04

6.3K 1K 82
                                    

"Aku akan menenun kain untuk dijual, Jaehyun. Pasti akan terjual mahal di kota. Uangnya akan kugunakan untuk biaya obatmu,"

Jaehyun mengernyit. "Kain tenun? Tapi, Taeyong... bahan-bahannya? Kita juga tak memiliki uang untuk itu,"

"Percaya saja padaku, Jaehyun. Demi kesembuhanmu aku akan melakukan apapun,"





Dan seperti itulah, keesokan paginya Taeyong mulai menenun dengan rajin. Alat tenunnya ia dapatkan dari Bibi Kim, tetangga mereka secara cuma-cuma. Wanita setengah baya itu amat menyayangi Taeyong karena sikap Taeyong yang ramah dan sopan. Bibi Kim selalu teringat anaknya bila melihat Taeyong.

Alat tenun tua itu dimanfaatkan Taeyong dengan sebaik-baiknya. Taeyong sudah bertekad dalam hatinya, akan berusaha mati-matian demi kesembuhan Jaehyun. Ia tak ingin Jaehyun meninggalkannya. Hanya kesembuhan Jaehyun yang ada di pikirannya.

Sementara itu, kondisi Jaehyun kian hari kian memburuk. Ternyata benar, obat pereda sakit dari tabib Yoon pun tak banyak membantu. Kini Jaehyun hanya dapat berbaring di tempat tidur.

Taeyong dengan hati-hati mengganti kompres dahi Jaehyun. Sesekali ia meringis saat air hangat kompres mengenai tangannya yang lecet dan penuh luka karena menenun.

"Jaehyun sayang," panggil Taeyong lembut. Jaehyun perlahan membuka matanya yang terasa berat.

"Taeyong," suara Jaehyun terdengar parau, "Bagaimana tenunannya...?"

"Sudah jadi beberapa helai," Taeyong tersenyum manis, "Besok pagi aku akan ke kota untuk menjualnya. Kamu akan segera sembuh, Jaehyun. Bertahanlah,"

Jaehyun tersenyum lemah, ia merasa amat bersyukur mempunyai Taeyong di sampingnya.

Saat Jaehyun menggenggam tangan Taeyong, pemuda Jung itu menyadari luka-luka yang terdapat pada tangan Taeyong.

"Apa yang terjadi pada tanganmu, Taeyong...?"

Taeyong tersenyum kecut. "Luka kecil karena menenun. Tidak apa,Jaehyun. Tidak sakit,kok."

Jaehyun tahu betul luka itu terasa sakit. Bahkan ada luka menganga di jemari Taeyong yang belum mengering.

"Tanganmu cantik, Taeyongie. Jangan sampai terluka lagi. Jangan terlalu memaksakan dirimu,"

"Aku baik-baik saja, Jaehyun. Aku tidak berbohong,"

"Istriku yang cantik ini memang keras kepala,ya?"

Kemudian,mereka tertawa bersama.

"Jaehyun..."

"Ya?"

"Bila nanti tanganku sudah tak cantik lagi, apa kau masih akan tetap mencintaiku?"

"Tentu saja," Jaehyun terbatuk pelan. "Aku akan selalu mencintaimu Taeyongie."

Air mata Taeyong menetes lagi. Dikecupnya dahi Jaehyun dengan sayang.

+++

Kain tenun Taeyong terjual laris di kota. Banyak yang menyukai kain tenun yang dijual Taeyong karena bahannya sangat lembut dan berbeda dari kain tenun lainnya. Bahkan ada seorang saudagar kaya yang memesan kain tenun Taeyong dalam jumlah banyak dengan bayaran yang fantastis. Taeyong amat bahagia, penghasilannya dari menjual kain tenun dalam sehari saja sudah lebih dari cukup untuk membeli obat Jaehyun. Kalau begini, bukan tidak mungkin Jaehyun bisa sembuh. Lelaki yang ia cintai itu dapat kembali sehat seperti sedia kala.

Malam sudah larut saat Taeyong sampai di rumahnya, lelaki cantik itu baru saja pulang dari kota. Ia menyeka peluh yang mengaliri keningnya, badannya terasa sangat lelah. Namun hatinya terasa sangat hangat. Ia telah berhasil mendapatkan obat yang dibutuhkan Jaehyun. Sembari bersenandung, Taeyong berjalan menuju kamar tidurnya dengan obat Jaehyun di genggamannya.

Suami tampannya itu tampak tengah tertidur pulas. Perlahan, Taeyong menyelimuti tubuh Jaehyun. Dibelainya kening Jaehyun dengan sayang, hendak membangunkan pemuda Jung itu untuk mengkonsumsi obat yang telah Taeyong beli.

"Jaehyun..." Taeyong menepuk-nepuk pipi tirus Jaehyun dengan pelan.

Taeyong merasa ganjil saat suaminya itu tak kunjung bangun. Diguncangkannya tubuh Jaehyun. Namun nihil, Jaehyun tak memberikan respon.

"Jaehyun, bangun," Taeyong mulai gelisah.

Matanya terbelalak saat melihat darah mengalir dari hidung Jaehyun. Sontak, lelaki mungil itu menjerit.

"JAEHYUN!!!!"





TBC

The Crane Wife ; JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang