"Cepat katakan apa yang ingin kau katakan?! aku tidak punya banyak waktu." Kagura berdiri dihadapan Sougo dengan jarak yang cukup jauh. Pria itu sedang duduk disofa menatap Kagura dengan perasaan tidak senang.
"Yaa!! Kemari! Jangan memperlakukanku seperti wabah!!" ucapnya kesal.
"Maaf saja! Kau memang wabah mematikan. Aku akan mendengarnya dari sini, jadi cepat katakan!" Kagura mengatakan hal itu sambil melipat tangan dan membuang muka. Membuat perempatan imajiner tercetak di pipi Sougo.
Pria itu menyerah. Dia menghembuskan nafas berat. Dia mengambil sesuatu dari balik jasnya. "Tapi wabah ini punya cokelat, loh?" ucapnya sambil melambai-lambaikan makanan manis yang masih terbungkus itu.
KAgura melirik sejenak namun kembali membuang muka. "Hm, maaf kau tidak bisa merayuku dengan sebungkus cokelat. Cepat katakan!"
"Baiklah, aku akan-" Saat hendak mengembalikan cokelat itu dia sadar jika cokelatnya sudah berpindah tempat. Dia menghela nafas, namun diselanya dia tampak sedikit mengangkat sudut bibirnya. Menatap Reina gemas. "Apa yang harus kulakukan padamu?" gumamnya dengan nada menyerah.
"Saa.." gumam Kagura tampak tak merasa bersalah. "Kenapa tidak katakan saja informasi yang kau punya?"
Sougo menyandarkan tubuhnya pada sofa dan terus menatap Kagura dengan senyum tipis membuat gadis itu salah tingkah.
"Ja-jangan diam saja! CEPAT KATAKAN APA YANG KAU PUNYA!!" raung Kagura dengan wajah memerah.
Sougo tertawa kecil, "Kau harus lihat bagaimana wajahmu sekarang."
"Urusai!! (berisik!!)"
Pintu tertutup kencang setelah Kagura menerima informasi dari Sougo, mau tak mau pria itu tersenyum lebar karena tingkah gadis itu yang imut setelah dia goda.
"Kawaii. (imut)."
***
Kagura memasuki kelas dengan nafas tersengal. Dia sengaja lari dari ruangan itu dan cepat-cepat kembali ke kelas. Wajahnya masih memerah dan dahinya berkeringat. Dia menoleh dan menatap ke sekeliling. Mengapa semua orang diam menatapnya?
"Kagura-chan? Kau tidak apa?" tanya Soyo memecah kesunyian.
"Hai? Aku baik-baik saja." ucapnya dengan senyum tapi masih terengah-engah. Entah mengapa suasanya kelasnya berubah menjadi pink berbunga-bunga. Pria dan wanita dikelasnya tampak memerah.
"Tapi, seragammu.."
"Seragam?" Kagura tampak bingung dan melihat seragamnya. Dengan reflek dia menutup pintu kelasnya dengan kencang membuat dia berada diluar. Dia melihat seragamnya yang tampak acak-acakan. Sialan pria itu! Kenapa juga aku tidak mengecek penampilanku di kamar mandi? Sial! Memalukan! Untuk tidak ada guru di kelas. Sial! Sial!
Kagura kembali ke kelas seolah tidak terjadi apa-apa. Dia kembali ke kursinya dan menutup wajahnya dengan buku. Kemudian kelas berubah ramai dengan bisikan-bisikan.
Soyo yang duduk disampingnya masih tampak berbunga-bunga. Matanya cerah menatap Kagura ingin tau. "Apakah Okita-sensei yang berhasil?"
"Soyo-chan. Hentikan. Itu memalukan? Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya menghajar berandal. Itulah kenapa pakaianku berantakan." gumam Kagura menjelaskan dengan cepat.
"Hai.. hai.. aku percaya." ucap Soyo dengan nada menggoda.
"Soyo-chan?" gumam Kagura dengan nada memelas.
"Iya, Kagura-sama. Aku percaya."
"Soyo-chann.." panggil Kagura lagi dengan nada hampir menangis karena Soyo tak berhenti menggodanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
25th Years School Girl
FanfictionKarena tugas yang merepotkan ini, Kagura harus kembali mengulang masa-masa yang melelahkan. Dia harus kembali merasakan sekolah demi menjalankan tugasnya. Padahal hari-hari awal masuk sekolah sudah melelahkan. Dan kini, dia harus bertemu orang gila...