Two

138 4 3
                                    

Hai...

Udah lama aku gak update kelanjutan cerita ini. Padahal sebenarnya beberapa chapter udah ku tulis dari jauh-jauh hari. Tapi masih belum ada niatan untuk update karena masih fokus untuk menyelesaikan cerita Bittersweet Marriage ku.

Dan aku berharap bisa cepat selesaikan 1 cerita dulu baru update Dive into You secara rutin.

Tapi apalah daya. Kegiatan di luar rumah lebih mendominasi. Jadi nya banyak hal dari cerita ini tidak aku cek atau edit lebih dalam.

Dan syukurlah, hari ini ada waktu untuk update cerita ini + bisa sedikit editing dari kemarin.

Semoga kalian suka

.
.
.
.
.
.






Kriiiiing... Kriiiiiing... Kriiiing...

Suara jam weker yang berada diatas nakas begitu nyaring hingga membuat siapa saja yang masih terlelap dalam tidur merasa terganggu.

'Engg'

Sebuah tangan menyeruak keluar dari dalam selimut tebal disamping nakas kecil dengan tiga laci yang tersusun ke bawah itu.

Perlahan sebuah tubuh muncul dari dalam selimut dengan wajah mengantuk dan rambut yang berantakan.

'Hoaaam'

Si empu nya menguap bersamaan dengan satu tangannya meraih jam weker yang masih berbunyi.

"Hmm... jam 8." Ucap nya malas.

Wanita yang masih belum membuka mata sepenuh nya itu mengucek matanya setelah mematikan jam weker berwarna hitam milik nya.

Namun, baru saja akan memjamkan mata lagi. Tiba-tiba kelopak mata itu terbuka lebar seakan baru sadar jika hari semakin siang.

"JAM 8? Ya ampun! Aku bisa terlambat!"

Dengan terburu-buru ia melompat dari kasurnya dan cepat-cepat masuk ke kamar mandi untuk bersiap berangkat ke tempat kerja nya.

Alunna Qiandra, panggil saja Lunna. Wanita berumur 23 tahun dengan rambut indah panjang berwarna kecokelatan dan bola mata senada dengan warna rambutnya ini bekerja sebagai florist di toko bunga dan pramuniaga di sebuah toko roti. Ia harus membagi waktu nya setiap hari untuk bekerja di dua tempat tersebut.

Kepribadiannya yang cukup periang dan sedikit emosional membuat nya mudah bergaul dan disenangi banyak orang. Tapi, karena julukan "Penjudi" yang disematkan orang-orang kepada ayah nya. Membuat ia harus rela kehilangan beberapa teman yang mulai menganggap nya sebagai anak yang tidak baik karena melihat pamor ayah nya yang terkenal jelek. Selain itu, karena judi yang sudah mengakar pada ayahnya ia juga harus menanggung hutang ayah nya yang tidak bisa di katakan kecil.

Sudah 3 tahun ayah nya menjadi penjudi dan berhutang pada rentenir. Bukan tanpa alasan, ayah nya terpaksa meminjam uang sejak ia di pecat dari perusahaan tempat bekerja nya dulu dan tak lama istrinya yang juga ibu dari Lunna meninggal karena penyakit. Dan kini ia menjadi seorang penjudi yang meninggalkan banyak hutang di mana-mana.

"Aaa... Sudah jam setengah 9. Bibi Cha pasti akan marah."

Dengan tergesa-gesa Lunna menyisir rambut panjang nya dan segera bergegas keluar kamar. Tak lupa ia mengunci pintu kamar nya dan segera berlari ke arah pintu depan.

"Ayah, aku pergi dulu."

"Engh."

Mendengar putri nya pamitan. Lelaki paruh baya yang sedang nyenyak tidur diatas sofa ruang tamu hanya menggeliat berganti posisi. Terlihat meja dan lantai ruang tamu begitu kotor dengan sampah kulit kacang, botol-botol minuman, bahkan baju kotor pun tergeletak begitu saja di bawah lantai. Dan ini sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagi Lunna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dive Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang