Fünf - Hyperthermia

4.6K 357 169
                                    

Song by
Young the Giant - Heat of the Summer





Tidak terasa sebulan sudah Enisa koas di Yogyakarta. Tinggal jauh dari keluarga membuatnya terlatih untuk menjadi mandiri. Sebenarnya waktu kuliah di Manado pun Enisa sudah tinggal sendiri tetapi keluarganya yang tinggal di Tomohon membuatnya tetap merasa dekat.

Setelah 3 minggu berada di stase THT dan ujian stase. Akhirnya Enisa bisa melanjutkan ke stase berikutnya yaitu stase Neurologi atau stase Syaraf. Stase yang cukup padat dan melelahkan karena di stase ini sudah ada jam jaga malam.

Seminggu di stase neuro membuat jam tidur Enisa menjadi berantakan. Hari ini berangkat pagi, pulangnya sore keesokan harinya. 34 jam di rumah sakit.

Tapi di stase inilah kepopuleran Enisa dimata pasien dan keluarganya mulai merangkak naik. Bayangkan saja dengan wajah khas perempuan-perempuan Minahasa dan juga dirinya yang separuh Korea, membuat Enisa tetap terlihat shinning, shimmering, splendid walaupun sudah begadang selama hampir dua hari.

Oiya apakah saya sudah pernah bilang kalau Enisa itu mixed? Kalau belum baiklah akan saya jelaskan secara singkat.

Enisa Octaviani Lee lahir dan besar di Tomohon, Sulut. Anak pertama dari 3 bersaudara. Ayahnya, Jonathan Lee (Lee Jaehyun), adalah keturunan Korea yang telah lama tinggal di Tomohon. Sedangkan ibunya, Maria Yoelitta Karisoh, berdarah asli Minahasa. Kedua adiknya bernama Kristania Noella Lee dan Agastya Leonard Lee.

Jadi saat darah Minahasa bercampur dengan darah Korea maka akan menghasilkan Enisa yang sangat wow, ya walaupun cara berpenampilan Enisa saat ini sangat jauh bila harus dikatakan wow sih. Kacamata bulat, pakaian kebesaran, dan rambut kuncir kuda yang selalu diikat asal-asalan, tak pernah lepas dari kesehariannya.

Sudah segitu saja review tentang Enisa dan gen superiornya. Mari kita kembali ke cerita koasnya Enisa.

.
.

Setelah seminggu di-stase Neuro akhirnya Enisa mendapatkan libur sehari. Sebuah hari libur yang bagaikan oase ditengah kegersangan jadwal tidur Enisa yang amburadul. Tidur selama satu hari penuh adalah hal yang sangat didambakan oleh Enisa.

Namun hal tersebut tinggallah harap yang tak pernah jadi kenyataan, karena sekarang disinilah Enisa berada, dipinggir sebuah lapangan sepakbola.

Kenapa Enisa bisa berada dipinggir sebuah lapangan sepakbola?

Semuanya gara-gara ulah perawat Arum. Enisa dan perawat Arum mendapatkan jadwal libur yang bersamaan maka dari itu perawat Arum mengajak Enisa untuk berolahraga sore di taman dekat kosan Enisa. Padahal itu semua hanyalah tipu muslihat dari perawat Arum supaya ditemani menonton kekasihnya yang tengah bertanding.

Enisa tidak kuasa untuk menolak karena perawat Arum adalah satu-satunya orang yang selalu berada disamping Enisa saat polemik kasus Anafilaksis yang lalu.

"Ini pertandingan masih lama mulainya? Boleh aku tidur dulu di kos nanti kalau sudah mulai kamu telepon supaya aku kesini?" Protes Enisa yang merasa sangat ngantuk. Mana sore ini terasa cukup gerah pula karena dipuncak musim kemarau.

"Enak saja, ingat kamu sudah janji mau menemani dari awal sampai akhir," ucap perawat Arum.

"Iya-iya, tapi inikan belum mulai pertandingannya."

"Tunggu sebentar lagi juga mulai. Itu pemainnya sudah mulai pemanasan," tunjuk perawat Arum ke arah lapangan.

Enisa melihat kearah lapangan. Akhirnya tim kekasihnya Arum akan segera bertanding, lebih cepat dimulai maka lebih cepat pula selesai, dan akan lebih cepat pula dirinya untuk tidur cantik.

FrauEn (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang