"Eh. Ngapain ke sini? Aku nggak buka obral akhir bulan." Sahut Sejin spontan begitu membuka pintu dan mendapati sosok pemuda familiar berdiri sambil menyunggingkan senyum lebar di hadapan. Ia sadar pilihan katanya barusan terdengar tidak sopan, bukan tipikal Lee Sejin ketika bertemu dengan klien atau pelanggan tetap di hari-hari biasa. Tapi ya ... bodo amat. Toh ini bukan jam kerja, dan pemuda tiang ini masih tidak jelas statusnya sebagai apa. Ia memang bukan orang asing, namun belum bisa juga disebut 'teman' atau 'kolega'. Mereka hanya bertemu beberapa kali di sunday market¹ dalam rangka jual beli dan basa-basi singkat. Fakta yang Sejin tangkap tentang pemuda tersebut paling-paling seputar: 1) namanya Lee Jinhyuk, 2) pegawai kantoran, 3) teman Kim Wooseok, dan 4) sangat menyukai marimong.
Ehm. Baiklah. Sejin menghargai keberaniannya saat mengaku 'jatuh hati' dan dedikasinya dalam mengoleksi serba-serbi maskot brand yang ia kembangkan sejak masa kuliah itu. Penggemar marimong yang Sejin tahu selama ini kebanyakan adalah gadis-gadis remaja yang suka mengoleksi dan memakai barang-barang lucu, ibu-ibu muda, atau teman-teman mainnya sendiri. Wajar kalau Sejin kaget ketika lapaknya didatangi Jinhyuk pertama kali - saat itu ia sedang berpakaian necis, komplit dengan jas, dasi dan pantofel, rambut yang berantakan terkena angin, disertai raut muka garang bercampur serius. Sejin kira ia punya tunggakan utang dari kreditan online yang sudah jatuh tempo, lalu Jinhyuk dikirim sebagai rentenir raja tega. Tapi ternyata? Ia malah mendapat 'pernyataan cinta' dan limpahan uang wangi (fyi, Jinhyuk memborong semua produk barunya).
Jujur ia belum pernah mendapatkan apresiasi sefrontal itu, dari seorang laki-laki yang baru berkenalan dengannya pula. Kalau laki-laki yang berada di lingkaran pertemanannya sih, Sejin tak ambil pusing. Mendapat pesan "Kak Sej kirim marimong baru dong ㅠㅠ" dari junior-juniornya di kampus dan komunitas adalah makanan sehari-hari. Begitu juga saat memergoki Seungyoun tidur sambil memeluk dan mengelus-elus boneka marimong berukuran jumbo, Sejin sampai bosan menggoda, "Youn ... kamu pengen punya bayi?"
Jadi kalau dibilang Jinhyuk membawa petaka dalam hidupnya, ya enggak. Justru sebaliknya, yang dilakukannya dari awal adalah sesuatu yang positif - membuatnya tersentuh, malah.
Lantas kenapa Sejin makin lama makin sensi tiap sosok Jinhyuk muncul dalam radius satu meter, seperti sekarang?
Hmm ...
Jadi begini. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Sejin ketika bertatapan dengan Jinhyuk sejak hari pertama. Sesuatu yang bisa membuatnya merenung selama berjam-jam dan kehilangan nafsu makan. Ia sudah memunculkan beberapa hipotesis awal, namun belum mau mengeksposnya ke permukaan, apalagi menceritakannya pada Seungyoun. Bukan rahasia penting atau aib yang bisa mencoreng nama baik gitu, sih, Sejin cuma tidak mau hipotesisnya menyebar kemana-mana sebelum terbukti secara nyata. Sampai momen pembuktian itu tiba, ia bertekad menyimpan hasil pengamatannya dalam diam dan memperlakukan Jinhyuk sebagaimana mestinya.
"Permisiii. Apa aku tak boleh main ke toko tanpa beli marimong?" tanya Jinhyuk, masih dengan senyum yang (kata Wooseok) bisa mengalahkan cerahnya matahari pagi. Sejin kira ia bukan termasuk golongan orang-orang yang gampang terjebak dalam binar mata Jinhyuk ketika menginginkan sesuatu, ternyata rasa sensinya bisa tiba-tiba luluh. Ya sudahlah. Mengusirnya setelah jauh-jauh datang ke toko juga akan menambah masalah dan memantik kecurigaan.
Sejin pun membuka pintunya lebih lebar dan mengisyaratkan tamu(tak diundang)nya itu untuk masuk dan duduk di salah satu kursi kecil yang tertata rapi di sudut ruangan. Sekali mengenal toko Sejin, pasti tahu kalau ada perlu selain jual beli dan pengajuan proposal, masuknya lewat pintu belakang. Bangunan yang disewa Sejin setahun selepas lulus kuliah ini memang tergolong kecil, tapi jiwa perfeksionis tetap mendorongnya untuk mengatur serapi dan seestetik mungkin, sampai-sampai ada directional signage² dan papan pengumuman dengan desain khusus yang diletakkannya di berbagai titik. Jadi baik pelanggan lama maupun pelanggan baru tak akan hilang arah saat mencari barang, toilet, atau 'kantor' pemilik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geng Tolak Jodoh : The Saga
Fanfiction[ Sejin, Seungyoun, Jinhyuk, Wooseok ] Sebuah prinsip: sebenarnya, cari kebahagiaan itu tak perlu jauh-jauh. © chimtozzi & vanderwood, 2019.