Senja menatap datar pada pemandangan di depannya, di bahunya tersampir sebuah selimut untuk menghalau rasa dingin dari angin malam dan kepala Senja bersender pada bahu seseorang yang berada di sampingnya.
Sofa yang hanya muat untuk dua orang itu berbunyi kecil ketika orang yang disampingnya sedikit bergerak tetapi Senja masih asyik dengan lamunannya. Pemandangan dari balkon apartemen tempat sofa dan dirinya berada rasanya lebih menarik ditambah dengan hal yang dilamunkan Senja.
"Senja? Senja..."
Sebuah usapan di pipi terasa oleh Senja dan lamunannya seketika hancur. Kepalanya menoleh ke samping dan menemukan Revan tersenyum lembut kepadanya.
"Lo mikirin apa?"
Senja menggeleng pelan lalu merapatkan dirinya kepada Revan.
"Sekarang lo punya gue seengaknya lo bisa berbagi ke gue."
Revan merangkul bahu Senja membuat cowok pirang itu semakin merapatkan tubuhnya. Keheningan terjadi diantara mereka dengan Senja yang enggan mrmberitahu apa yang dipikirannya.
"Re..."
"Hm?"
Revan menoleh kepada Senja yang hanya menatap lurus kemudian tangan Revan mengelus kening Senja ketika melihat kening itu berkerut dan berakhir mengusak pelan rambut remaja blasteran itu.
"Lo gak mau ngegombalin gue atau ngasih kata-kata romantis gitu?"
Revan mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan Senja dan tidak lama Revan tertawa.
"Ngapain gue ngasih kata-kata romantis ke elo? Dan gue bukan spesialis gombal kayak elo."
Senja menoleh ke arah Revan dengan bibir yang dimanyunkan sedangkan tangannya langsung mencubit pinggang cowok basket itu yang dibalas rintihan.
"Ya kan biar kayak yang lain, lu kan gak pernah ngomong 'lo adalah nafas gue' 'lo adalah hidup gue dan segala-galanya bagi gue' "
Revan tersenyum kemudian mengusap kening Senja yang selalu menjadi kebiasaanya sekarang.
"Gue gak mau ngomong lo nafas gue karena kalau lo pergi gue masih bisa bernafas, kan gue bernafas dengan oksigen bukan dengan lo,"
Senja semakin memanyukan bibirnya dan Revan tidak tahan untuk tidak mencuri kecupan singkat di bibir yang tampak menggoda itu,
"Lo bukan segala-galanya bagi gue, ."
Revan tersenyum lembut kepada Senja kemudian ia melanjutkan ucapannya,
"Karena gue masih punya hal lain yang lebih gue pentingin, contohnya orang tua gue. Tapi walaupun lu bukan prioritas gue, gue tetep bakal peduliin lo dengan segala kemampuan yang gue punya."
Revan bisa melihat wajah Senja yang mulai memerah walaupun Senja tidak mengatakan apa-apa tapi Revan tau Senja memahami semua yang ia katakan.
Revan menyatukan keningnya dengan kening Senja setelah mengecup singkat ujung hidung dan sudut bibir Senja.
"Sekarang biarin gue sayang sama elo tanpa ngebebanin elo janji-janji manis yang bakal bikin lo sakit hati nantinya."
Lalu bibir mereka menyatu, menempel lalu melumat kecil dengan lembut. Tangan Senja sudah mengalung di leher Revan dan tangan Revan sudah melingkar di pinggang Senja.
Ciuman mereka perlahan memanas dengan lumatan-lumatan yang semakin ganas, Senja melengguh pelan dengan tangan yang meremat rambut belakang Revan sampaiー
Piiip Piiip Piiip
Perlahan Senja membuka matanya, sebelah tangannya bergerak menuju alarm dari jam yang ada di mejanya dengan nyawa yang baru setengah terkumpul. Setelah bunyi berisik dari alarmnya sudah tidak terdengar, Senja merubah posisinya menjadi duduk kemudian mengedarkan pandangannya dengan sedikit linglun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mantan! (boyxboy)
Teen FictionMantan... Satu kata penuh makna Move on... Dua kata tapi susah dilakuin Gagal move on... Tiga kata yang sering dirasakan oleh mantan yang mencoba move on "Mantan adalah orang brengsek yang pernah singgah di hati dan makin brengsek kalau ternyata si...