4. Pokoknya harus!

1.6K 229 31
                                    


.

.

Jungkook sampai dirumahnya dengan perasaan yang kesal, dia kesal karena luluh begitu saja pada seorang Park Jimin. Harapannya yang bisa segera beristirahat sampai rumah pun tidak bisa terealisasikan. Moodnya bertambah memburuk sebab sang Ibu menyinggung perihal hubungannya dengan sang Ayah.

"Tadi Papa kamu telpon ke Mama, katanya ingin bertemu." Kernyitan yang kentara langsung terlihat jelas saat sang Ibu menyelesaikan kalimatnya.

"Aku sudah bilang, jangan berhubungan lagi dengan pria itu!" Sentak Jungkook lalu berjalan dengan tergesa menuju kamarnya di lantai atas.

"Tentu Mama tidak, tapi dia adalah Ayah kandungmu Jungkook. Tidak ada yang namanya mantan anak." Ucapan sang Ibu membuatnya terhenti di anak tangga. Rahangnya terlihat mengeras serta kedua tangan yang mengepal.

"Bagiku dia sudah lama mati, jangan bahas ini lagi kalau hanya bisa membuat kita bertengkar Ma." Nadanya begitu datar, ekspresinya pun kosong dengan binar mata penuh kebencian. Hanya saja sang Ibu tidak melihat bagaimana ekspresi Jungkook, karena pemuda itu mengatakannya tanpa menoleh.

Kim Sohyun, Ibunda dari Jungkook itu hanya menatap nanar punggung anak satu-satunya yang semakin menjauh menuju lantai atas.

.

.

Jungkook menutup pintunya dengan pelan, bersandar paada daun pintu dengan wajah yang menengadah ke atas.

"Pria sialan itu selalu saja membuat aku bertengkar dengan Mama." Bisiknya dengan lirih, dengan kedua tangan yang mengusap wajahnya dengan kasar.

Jungkook tidak menyukai Ayahnya, bukan sekedar perasaan benci lagi yang tertanam di hati pemuda itu. Kecewa, kesedihan, dan merasa terkhianati menjadi satu. Membuat lubang begitu besar pada hati Jungkook. Mendengar nama Ayahnya disunggung pun amarahnya mudah tersulut.

Bukannya Jungkook anak durhaka karena menganggap Ayahnya sudah mati. Tidak akan ada asap kalau tidak ada api bukan?

.

.

"Tuan Muda, kemarin Nyonya menyinggung les yang tidak di hadiri Tuan Muda selama seminggu lewat telpon. Saya ditegur Sekretaris Jung pagi ini." Ujar Pak Song, supir keluarga Park memulai kata setelah keheningan yang cukup lama di dalam mobil.

Jimin membulatkan matanya kemudian menyipitkan matanya dengan menatap Pak Song tajam yang justru terlihat lucu.

"Pak Song mengadukannya pada Mama ya?!" Tuduh pemuda itu yang hanya di tanggapi senyuman tipis oleh sang supir.

"Tentu saja tidak, bukankah saya selalu berpihak pada Tuan Muda?" Ujar Pak Song dengan nada bergurau.

Ah benar juga, selama ini Pak Song selalu membantunya dalam menutupi kesalahan atau dosa Park Jimin dari orangtuanya.

"Lalu, bagaimana bisa Mama tahu? Kan Mama dan Papa ada di luar negeri." Jimin menggerutu pelan yang masih bisa di dengar oleh Pak Song.

"Tuan muda seperti tidak tahu saja bagaimana sifat Nyonya." Ujar lelaki paruh baya itu yang seketika membuat raut wajah Jimin menjadi datar.

Love Me! [KOOKMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang