Ada maupun tak ada, hidup tetap berjalan

7 1 0
                                    

     "Ya ampun! Mama kok ga bangunin aku sih?" Teriak Anita ketika ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 07.00, ia segera bergegas mengambil handuk dan mandi, memakai baju putih abu-abu nya, memasukkan buku kedalam tasnya, memakai sepatu dan mengambil roti selai yang disiapkan mamanya. "Mama kira sekarang hari minggu." Jawab mamanya sambil memasak. Anita berlari mengambil kunci motornya, dan menuju sekolah. Gerbang hampir di tutup, setelah Anita memarkirkan motornya, ia berlari dan untung saja ia tidak dihukum, sebelum masuk ke kelas, Anita berjalan ke toilet. Diperjalanan nya ia bertemu dengan sahabatnya, Maya. "Loh, tumben datang jam segini? Nangis sampe telat ya, galau banget kayaknya diputusin Juan." Maya bergurau sambil tertawa kecil. "Ih apaan sih?" Jawab kesal Anita. Ia merogoh-rogoh tas hitamnya. "May, kacamata ku ketinggalan may, gabisa liat papan dong aku, gara-gara telat bangun gini nih." Anita kesal sambil menggaruk-garuk kepalanya hingga rambutnya berantakan. "Yaudah, nanti liat soal punya ku aja, yuk masuk, sekarang pelajaran ppkn, si guru killer pak Toni, kena hukum nanti kita." "Yaudah deh." Mereka berjalan ke kelas dan menaruh tas. Anita menghela nafas panjang ketika ia melihat punggung lebar yang kini tak bisa ia peluk, yap, siapa lagi kalo bukan Juan. Juan adalah pemain basket sekolah, ia dikenal sebagai anak yang dingin, tipikal boyfriendable banget. Dan Anita adalah gadis teladan yang meraih juara umum disekolahan, ia juga memiliki suara yang merdu dan juga ia sering bermain gitar. Karena itu, Juan dan Anita adalah pasangan yang terkenal di sekolah. Hampir 1 sekolah mendukung hubungan mereka, bahkan guru-guru tau kalo mereka berpacaran. Tapi semua kandas, orang yang Anita sayangi selama ini, ternyata memiliki sifat egois yang luar biasa tinggi, tak heran Anita sering menangis karena Juan.

    "Pagi semua." Salam pak Toni ketika masuk ke kelas yang membuat lamunan Anita hancur. "Pagi pak." Ucap siswa siswa lain. "Hari ini bapak seharusnya mengajar 4 jam pelajaran, tapi hari ini bapak hanya bisa mengajar 1 jam, karena urusan keluarga yang harus diselesaikan." Anita dan Maya senang dan sontak mereka berkata "Yes." Sambil berbisik. "Anita, kamu potong rambut lagi?" Tanya pak Toni yang membuat Anita dan Maya kaget. "Hehe iya nih pak, panas." Jawab Anita sambil mengipaskan tangannya. "Bohong pak! Paling juga lagi sakit hati." Ucap Hani yang membuat seluruh isi kelas tertawa, namun tidak dengan Juan, ia melihat kebelakang, kearah Anita yang memiliki model rambut berbeda. Juan tau kebiasaan Anita yang membuat perhatian Juan terpancing ketika Hani mengatakan itu. Anita yang melihat Juan sontak kaget dan menundukkan mukanya dalam buku. "May, Juan ngeliat aku ya?" "Iya tuh, ngapain lagi dia ngeliat kamu Nit, udah dibuang gitu kamu, masih aja kayak gitu. Egois banget sih." Anita hanya terdiam sambil menyenggol lengan Maya, isyarat untuk diam.

"Gila, laper banget." Ucap maya setelah bel istirahat berbunyi. "Kantin yuk Nit, pengen beli bakso, sekalian tebar pesona." "Ih gamau, aku disini aja, sakit perut nih, pasti mau halangan deh." Jawab Anita sambil mengelus perutnya yang mulai kram. "Aku ke toilet dulu deh, mau pake pembalut." Anita dan Maya langsung bergegas keluar kelas. Setelah 8 menit berlalu, Anita kembali, namun Maya masih berada di kantin. Tamu bulanan ini terasa sangat menyiksa, muka Anita pucat, lemas, dan memang begini Anita saat ia kedatangan bulan merah. Ia mengambil jaketnya dan menjadikan jaket itu sebagai bantal, lalu ia tidur. "Nit, nit bangun." Ujar seseorang sambil menyentuh kepala Anita. "Eh, apa? Kenapa?." Masih setengah sadar, tiba-tiba obat pereda nyeri haid berada di atas mejanya. "Nih buat kamu, aku tau tanggal kamu haid." Anita melihat ke atas, betapa terkejutnya ketika yang memberikan obat itu ada Juan. "Kamu nggak perlu sok perhatian gitu ke aku, kamu boleh temenan sama aku, tapi harusnya kamu ngerti, kamu udah ninggalin aku, trus sikap mu kayak gini, sebenernya apa sih mau mu?" Ucap Anita membentak. Juan hanya terdiam dan pergi. Hari ini terasa sangat berat bagi Anita, entah apa yg membuatnya berat, namun bisa dibilang hari yang buruk.

     Maya berjalan sambil memegang Anita, perutnya kram, akhirnya Maya memutuskan mengambilkan motor maya dan menyuruh Maya duduk di bangku depan kelas 12. Yap, Anita dan Maya masih duduk di kelas 11. Anita hanya bisa mengelus perutnya yang kram sambil memejamkan matanya. "Kamu kenapa? Kok pucat banget mukanya?" Tanya seseorang yang sudah berdiri di depan Anita. "Biasa kak, sakit nya cewek." Anita menatap orang itu dari bawah keatas, ternyata ia adalah Ketua Osis, Kak Galih. "Yaudah, kamu mending ke uks aja sana ya." Sambil menepuk-nepuk pundak Anita. "Gaperlu kak, aku abis ini mau pulang kok." "Kamu emang kuat bawa motor sendirian?" Tanya kak galih. "Kuat kok kak, semoga." "Kalo gakuat nanti minta tolong ke temen aja atau kakak, nanti kakak anterin." Anita terkejut ketika sang ketua osis yang dikenal tegas dan galak bersikap lembut padanya. "Iya kak." Jawab singkat Anita. Setelah itu Maya datang dengan motor Anita. Anita pun segera beranjak dari kursi dan menyetir kembali ke rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekecil Titik CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang