Aku sedikit terkejut mendapati diriku sendiri tidak merasa terlalu mengantuk. Dengan perjalanan yang melelahkan—yah, walaupun menggunakan kereta 'supercepat'. Tetap saja, dua jam berdiri di dalam kereta yang penuh sesak tidak akan pernah terasa nyaman.
Kumatikan televisi yang sudah sekian lama berdengung. Waktu penyiaran sudah habis tepat tengah malam tadi. Dua menit lalu. Kuputuskan untuk mandi saja. Aku melangkah ke dapur lagi, mengambil gelas lagi, dan menuangkan air minum lagi.
Aku sangat kelelahan, dan kupikir berdiri di bawah guyuran air hangat akan membantuku tidur lebih baik. Segera kunyalakan keran yang mengalirkan air ke shower dinding. Ah, benar-benar nyaman. Hariku sebenarnya tidak sekacau yang kupikirkan. Tidak. Aku hanya kelelahan.
"Bernapas, buang semua pikiran yang tidak perlu,"
Aku memiliki kebiasaan untuk mensugesti diri sendiri. Aku pernah membaca bahwa pikiranmu sangat-sangat kuat sehingga jika kau mau, kau bahkan bisa memecahkan gelas dengan pikiranmu tanpa menyentuhnya secara fisik. Kuulangi terus 'mantra' yang kuciptakan sambil masih berada di bawah pancuran air hangat.
Dug. Dug.
Reflek aku membuka mata dan mengernyitkan dahi. Ada orang di sana?
Satu detik. Dua detik. Lima detik penuh berlalu. Aku memejamkan mata lagi. "Bernapas, buang se—"
Dug. Dug.
Kukira aku mendengar suara ketukan pintu apartemenku. Atau itu guncangan otakku yang mulai tidak beres?
Dug. Dug. Dug.
Suara itu datang lagi, menggedor dengan cukup cepat sekarang.
Aku tidak tahu siapa orang usil yang berani mengetuk di tengah malam seperti ini. Dengan melilitkan handuk di pinggang, aku berjalan cepat menuju ruang tamu. Lewat kaca kecil yang ada di pintuku, kucoba melihat ke arah luar. Kosong. Benar-benar orang usil. Aku berniat kembali kamar mandi untuk membilas tubuhku, sebelum ketukan itu datang lagi. Kena kau! Dengan setengah berlari aku langsung membuka pintuku untuk memergoki seseorang sialan yang mengacau. Kosong.
Melongok sekali lagi ke luar, aku merasa seperti kura-kura yang mengawasi lingkungan sekitar dari balik cangkang. Aku merasa bodoh, akhirnya kututup kembali pintu dan aku berjalan menuju kamar mandi.
***
Aku masih merasa dongkol dengan kejadian beberapa waktu lalu. Beberapa kemungkinan sempat terlintas, termasuk hantu. Hantu. Oh, aku tertawa keras-keras saat pikiran itu muncul. Bagaimana bisa kau percaya pada hantu, bodoh? Membayangkannya ada saja sudah membuatku merasa konyol.
Lalu bagaimana jika hantu memang ada dan dia yang mengetuk pintuku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjumpaan dengan Tuhan dan 11 Antek-antekNya
SpiritualTuhan berjalan mengendap-endap menghampiriku di suatu malam. Aku bertemu denganNya di malam yang kurang tepat dan aku berjanji akan menemuinya lagi. Alih-alih meninggalkanku sendiri, Dia meninggalkanku bersama sebelas antek-anteknya. Satu persatu, b...