Jaga Hati

231 42 9
                                        

Remang-remang lampu jalanan cukup menambah kesan menyeramkan di sepanjang rute yang ditempuh keduanya dari toko milik Byungchan, yang notabenenya memang jalur yang jarang dilalui dan sangat rahasia. Jarak dari toko tersebut ke tempat dimana Seungwoo memarkirkan mobilnya pun bisa dibilang cukup jauh.

Biasanya, jikalau mereka berdua memiliki waktu senggang, mereka terbiasa untuk memakai sepeda berdua. Menghabiskan waktu bersama, ditemani canda tawa pula konversasi yang tidak ada habisnya. Namun kali ini, mereka memutuskan untuk menggunakan kaki milik mereka berdua supaya intensitas waktu yang mereka habiskan lebih banyak.

Cagak milik keduanya mulai berhenti begitu Seungwoo membalikkan badannya secara tiba-tiba. Byungchan yang sedari tadi memperhatikan jalanan pun terkesiap, secara tak sengaja menubrukkan badannya ke dada bidang milik pemuda yang lebih tua. Kuasa Seungwoo mulai tergerak untuk memegang kedua bahu sang kekasih, pula menatap manik obsidian itu dengan intens.

Byungchan mengernyitkan alisnya sebab heran, "Hyung, kenapa, sih?"

Tangan Seungwoo merogoh gawai miliknya yang sempat ia simpan di saku celana. Tanpa berniat membalas pertanyaan yang ditujukan padanya, ia malah memilih untuk mengabadikan momen dimana Byungchan terlihat merengut sebal sebab pertanyaannya tidak dijawab oleh dirinya. Yang lebih tua mengulum senyum, tak bisa menahan kebahagiaannya kali ini karena berhasil menyimpan potret dari figur menggemaskan di depannya.

"Kenapa memotretku?!" protes si pemuda dengan cacat pipi itu tak terima. Kuasanya sibuk melayangkan pukulan pada lengan kekar milik Seungwoo, berusaha memberikan hadiah yang pantas akan tindakan jahil dari si pria penyemat marga Han itu. "Aku tahu aku tampan dan kau bangga memiliki kekasih dengan paras menakjubkan sepertiku. Tapi, kau tidak perlu memotretku untuk sekadar menunjukkan sisi jelekku ketika aku sedang tak siap dipotret, hyung!"

Kekehan mengalun dengan indah dari bibir milik yang lebih tua. Tak indahkan protes yang dilayangkan, pula memilih diam walau pukulan yang dihadiahkan sempat membuatnya mengeluarkan ringisan. Gawai yang berada dalam genggaman kembali ia masukkam ke tempat semula, saku celana; tempat dimana ia letakkan belati istimewa buatan tangan lentik milik kekasihnya sendiri.

Byungchan meremat ujung jas milik Seungwoo, membuat yang lebih tua lantas menoleh pula timbulkan kernyitan sebab bingung akan perangai sang kekasih. Gestur merajuk itu seakan tak bisa ditangkap oleh sinyal kepekaan seorang Han Seungwoo, membuat Byungchan melepas genggamannya pada jas itu dan menghela nafas panjang.

"Hapus fotoku." ujar Byungchan sambil mencebikkan bibirnya kesal. Matanya berbinar penuh harap, layangkan rengekan berusaha memohon agar keinginannya terkabul.

Seungwoo menggeleng tak mau. Perlahan ia rangkul bahu milik Byungchan agar si Choi mendekat, pula daratkan sebuah kecupan pada dahi yang lebih muda setelah ia membuka masker miliknya. Masker tersebut merupakan antisipasi Seungwoo agar identitasnya masih terjaga dengan baik. Walaupun, jas dengan maskernya terlihat tak serasi, identitas rahasianya masih perlu dijaga.

Kekehan geli pun sempat mengurai di sela-sela kecupan itu, membuat Byungchan semakin merengut tak suka. Kendatipun begitu, semburat merah tipis terlihat kontras pada durjanya.

Seungwoo menggeleng seakan tak peduli, “Tidak, sayang. Kau menggemaskan sekali dan aku tidak berniat untuk menghapus foto itu dari ponselku."

"Hyung! Ayolah, aku terlihat jelek disitu."

Yang lebih muda semakin gencar layangkan protes dengan melayangkan pukulan di lengan milik sang kekasih. Seungwoo tentu tak masalah akan pukulan yang diberikan, seakan terbiasa dengannya. Jemarinya bergerak perlahan ‘tuk gapai jemari Byungchan, berusaha mengurangi intensitas pukulan.

Sinner | seungchan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang