang jelas aku masih mau berjuang, hidup bersamamu sekali lagi, aku berjanji untuk hidup sehat, untuk mendengarkan semua nasihatmu yang dulu selalu ku abaikan, jangan menyerah Sakura, jangan lepaskan tanganku Sakura, ayo tuntut aku untuk sembuh lagi, aku tak suka kenyataan ini, aku tak suka kau merelakan aku pergi.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Akhir
FanfictionSampai akhirnya aku sadar, bahwa melepasmu adalah salah satu jalan terbaik. disclaimer : masashi kishimoto pict cr : to the artist