Sejin itu ... bukan lagi lemah dalam mengatur masalah keuangan. Ia benar-benar payah, sampai kadang harus melibatkan Seungyoun untuk mengevaluasi neraca bulanan dan menasihatinya perkara belanja. Lucu sekali. Dari sekian banyak orang yang ia kenal, tempat pelarian Sejin masih saja Seungyoun ini dan Seungyoun itu, padahal sehari-harinya Sejin suka meledek, berlagak meragukan kemampuan sahabatnya. Dibilang inkonsisten lah, muluk-muluk soal kerjaan lah, tapi di penghujung hari cuma Seungyoun yang punya kunci ganda toko Sejin dan tahu kata sandi apartemennya. Ia juga yang paling tahu bagaimana jatuh bangun Sejin sejak masa kuliah, berikut perjuangannya meyakinkan orangtua bahwa ia bisa mandiri, tak perlu disokong terus di berbagai sisi. Intinya, terlepas dari segala lika-liku hubungan pertemanan mereka, Sejin belum terpikir untuk mencari 'Seungyoun versi 2' — alias orang yang bisa ia percayai tanpa syarat dan tanpa pamrih.
Selama tiga tahun lebih berkutat dalam bisnis yang dikembangkannya sendiri pun, Sejin belum merasa butuh merekrut asisten. Bakal nambah pikiran dan tanggungjawab, katanya. Membiayai kehidupan sendiri saja sudah susah payah, apalagi membiayai dan menjamin kesejahteraan orang lain. Mungkin suatu saat, ketika perjalanan bisnisnya sudah stabil dan bisa diperluas ke daerah-daerah lain, ia akan membuka pendaftaran staf dan asisten profesional (yang bukan Seungyoun), baik di bidang produksi, penjualan, maupun promosi. Kapan suatu saat itu? Entahlah. Yang jelas tidak dalam waktu dekat.
Jadi, kalau hari ini mendadak ada seseorang yang bertanya apakah ia boleh menjadi manajer keuangannya … ya … Sejin bingung.
"Eh, jangan bilang Sejin udah punya manajer keuangan sendiri!" ujar Jinhyuk cepat-cepat, lebih pada dirinya sendiri, padahal Sejin belum sempat memberikan reaksi apapun untuk pertanyaan pertamanya. Ingin sih bilang langsung 'Dih, ogah!' — tapi kok kesannya judes sekali. Ia tidak mau citra publiknya jelek dan dicap pilih kasih pada pelanggan, jadi ia berusaha memberikan jawaban sepolitis mungkin pada lelaki di hadapannya ini. Jawaban aman yang tidak akan membuatnya terdengar seperti pemberi harapan palsu.
"Belum bisa jawab, untuk sekarang."
"O-oh. Iya." Secara mengejutkan, Jinhyuk ikut mengangguk-angguk setuju. Mungkin ia juga sadar telah mengajukan pertanyaan yang terlalu frontal; belum apa-apa sudah memberi pilihan ya atau tidak untuk posisi sekrusial manajer keuangan. Padahal masih ada 1001 hal-hal pokok yang harus didiskusikan. Seperti pertanyaan pertama Sejin misalnya, sudah tepat sasaran, sanggup memantik penjelasan panjang lebar pula:
"Baik. Apa yang membuatmu percaya diri bisa jadi manajer keuanganku?"
Permainan 10 pertanyaan pun akhirnya berubah menjadi sesi wawancara kerja. Tidak mau kehilangan momen (dan wibawa), Sejin cepat-cepat mengatur posisi, melipat tangan, mendongakkan kepala seperti bos-bos kantoran yang sedang menghakimi anak baru. Sebetulnya ia belum pernah mewawancarai maupun diwawancarai orang secara resmi (semua orang tahu Sejin ogah mendekati korporasi), tapi ia tahu banyak seluk-beluk wawancara berkat celotehan Seungyoun, dan kenalan-kenalannya yang sampai sekarang masih semangat 'eksplorasi', alias keluar-masuk demi menemukan pekerjaan yang cocok.
Omong-omong. Jinhyuk ini juga … bukannya sudah kerja di perusahaan tertentu … Ngapain nambah beban kerja sampingan. Kalau Seungyoun di sebelahnya saat ini, ia pasti sudah berbisik setengah horor, "Tidakkah lelaki ini … terlihat mencurigakan? jangan-jangan ia ingin menjebak, menguasai bisnismu … dengan dalih jadi manajer keuangan." — yang tentu saja akan membuat Sejin kepikiran berhari-hari. Lah, ini dia belum ngomong saja Sejin sudah kepikiran.
"Apa ya," Jinhyuk akhirnya buka suara setelah sejenak merenungi pertanyaan Sejin, "aku lulusan manajemen bisnis, punya pengetahuan tentang gerak dan tantangan sektor bisnis, termasuk startup yang sedang kamu kembangkan. Soal pengalaman, aku punya banyak koneksi dengan para profesional sejak kuliah, yang bisa diajak kerjasama sebagai partner promosi dan sponsor. Hmm, dulu beberapa kali ikut kompetisi dan memegang urusan keuangan. Sampai sekarang pun, meski aku bukan manajer keuangan utama di perusahaan, mereka selalu mempertimbangkan keputusan-keputusanku? Jalanku masih panjang, tapi aku yakin dalam beberapa tahun ke depan, ehm, bisa dapat promosi jabatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Geng Tolak Jodoh : The Saga
Fanfiction[ Sejin, Seungyoun, Jinhyuk, Wooseok ] Sebuah prinsip: sebenarnya, cari kebahagiaan itu tak perlu jauh-jauh. © chimtozzi & vanderwood, 2019.