Sudah hampir 2 bulan ini Chaeyoung tak lagi menonton 3RACHA. Changbin, tanpa mau berbohong, sedih.
Wajah Chaeyoung terbayang di pikiran Changbin. Galaknya, tatapan cuek dan tajamnya, termasuk senyumnya, dan wajah sedihnya malam itu.
Malam yang ajaib, menurut Changbin. Hanya dalam beberapa jam, ia menyaksikan mata berbinar Chaeyoung yang berhasil menonton acara musik sampai akhir, juga mata sendu Chaeyoung setelah ayahnya menjodohkannya dengan Changbin.
Semoga dia nggak kenapa-napa, sih. Pikir Changbin.
"Gue yakin banget dia menghindar," kata Changbin pada Jisung, gitaris band-nya.
Jisung tertawa. "Ya iya lah," katanya. "Mana mau orang dijodohin jaman sekarang, mah."
Changbin mengangguk sambil menyesap Americano-nya. "Gue mau sih. Cari cewe ribet," katanya sambil tergelak.
"Halah! Nggak ada bangganya, dong?" tepis Jisung.
"Sama Chaeyoung mau nggak bangga gimana," kata Changbin. "Orang yang bikin kalimat 'di dunia ini nggak ada yang sempurna' itu nggak kenal Chaeyoung."
"GELI!" seru Jisung. "Bucin. Ya, maksud gue lu jadi nggak ada perjuangannya dapetin dia. Langsung dikasih gitu aja."
"Apaan sih kok kayak barang gitu. Kalau emang sama-sama mau, ya kenapa harus dipersulit sih? Bagus dong kalau didukung semesta. Cia." Changbin tertawa terbahak-bahak.
"Jujur, lo seneng kan waktu disuruh tunangan sama Chaeyoung?" tanya Jisung serius.
Changbin mengangguk pelan. "Iyalah. By the way, harusnya 'Kak' Chaeyoung."
Jisung memutar matanya. "Bodo amat sih kan gue nggak kenal," katanya. "Kenapa lo berantemin mulu sih kalo lo suka sama dia, hah?"
"Mana ada sih gue berantemin. Dianya yang mulai duluan, gue cuma nanggepin." Changbin membela dirinya.
"Manggil pendek, macan garong, itu bukan nanggepin, tapi mancing." Han melempar bungkus permen pada orang yang lebih tua tersebut.
"Itu panggilan sayang," kata Changbin.
"Cie, sayang siapa?" Chaeyoung menarik kursi di samping Changbin dan langsung menjatuhkan dirinya.
Chaangbin sedikit terlonjak ketika melihat Chaeyoung yang setelahnya meletakkan buku-buku tebal di atas meja. "Ah, capek banget. Panas banget di luar." Tangannya sibuk mengipas. Ia mengikat rambutnya asal, agar sekitar lehernya dapat setidaknya bernapas.
Changbin dan Jisung menatap perempuan manis itu dengan bingung.
"Jisung! Mana Kak Chan?" tanyanya pada si gitaris.
"Kak Chan masih kelas," sambar Changbin.
"Kak Chan kuliah juga ya?" tanya Chaeyoung. Ia merapihkan buku-bukunya.
"Anak kedokteran, lho," kata Changbin.
Chaeyoung terbelalak. "Yang bener?! Idaman banget!" Matanya berbinar sambil tersenyum lebar. "Pesen makan ah," ucapnya antusias.
Changbin menatap Chaeyoung. Wajahnya tidak berubah. Pipi beserta ronanya masih disana. Mata bulatnya juga masih disana.
"Apaan sih liatnya gitu amat?!" Chaeyoung menoleh sambil mengerutkan alisnya.
Changbin mendenguskan tawa. Galaknya juga masih ada.
"Lo abis ngilang dua bulan, dateng-dateng kayak nggak ada apa-apa," kata Changbin.
"Iya, ada yang kangen tuh," sambar Jisung. Changbin menendang kaki Jisung di bawah meja sambil melotot.
Chaeyoung tersenyum. "Gue abis ribet UTS sama main ke Aussie," katanya.
YOU ARE READING
One in A Million / Changbin Chaeyoung
RandomDari saling menjauh, jadi saling mendukung.