One

303 11 2
                                    

DIVE INTO YOU

“Yaa… benar-benar, kalian ini memang tidak becus mengurus masalah sekecil ini.”

Suara cempreng khas pemilik toko Bunga Floris decoration terdengar begitu membahana hari ini.

“Lihat, pelanggan ku mengembalikan semua bunga ini karena kalian tidak becus melayani pesanan mereka.” Lanjutnya dengan ekspresi kesal. Ia terlihat mengerutkan alis dan sedikit membuka mata sipit khas orang Chinese nya.

Terlihat 2 orang wanita muda berdiri di depan pemilik toko yang sedang duduk di kursi kasir sambil memaki keduannya. Mereka hanya bisa tertunduk diam mendengar bos nya marah-marah sejak 15 menit yang lalu itu.

Tak ada satu pun dari keduanya yang berani melihat wajah marah pemilik toko itu.

Disela kemarahannya, salah satu wanita dengan baju berwarna kuning cerah mulai menanggapi ocehan si pemillik toko.

“Ta… tapi bibi Cha, Lunna lah yang salah menambahkan  semua mawar merah itu kedalam bouquet nya.” Ucap nya sambil melirik tajam wanita berbaju putih di samping kanannya.

Mendengar penjelasan temannya, wanita yang di panggil Lunna itu seketika menoleh kesebelah kirinya seakan tak percaya apa yang sudah di katakana teman kerja nya itu.

“Hah? Bukan kah kau yang bilang aku harus menambahkan mawar merah itu?” Sanggahnya tak mau kalah.

“Tapi, salah kau sendiri tidak mengecek pesannya lagi.” Bela si wanita berbaju kuning itu.

“Apa? Kau sendiri yang bilang aku hanya perlu mengikuti perintah mu kan? Jangankan mengecek. Sekedar mengetahui siapa nama pelanggan saja tidak boleh.” Lunna kembali melayangkan pembelaannya.

Karena memang benar, hari itu Lyra -wanita berbaju kuning itu- tidak memperbolehkannya melihat daftar pesanan buoquet.

“Yaaa… ke.. kenapa kau seolah mengatakan aku tidak becus mengurus pesanan itu?” Jawab Lyra dengan tergagap, seolah apa yang dikatakan Lunna memang benar.

Melihat kedua anak buahnya saling menyalahkan satu sama lain, bibi Cha semakin naik pitam.

Braaakk

Kedua wanita muda yang sedang beradu mulut itu seketika tersentak mendengar gebrakan meja di depannya.

“Kaaliiaaaaaaaaaaaaaaaaan. Cepat bereskan semua ini.” Suara cempreng bibi Cha begitu melengking sampai memekakan telinga. Sampai-sampai Lunna dan Lyra menutup telinganya.

“Hosh..hosh.. Kalian…”

Seolah kehabisan napas, bibi Cha terengah-engah mengambil napas banyak sambil menatap tajam kedua wanita yang masih menutup kedua telinganya itu.

“Kalian harus bertanggung jawab. Gaji bulan ini akan ku potong.”

Seperti di sambar petir, Lunna maupun Lyra terkejut mendengar bahwa gajinya akan di potong bulan ini untung mengganti rugi bouquet bunga yang dikembalikan oleh si pemesan.

“Bibi Cha, kumohon, jangan di potong. Bagaimana aku bisa membayar uang sewa rumah ku bulan ini?” Lyra tampak sedih mengetahui gaji nya akan di potong.

“Bukan urusan ku. Sudah berbaik hati aku mempekerjakan kalian. Kalau bukan karena aku mengenal ibu mu. Aku tidak akan membiarkan mu bekerja di toko ku.” Ucap Bibi Cha sambil menunjuk-nunjuk kearah Lyra dengan nada sarkas seolah ia memang tidak peduli bagaimana caranya anak itu membayar uang sewa rumahnya.

“Bibi, ku mohon. Jangan kau potong gaji ku. Ini kan bukan salah ku.” Rengek nya sambil memegang paksa kedua tangan bibi Cha.

“Aku tidak peduli.” Ujar bibi Cha kesal sambil melangkah pergi.

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang