Rumah Baru

2.1K 249 38
                                    

.
.
.
Typos is my style
.
.
.

"Ini yang terakhir!" Sooyoung membuang napasnya kasar begitu ia dan Taehyung berhasil mendorong lemari kayu bercorak Captain America tersebut ke sudut dinding ruangan yang akan menjadi sebuah kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini yang terakhir!" Sooyoung membuang napasnya kasar begitu ia dan Taehyung berhasil mendorong lemari kayu bercorak Captain America tersebut ke sudut dinding ruangan yang akan menjadi sebuah kamar. Keringat mengucur membasahi wajah Sooyoung, serta membuat surai madu Sooyoung ikut basah dan lepek. Sungguh, pindah rumah bukanlah hal mudah untuk dilakukan.

"Salah sendiri tidak mau menyewa orang" terlebih tanpa adanya jasa angkat barang. Taehyung menyindir istrinya tersebut, mereka bahkan harus bertengkar kecil beberapa hari yang lalu perihal sewa jasa untuk mengangkat barang-barang rumah tangga mereka. Tapi Sooyoung justru menolak ide Taehyung tersebut. Menyewa orang lain hanya akan membuang-buang uang, begitu katanya.

Cih! Lihat sekarang, siapa yang terlihat begitu ngos-ngosan karena terlalu lelah. Taehyung tak akan mau memijit bahunya jika Sooyoung meminta nanti malam.

"Sekalian olahraga, ini bisa membakar ratusan kalori di perutku" alasannya saja, Taehyung tahu Sooyoung kelelahan dan ia sedikit menyesal menentang ide Taehyung. Tapi ya namanya seorang Park Sooyoung, gengsinya sangat tinggi dan ia tak mau mengakui penyesalannya.

Taehyung membuka kaos coklatnya yang sudah basah, meninggalkan kaus dalam tanpa lengan berwarna hitam. "Terserah. Aku tidak akan mau memijitmu jika kau minta nanti malam!" Taehyung memberi peringatan sebelum ia keluar dari kamar baru milik putra bungsu mereka; Kim Taeoh.

Sebelum Taehyung benar-benar pergi meninggalkannya sendirian, Sooyoung berteriak. "Buatkan Mama es ya Pa!".

Tsk! Park Sooyoung akan selalu bersikap sok manis jika ada maunya. Taehyung tak mengacuhkan permintaan Sooyoung, lantas ia memilih duduk disamping Jihoon yang sudah kelelahan di sofa ruang tengah.

"Jin! Buatkan Kakakmu minuman dingin! Yang banyak!" suruhnya pada Woojin yang duduk bersila di lantai dengan ponsel di tangannya.

Woojin berdecak malas. Tapi ia tetap bangkit dari duduknya dan menyimpan ponselnya; melakukan perintah sang Kakak Ipar. Tanpa berkata apapun, ia menarik lengan Jihoon; keponakan yang hanya berjarak dua tahun darinya; mengajaknya membuat minuman dingin bersama.

"Jangan tarik aku, Park Woojin! Buat sendiri sana!" Jihoon menolak; memanggil Woojin tanpa sopan santun. Yang disuruh itu Woojin, kenapa Pamannya itu justru menyeretnya juga?

"Sopan pada Pamanmu! Sana bantu dia!" Taehyung mendorong bahu Jihoon sebelum ia memukul kepala anaknya itu. Memberikan peringatan yang sudah ratusan kali tapi tetap saja Jihoon selalu mengabaikan peringatannya; memanggil Woojin dengan namanya tanpa sopan santun. Mereka hanya berjarak dua tahun, tak perlu memanggil Paman; begitulah alasan Jihoon.

Kalau sudah begini, mana bisa Jihoon menolak. Ia berdecih sebelum bangkit dan mengikuti Woojin ke dapur, "Inilah alasannya kenapa kalian harus membuatkan adik perempuan untukku, Pa!" bagaimanapun, Jihoon rasa tidak pantas anak lelaki sepertinya harus beraksi di dapur. Ia butuh adik perempuan yang bisa disuruh untuk memasak makanan instan atau membuat minuman untuknya jika kedua orangtuanya tidak dirumah kelak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang