Drei - Ineffable

4.7K 397 82
                                    

(Song by The Pretty Reckless - House On A Hill [acoustic ver])


Enisa sekarang berada di depan bangsal rawat inap paviliun Anggrek no 33, tempat Anissa dirawat.

Paviliun Anggrek merupakan bangsal rawat inap kelas II yang dimana pasien berbagi dengan 3 sampai 5 pasien lainnya dalam satu kamar. Walaupun tidak sebagus bangsal rawat kelas I namun jauh lebih manusiawi jika dibandingkan bangsal rawat kelas III yang satu ruangan besar bisa diisi hingga lebih dari 6 pasien sekaligus.

Saat Enisa akan mengetuk pintu kamar inap Anissa, sayup-sayup terdengar seperti orang bernyanyi.

Somewhere in the end of all this hate
There's a light ahead that shines into this grave
That's in the end of all this pain

In the night ahead, there's a light upon this house on a hill
Living, living still, their intention is to kill and they will, they will
But the children are doing fine, I think about them all the time
Until they drink the wine and they will, they will, they will🎶

Enisa tahu lagu apa yang dinyanyikan oleh Anissa kemudian ikut menyanyikan satu baitnya.

Somewhere in the end we're all insane
To think that light ahead will save us from this grave
That's in the end of all this pain🎶

Anissa terkaget tiba-tiba ada yang ikut bernyanyi dengannya Saat dia menoleh untuk melihat siapa orang itu dia semakin terkejut.

"Dok.. dokter?" ucap Anissa terkejut sambil terburu meletakkan gitarnya di samping ranjang.

Enisa tersenyum melihat keterkejutannya Anissa. Lucu sekali seperti anak kecil yang terciduk oleh ibunya belum tidur padahal sudah melewati jam tidurnya.

"Saya Enisa Lee yang akan menjadi dokter anda selama dirawat disini." Enisa memperkenalkan dirinya.

Anissa hanya bisa terbengong menatap Enisa, entah kagum karena diusianya yang masih muda sudah menjadi dokter atau lainnya, hanya Anissa dan Tuhan yang tahu.

"Hey kok malah bengong?"

'Bengong karena dokter pasti akan kelihatan lebih cantik tanpa kacamata jadul itu' plakk.. Anissa menampar kewarasan dan jawaban bodoh di kepalanya.

Akhirnya Anissa hanya menyengir saja pada Enisa.

"Suka sama The Pretty Reckless?" Tanya Enisa sambil mengeluarkan alat periksanya.

"Erm.. iya dok, sejak SMA kelas 1," jawab Anissa gugup.

"Tidak perlu gugup begitu, saya enggak gigit kok," canda Enisa berusaha mencairkan suasana. "Saya juga suka The Pretty Reckless, apalagi yang My Medicine sama Miss Nothing itu favorit saya saat mengerjakan Tugas Akhir."

"Pilihan yang bagus, dok. Tapi yang paling aku suka House On A Hill dan Just Tonight."

"Terlihat kok dari cara bernyanyi kamu tadi, sangat menghayati lagunya." Anissa yang dipuji menjadi melting.

"Ayo buka bagian atas bajunya sedikit, saya mau periksa sebentar." Enisa mengeluarkan peralatan periksanya.

"Tapi tadi sudah sempat diperiksa sama perawat." Anissa heran kenapa diperiksa lagi diwaktu yang berdekatan.

"Hanya untuk membandingkan saja apakah ada perubahan kondisi atau tidak, lagipula untuk alasan yang personal, kamu adalah pasien pertama saya jadi saya ingin memiliki catatan awal yang saya ambil sendiri."

Anissa hanya ber-oh saja. "Jadi aku istimewa dong, dok?"

"Iya kamu istimewa, nona pasien pertamanya dokter Enisa." Anissa tertawa mendengar sebutan untuk dirinya yang dilontarkan oleh Enisa.

FrauEn (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang