Pertemuan 2

22 9 2
                                    


Adzan Maghrib berkumandang di malam yang sunyi. Masyarakat sekitar berbondong-bondong ke Masjid Al-Anwar. Begitu juga dengan Kira dan Mira. Kira memutuskan untuk menginap di rumah Mira.

"Masjid nya jauh lagi, enggak? Capek nih" Kira mendumel dan berhenti.

"Sebentar lagi sampai kok. Tuh kan udah nampak masjid nya"Mira menunjukkan Masjid Al-Anwar yang megah.

"Yuk jalan lagi" Ajak Mira dan Kira langsung bersemangat saat melihat Masjid.

Mereka kembali melangkah, tetapi berhenti saat beberapa anak menghampiri mereka seraya berkata,"Kakaaak"

Anak-anak tersebut langsung mengerumuni Mira. Raut wajah bahagia terpancar dari wajah anak-anak tersebut.

"Hai adek-adek. Jangan lari-lari nanti jatuh" Mira mengelus lembut rambut anak-anak.

"Kakak main yuk" Tangan Mira di tarik menuju Masjid, salah satu dari mereka bahkan minta di gendong.

"Aku di tinggal nih, hm" Kira menggembungkan pipi dan berjalan lebih cepat dari Mira dan anak-anak.

"Yaelah, ngambek dianya" Mira hanya menggeleng kan kepala melihat tingkah laku Kira yang seperti anak kecil.

Kira mendumel di dalam Masjid. Bahkan tangannya kini menyilang di dada. Mira menghampiri Kira setelah bermain cukup lama dengan anak-anak.

"Masih ngambek nih ceritanya" Mira malah menggoda seraya mencolek pipi chubby milik Kira.

"Enggak tahu. Kamu kok bisa dekat banget sama adek-adek itu?" Tanya Kira penasaran.

"Enggak tahu. Mungkin jiwa keibuan saya muncul" Jawab Mira asal.

"Yaelah... Kalau gitu nikah muda aja gih, kan udah keluar jiwa keibuannya" Ledek Kira seraya tertawa terbahak-bahak.

"Ya, kak Mira mau nikah muda sama Ustadz Karim" Ucap Anak kecil memakai jilbab instan berwarna putih yang kini duduk di pangkuan Mira.

"Cieee... Sama ustadz muda  pulak nikah muda nya. Saya tunggu yah undangan nya" Kira semakin meledek Mira. Puas rasanya...

"Ada-ada aja kamu, Kira. Lagipula saya enggak kenal sama yang namanya Ustadz Karim. Memangnya siapa Ustadz itu?" Tanya Mira seraya mengelus kepala anak kecil yang tertutupi jilbab.

"Ustadz Karim itu guru ngaji kami, kak" Jawab anak kecil itu dengan menampilkan senyuman yang lebar.

Mira hanya tersenyum kecil menanggapi jawaban anak kecil itu.

Lantunan ayat suci keluar dari suara sang imam dengan begitu merdu. Membuat siapapun akan merasa tenang mendengar kan suaranya dan ingin terus menerus mendengar kan, seperti kecanduan. Entah kenapa jantung milik Mira memompa dua kali lebih cepat seolah-olah sedang ada pesta di dalam sana.

Setelah selesai Mira dan Kira memutuskan untuk mengerjakan pr di rumah Mira. Tapi, hal itu terhalangi dengan anak kecil yang memohon kepada Mira untuk menemaninya mengaji.

"Kak Mira mau yah? Please?!!" Mata anak kecil itu begitu bulat dan penuh pengharapan.

Mira menghela nafas, lalu menjawab "Oke kakak mau. Sekarang ngaji yah" Jawaban Mira membuat anak kecil itu kegirangan bukan main.

"Ayo kak" Anak kecil itu menarik tangan Mira hingga akhirnya mereka duduk di depan salah seorang ustadz muda.

"Kak bentar yah. Soalnya harus ngantri. Ganti-gantian gitu" Mira mengangguk kecil.

Seraya menunggu, Mira dan Kira berbincang dengan berbagai topik. Tetapi perbincangan mereka terhenti saat sang Ustadz yang sudah berumur memarahi segerombolan anak-anak yang berlarian di Masjid.

"Jangan lari-lari! Nanti kalau jatuh nangis. Kalau sudah siap ngaji lebih baik pulang. Jangan buat keributan di Masjid. Ini rumah Allah. Ngerti?!" Anak-anak itu menunduk seraya mengangguk kecil. Pasti anak-anak itu ketakutan.

"Ya ustadz. Kami pamit pulang dulu. Assalamualaikum" Anak-anak itu mencium punggung tangan sang Ustadz satu persatu.

"Kasihan yah anak-anak itu" Bisik Mira pelan di telinga Kira. Kira pun mengangguk setuju.

"Yang dilakukan Ustadz itu sudah benar kok. Mereka pantas mendapatkan nya" Kira dan Mita menoleh ke asal suara.

Ternyata Ustadz di depan mereka lah yang mengatakan nya. "Tapi, seharusnya di nasihatin nya lebih lembut lagi. Mereka itu masih kecil" Sanggah Mira dengan cepat.

"Itu lebih baik daripada Ustadz itu main kasar" Skak mat. Mira memilih diam.

Ustadz itu tersenyum smirk saat gadis di depannya tak menyanggah perkataan nya lagi.

Kira dan Mira memilih untuk kembali mengobrol. Berbagai topik yang mereka bicarakan.

"Kira, kok Ustadz itu dari tadi liatin kamu terus" Mira menoleh ke arah sang Ustadz.

Pandangan mereka bertemu. Entah kenapa Mira tak bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Pandangan nya hanya tertuju  kepada sang Ustadz. Pandangan mereka benar-benar terkunci. Seolah-olah hanya mereka berdua yang ada di sini.

"Mira, istighfar! Itu zina mata!" Kira menegur Mira seraya menepuk pundak nya.

"Huh?" Mira menoleh kearah Kira.

"Itu zina mata. Cepat istighfar. Ustadz itu pun genit banget, terus-terusan liatin kamu" Gerutu Kira. Kira kini menatap tajam ke arah sang Ustadz. Tapi, Ustadz itu tak memperdulikan. Yang kini menarik perhatiannya hanyalah gadis satunya lagi.

"Astaghfirullah" Mira berulang kali ber-istighfar.

Tanpa mereka sadari sang Ustadz tersenyum kecil melihat tingkah laku gadis di depannya. "Dia lucu".
...
"Capek" Gerutu Mira dan Kira yang kini berbaring di ranjang dengan motif Doraemon. Mereka baru saja selesai mengerjakan tugas.

"Saya seneng bangeeeett!!" Teriak Kira lalu tertawa dengan puasnya.

"Kamu lagi nggak demam,kan? Aneh banget" Mira menempelkan tangannya ke dahi kira. "Enggak panas tapi kok kayak Gilak gitu. Kenapa sih?" Tanya Mira dengan penasaran.

"Kepo" Jawab Kira dengan cepat.

"Yaelah. Nggak seru kamu" Mira menggembung kan pipinya. Yang kini sudah mirip seperti bakpao.

"Hehehe... Bercanda. Saya seneng banget karena...."Kira sengaja menggantungkan kalimatnya. Ingin menjahili sahabatnya.

"Karena?" Alis kanan Mira naik ke atas.

"Karena saya bisa jumpa sama seseorang yang buat saya kagum" Jawaban Kira berhasil m membuat Mira terkejut. Bahkan kini posisinya menjadi duduk.

"Seriusan? Siapa? Kok saya enggak tahu"

"Kepoo....hu..." Mira mendengus kesal.

"Yaelah tuh yang hatinya lagi berbunga-bunga. Apalah diri saya ini yang belum menemukan tambatan hati" Ucap Mira lebay yang berhasil membuat Kira tertawa terbahak- bahak.

Kira POV
Aku tidak bisa membayangkan semua ini. Aku masih terus bertanya-tanya siapa orang itu? (Back to pertemuan1). Orang yang berhasil membuatku jatuh hati padanya dalam pandangan pertama. Apa aku bisa bertemu dengannya lagi? Jika bisa, kuharap di pertemuan selanjutnya aku bisa berkenalan dengannya.

Mira POV
Jujur, aku risih di lihatin terus sama Ustadz aneh itu. Tapi, entah kenapa rasa penasaran akan dirinya muncul di benak ini. Ah, sudah lah Mira. Aku tak ingin gila seperti Kira saat ini. Yang gila akan cinta.

"Hasrat penasaran
akan seseorang membuatnya mencintai dalam diam"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear,AkhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang