"Dr. Beam, ada 3 pasien kecelakaan kerja. Mereka sudah ada di UGD."
"Oke," jawab Dr. Beam dengan setengah berlari.
"2 dokter sudah menangani 2 pasien. Sebetulnya ada 1 pasien dengan kondisi lebih parah dari 2 yang lain, tapi dia ngotot tak ingin di obati lebih dulu. Dia memaksa agar kami memeriksa 2 orang yang lain."
"Bagaimana kondisi mereka?".
"Mereka pekerja di proyek jalan layang dekat rumah sakit ini. Dari yang saya dengar, tadi ada bahan bangunan yang jatuh dan menimpa mereka."
"Lalu kenapa yang terluka parah hanya 1 orang?."
"Sebetulnya bahan bangunan itu jatuh ke arah 2 orang itu, tapi orang yang ngotot itu sempat mendorong mereka, jadi dialah yang terkena jatuhan bahan bangunan itu. Untung dia pake safety helmet, kalau tidak, entah apa yang terjadi."
"Oke, aku mengerti."
Dr. Beam langsung menghampiri ranjang yang tertutup tirai. Dari luar, dia masih mendengar ocehan pasien yang memaksa ingin melihat keadaan temannya.
"Kalau kau benar sudah mengurus anak buahku, kenapa kau melarangku melihat mereka hah?"
"Karena keadaan Tuan lebih parah dari mereka. Mereka sudah di pindah ke ruang perawatan. Kami tak bisa membiarkan anda keluar dari sini tanpa perawatan, tuan."
"Aku tak peduli. Cepat singkirkan tangan kalian!!! Aku harus memastikan kondisi mereka. Lepaskan!!!!"
"Biar aku yang tangani pa....."
"Beam"
"Forth"
Forth yang tadinya meronta dari pegangan beberapa perawat, seketika membeku saat melihat kedatangan dokter yang akan memeriksanya.
"Lepaskan pasien itu. Biar aku yang mengurusnya," ucap Dr. Beam tegas.
Walau ragu, akhirnya para perawat melepaskan tangan Forth dan segera meninggalkan bilik itu.
Dr. Beam tak bergerak, masih di tempatnya berdiri dan menunduk, tak berani menatap mata lelaki yang pernah dia tinggalkan tanpa pesan 3 tahun lalu.
"Kalau kau hanya mau berdiam diri di situ, sebaiknya aku mencari anak buahku."
Suara serak Forth menyadarkan lamunan Dr. Beam.
"Ah, maaf. Berbaringlah, aku akan memeriksamu."
Dr. Beam memeriksa sekujur tubuh Forth, tanpa sekalipun menatap mata Forth. Sedangkan Forth hampir tak berkedip menatap lelaki yang meninggalkan lubang kosong selama bertahun-tahun di hatinya.
"Kau terbuat dari apa, Forth. Setelah kejatuhan barang-barang seperti itu, tubuhmu masih baik-baik saja. Hanya sedikit luka dan memar," tanya Dr. Beam berusaha memecah kecanggungan.
"Dari besi. Sama seperti hatiku, Dok.ter.Be.am."
Dr. Beam yang sedang memplester luka di dahi Forth, membeku sesaat sebelum melanjutkan treatmentnya.
"Baiklah, sudah selesai. Aku akan meminta perawat untuk memindahkanmu ke ruang rawat. Kau harus di infus karena kau kekurangan cairan," ucap Dr. Beam, lalu beranjak meninggalkan Forth.
Belum sempat Dr. Beam membuka tirai, Forth mengucapkan kata-kata yang membuat langkahnya terhenti.
"Tak adakah yang ingin kau jelaskan padaku, Beamie?."
Beam menahan nyeri yang tiba-tiba menusuk hatinya. Beamie. Betapa dia sangat merindukan panggilan itu, tapi dia sadar kalau dia tak lagi berhak untuk itu. Tanpa berpaling, Beam meninggalkan Forth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Road 2 My Moon
FanfictionFF about 2 Moons 2. Bisa tentang Character or Real Cast nya.