IMD satu : Meet-up The Cute Girl [Repub]

567 22 1
                                    

Zenta keluar dari bathroom hanya dengan mengenakan tuala yang dililitkan pada pinggangnya, ia selesai membersihkan diri setelah melakukan penyatuan diri dengan istrinya, aroma musk dari sisa shave membuat perawakan laki-laki itu semakin terlihat fresh dan manly. Meski sudah menjadi pasangan suami istri, Zenta selalu melakukan semua aktivitas paginya secara mandiri. Ia tidak pernah mempermasalahkan jika Naila jarang melayaninya di pagi hari karena ia juga paham, pagi hari adalah waktu istrinya pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan kebutuhan restorannya.

Kring Kring Kring

Zenta meraih ponselnya kemudian melihat nama pemanggil yang tertera pada layar, ia pun segera menerima panggilan itu.

"Halo?"

"Di mana, Zen?"

"Masih di rumah. Kenapa, Will?"

"Ada berkas atas namamu yang di alamatkan ke rumahku, Zen. Apa kau bisa mengambilnya?"

"Tumben? Tidak biasanya."

"Entahlah. Aku juga tidak tahu, pelayan di rumah baru yang memberitahu Melia, katanya ada berkas bertuliskan secret pada amplopnya."

"Oh ya, kapan kau akan menempati rumah barumu itu, Will?" tanya Zenta mengalihkan topik pembicaraan

"Masih belum tahu, Melia sedang sibuk dengan pekerjaannya."

"Hm."

"Baiklah, Zen. Aku menghubungimu hanya memberitahukan tentang berkas itu saja."

"Thank's, Will. Nanti aku akan mengambilnya."

Klik!

Zenta memutus sambungan secara sepihak lalu meletakkan ponselnya di atas nakas, kemudian ia kembali melanjutkan berpakaian untuk segera berangkat ke kantor. Setelah berpakaian rapi, ia keluar dari kamar menuju dapur dan area dapur berseberangan dengan ruang makan, kedua ruangan itu adalah tempat favorit keluarganya.

Tap Tap Tap

Dari kejauhan terdengar derap langkah kaki menuju dapur, Zenta menoleh dan mendapati istrinya sedang meletakkan barang- barang belanjaan ke atas meja panjang yang
berfungsi sebagai mini bar.

"Lho, Hon, sudah pulang? Tumben belanjanya hanya sebentar, biasanya sampai siang baru pulang, tidak biasanya?" tanya Zenta kepada istrinya sembari mulutnya menyeruput kopi hitam kesukaannya. Naila tidak menjawab ucapan suaminya, ia justru terlihat tengah melamunkan sesuatu.

"Hei, Nai? Sayang? Kau kenapa? Pulang dari belanja kelihatan sedang memikirkan sesuatu, ada apa? Cerita padaku, Nai!" Zenta memeluk pinggang istrinya, mengecup ringan keningnya sekilas.

Naila menarik napasnya pelan lalu perlahan mengembuskannya sebelum melanjutkan kata-katanya. "Aku tadi sewaktu belanja bertemu dengan gadis kecil, Zen, dan gadis itu wajahnya mirip sekali dengan putri kita. Tapi sewaktu gadis kecil itu kupanggil, dia ketakutan dan lari tanpa menolehku lagi."

Zenta hanya mendengarkan perkataan istrinya dengan saksama, lalu sang istri melanjutkan kembali kata-katanya. "Kenapa perasaanku merasakan kedekatan dengan dia, Zen? Hati seorang ibu yang kehilangan salah satu putri kembarnya saat melahirkan. Sepertinya aku harus ke sana lagi, Zen, mencari tahu siapa dia karena aku merasa gadis kecil itu adalah putri kita."

Repub. 𝐈𝐦𝐦𝐞𝐫 𝐌𝐢𝐭 𝐃𝐢𝐫 [𝐓𝐡𝐞 𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐨𝐟 𝐖𝐢𝐥𝐥 𝐃𝐢𝐜𝐡]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang