Eyes For You.

1.5K 172 8
                                    

Jam sembilan. Rimfire tak ada terdengar karena ponselnya mati. Ibunya meneriakkan angka itu dari luar kamarnya yang langsung membuat seorang pemuda melompat memasuki kamar mandi. Ia tak akan mandi, biar saja. Tadi malam ia mandi jam sepuluh an karena ketiduran sejak pulang dari sekolah.

"Aku pergi!" Tetsuya meninggalkan ibunya yang akan menyerahkan uang jajan.

Pertandingan dimulai dari jam sembilan dan ia masih di dalam taksi ketika jam di pergelangannya hampir sampai di angka delapan menuju dua belas dengan jarum pendek mendekati angka sepuluh.

Tetsuya berlari ke lapangan basket. Sorak-sorakan dari tiga sekolah memenuhi tempat itu ketika ia memasukinya. Sepertinya satu sekolah sudah gugur dan kini tersisa sekolahnya dengan lawan bebuyutannya. Pemuda itu itu kebingungan akan menempatkan bokongnya dimana. Semua kursi sudah penuh. Bahkan ada yang duduk di celah bar barisan kursi. Ia pun akhirnya melakukan hal yang sama, namun posisinya di bagian paling depan.

Berusaha mengabaikan keberadaannya yang tidak enak dipandang, Tetsuya mulai memfokuskan dirinya pada pertandingan. Matanya mengikuti pergerakan bola. Perpindahan bola yang otomatis membuatnya harus melihat Akashi sangat sering.

Akashi menguasai bola, melemparkannya, masuk dan sorakan terdengar. Begitu terus hingga pertandingan selesai dengan kemengan di tangan sekolahnya. Pelatih dan siswa-siswi dari sekolahnya sudah puluhan kali meneriakkan nama Akashi.

Tetsuya  bersabar menunggu Akashi  selesai dengan ucapan selamat atas kemenangannya. Akashi  memang dalang dari kemenangan mereka kali ini. Tetsuya  bahkan tak pernah berpikir jika ada yang lebih hebat dari Nijimura. Ternyata dia masih jauh dari kata hebat.  Tahun ini Nijimura akan lulus dan Akashi adalah calon terkuat untuk menggantikan posisinya . 

Baik bakat dan kecerdasan Akashi dapat menggantikan Nijimura dan  akan menjadi bintang baru dari sekolah mereka.  Kecuali sikap baik hati yang dimiliki Nijimura , Akashi tidak memilikinya . Tetsuya meringis.  Akashi memang dapat bersikap hormat pada para guru dan tidak mengancam keselamatan siswa lainnya jika tidak dipancing duluan  . Namun dia tidak mudah bergaul dengan orang lain .  Akashi cenderung dingin dan angkuh. 

.
.

Ia berhenti memikirkan tentang Akashi   saat dilihatnya Akashi memasuki kantin. Pria itu membeli air mineralnya lalu duduk di salah satu meja.

"Akashi-kun," sapa Tetsuya basa basi. Dari gelagatnya, ia merasakan aura negatif di sekelilingnya. Sepertinya dari Akashi. Dilihat dari cara pria itu menatapnya lalu membuang muka membuat Tetsuya yakin jika aura permusuhan itu berasal dari Akashi.

"Hm." Balas Akashi singkat.

"Caramu menjawab tidak seperti seseorang yang baru saja memenangkan pertandingan." Ujar Tetsuya.  Ia ingin tenggelam saja ke bawah meja melihat Akashi menatapnya tak berminat.

"Itu caraku menjawab seseorang yang menolak perasaanku." Akashi menjawab datar, membuat Tetsuya mati kutu.

"Aku tidak menolakmu." Bantah Tetsuya. Seingatnya iya hanya mengatakan 'Maaf' tanpa ada sambungan lagi.

Akashi  mendengus. "Ya kau menolakku " Ia akan beranjak meninggalkan pemuda  menyebalkan yang sudah menyita perhatiannya selama hampir setahun, namun tangannya diraih.

"Aku bangun  kesiangan. Akibatnya aku tidak sempat membuatkan sarapan yang kau minta. Aku juga tidak mau melewatkan pertandinganmu." Jelasnya. Ia mengeluarkan satu kotak berlogo salah satu junkfood  yang sudah menjamur dimana-mana. "Bisakah aku menggantinya dengan ini?" tanyanya ragu.

Akashi menyembunyikan senyumnya. Tangannya sudah gatal ingin mengacak rambut biru itu. Tapi rasanya ia ingin anak itu merasakan sedikit saja apa yang ia rasakan.

Eyes For You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang