black.01

63 3 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
     Gadis mungil itu berjalan pelan. Menatap jalanan didepannya dengan mata tajamnya yang sayu karna mengantuk dan lelah bekerja seharian.

Suara sepatu convers all Star miliknya bergesekan dengan jalanan, ia terlalu lelah untuk berjalan dengan sedikit mengangkat kakinya agar sepatu miliknya tak terlalu bergesekan dengan jalan.

Rambutnya yang tergerai panjang bergerak hampir sedikit tersibak angin seirama langkahnya yang memang sedikit gontai karna malas.

Meskipun cuaca malam ini sedikit dingin karna hujan yang baru turun, tak sedikitpun memunculkan niat sang gadis untuk bergegas pulang.

Bisa saja hujan kembali turun. Siapa yang tau di balik kelamnya langit malam itu tersimpan mendung bukan.

Gadis itu hanya sesekali merutuk ketika hidungnya tiba-tiba gatal karna bau tanah yang menguar akibat hujan pertama di pergantian musim.

Dia tidak suka ini, tidak akan pernah suka.

Selalu saja setiap pergantian musim ia akan terserang penyakit anak kecil. Ingusan dan batuk. But hey.. Itu bukan berarti dia berharap akan punya penyakit yang berat berat yang membuatnya memikirkan kalau dia akan mati. Big NO. Bukan itu tentu saja.

Dan sialnya dia hanya memakai switer tipis sebagai atasan, dan rok diatas lutut berwarna putih.

Kembali ia merutuk dan mendengus kesal. Kali ini pada angin yang tiba-tiba menerjang nya dari samping.

Musim hujan selalu membawa teman yang serasi untuk diajak berkeliling mengganti musim musim di bumi. Dan membuat orang sakit.

Lalu tak lama pemilik sepatu convers all Star hitam itu berhenti didepan sebuah pintu besar bergaya Eropa classic berwana hitam yang sudah sedikit memudar warnanya.

Ia memandang kosong pintu yang sudah tak terhitung berapa kali ia buka itu.

Hari ini, untuk pertama kalinya. Ada keraguan muncul untuk memasuki rumahnya sendiri.

Tidak. Sebenarnya sudah sejak beberapa hari yang lalu tepatnya..

Perasaan aneh yang kembali menyayatnya, pada hal yang sudah sejak lama ingin ia kubur dalam-dalam.

Membuat gadis itu sedikit enggan melangkah masuk meski itu rumahnya sendiri.

Tapi...

Pada akhirnya pintu itupun ia buka.

Hal pertama yang ia dapati adalah sebuah kegelapan yang sunyi.

Alisnya pun tertaut sembari melepas sepatu miliknya dan melemparnya asal pada rak sepatu disamping pintu, kemudian segera menekan sakelar lampu yang berada diatas rak sepatu dimana sakelar itu sejajar dengan kepalanya.

Ruang tengah pun terang oleh pencahayaan.

Dan hal pertama yang ia lihat adalah sosoknya yang tengah berdiri.

Menatapnya didekat gorden, ditemani kepulan asap dari sebatang rokok menyala yang ia hisap.

Sebuah pemandangan menyebalkan yang mulai biasa ia lihat.

"Sudah kubilang nyalakan lampunya"

Gadis berkuncir kuda itu menggerutu, menghampiri sofa untuk menaruh tasnya, kemudian beranjak menuju pantry.
Mengambil sebotol air lalu meneguknya kasar.

Sebuah kebiasaan sejak lama. Hal pertama yang ia lakukan ketika pulang adalah mengambil minum di kulkas.

Sosok didekat gorden itu hanya diam. Menghisap penuh makna nikotin ditangannya sembari memandangi gadis yang berada di pantry.

B.L.A.C.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang