Prolog

70 12 2
                                    

Pagi yang cerah dengan sebuah ocehan yang sedari tadi terdengar oleh Hasan, membuat nya jengah dan enggan melanjutkan acara minum kopi nya, selera nya menguap entah kemana.

"Pokoknya, Papah gak mau tau! kamu harus tetep di kejuruan Dokter sama kayak kakak mu si Arka."

Hasan hanya terdiam tanpa menjawab, ia malas untuk beradu argumen dengan papah nya yang sama keras kepala seperti diri nya.
Hasan beralih memakan nasi goreng di hadapan nya.

Entah kenapa orang tua nya yang satu ini sangat membenci diri nya bila suatu saat menjadi barista.
Jika pun di tanya kenapa alasan nya, Papah nya malah semakin marah.
Hampir setiap hari bahkan bisa dibilang setiap ia akan pergi ke kampus, kata-kata itulah yang akan ia dengar dari papah nya.
Terkadang juga papah nya sering membanding bandingkan diri nya juga kakak nya.

"Hasan berangkat dulu ya Mah," Hasan pamit dan tak lupa mencium tangan ibu nya sebelum kuliah dan kini beralih dengan papah nya yang masih saja meracau. "Pah, Hasan berangkat dulu." Kembali Hasan mencium punggung tangan ayah nya.

"Papah belum selesai ngomong Hasan,"

"Lanjut ceramahin Hasan nya nanti aja Pah, Hasan udah telat," ujar nya dengan santai. "Assalamualaikum..." ucap nya sambil berlalu keluar dari rumah.

"Wa'alaikumsalam.." ujar kedua orang tua nya

"Anak kamu tuh Mah, keras kepala banget sih.."

"Ya, dia juga keras kepala turunan dari kamu.." ujar istri nya sambil tertawa kecil. " Udah sekarang lanjut aja dulu sarapan nya.."

"Iya.."
.
.
.
.

Setelah 15 menit perjalanan ditempuhnya, Hasan kini sudah berada di parkiran kampus.
Dengan cepat Hasan memarkir motor nya dan beranjak meninggalkan tempat parkir menuju kelas.

"Hasan!" Mendengar seseorang memanggil nya, Hasan mengalihkan pandangannya ke asal suara dan mendapati sahabat nya berjalan ke arah nya dan melambai lambai.

"Tumben Lo dateng nya agak siangan." Tanya Evin begitu sampai di hadapan nya.  "Abis ditilang sama mbak polwan yang cans ya kek Jihyo TW?" Lanjut nya dan kali ini mulai ngaco.

Hasan hanya menggeleng cepat lalu melanjutkan langkah nya yang sempat terhenti.

"Weyyy San, Lo mau kemana?"

"Ke kelas," jawab nya singkat.

"Gue gak Lo ajak?"

"Gak Mao!"

"Ishh! Jahat kali lah kau sama eike." Oceh Evin dengan sifat lekong nya yang mulai kumat.

Hasan tak menanggapi nya lagi, ia kembali berjalan meninggalkan Evin sendiri.
Evin menatap punggung Hasan dalam diam yang mulai mengecil.

Hasan terlonjak saat berpapasan dengan Hanif yang berdiri di depan pintu kelas.

"Allahumma..." ucap Hasan mengusap dada nya mencoba sabar.

"Wehh si Evin Napa lo tinggalin sendiri San?" Hanif menunjuk ke arah belakang dimana Evin tengah meracau. "Kasian noh, ntar dia ngamuk minta di beliin rujak nanas lagi sama Lo."

Hasan berpaling melihat ke belakang dan mendapati Evin yang sedang meracau tak jelas dan berjalan menghampiri mereka berdua.

Begitu sampai dihadapan Hanif juga Hasan, Evin menunjuk kearah Hasan.

"Hasan!" Sentak Evin pada Hasan. Hasan terdiam lalu mengangguk. "Apa yang kamu lakuin ke aku itu jahat! Aku jijik! Aku benci sama kamu! Jangan sentuh sentuh aku lagi!"  Seru Evin beruntun dengan gaya layak nya pemain sinetron di FTV namun sifat lekong nya terlalu berlebihan, benar benar menghayati ucapan nya.

Barista Or DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang