Now.. You See Me

43 2 0
                                    

Langit kian berangsur pekat, tak banyak yang tau...angin di malam itu kian berhembus kencang menyeret awan tebal di atas sana.

Bulan yang seharusnya bersinar terang, kini bias itu pudar dalam sekejap...seolah kekuatan yang lain memang tengah mengendalikannya.

Ya...samar-samar, terlihat beberapa siluet hitam melompat, lalu melesat cepat...melampaui gedung-gedung pencakar langit.

Acap kali terdengar jeritan, kala salah satu dari mereka menyelinap ke dalam sudut ruangan gedung itu. Entahlah apa yang terjadi...

Namun yang pasti, tapis udara di puncak gedung itu membawa aroma anyir menguar begitu tajam.

.

.

"Kau sudah mendengarnya?"

'Ronan' Seorang berpawakan tinggi itu sedikit melirik dan terkekeh sinis melihat pria di sisinya masih mendesis menikmati sisa darah di sudut bibirnya. Ya... darah milik perawan ke empat yang ia bunuh di malam ini.

"..."

Namun bukan jawaban yang terdengar, melainkan sebuah seringai yang tersungging tajam di sudut bibirnya.

'William' membentangkan kedua tangannya di puncak gedung itu, dengan mata terpejam Ia mulai menikmati deru angin yang perlahan semakin intens menerpa tubuhnya. "Richard.." Gumamnya sambil menengadah dan tertawa lepas.

Masih jelas dalam ingatannya,bagaimana Richard...meninggalkan guratan panjang di wajahnya hingga mata sebelah kanan itu, kehilangan kemampuan visualnya.

"Dia telah menemukannya" Ronan, kembali memperjelas arah pembicaraannya. "Kau terlalu banyak mengulur waktu, jika—

"Biarkan keparat itu bermain, sebelum aku melenyapkannya" Sergah William, masih dengan mata terpejam. SesekaliIa mengayunkan kedua tangannya, seakan-akan gemuruh petir dan deru angin adalah suatu paduan suara yang indah untuknya.

Ronan terdiam. Bagaimana mungkin William masih bisa setenang ini. Richard lawan yang patut William perhitungkan, terlebih setelah Richard berhasil menemukan manusia itu. Ia bisa kapanpun merampas dan mewarisi tahta dari klan-nya.

Sial, Ia tak akan bisa mengambil keuntungan apapun dari William. Tentu dirinya tak ingin selamanya menjadi pengikut tak berguna seperti ini.

"Tch! rupanya kau masih meragukanku"

Ronan stagnan, Ia benar-benar melupakan satu hal. William mampu membaca pikiran siapapun. Tak seharusnya dirinya bertindak seceroboh ini. William bisa kapanpun membabat nyawanya

"Cobalah berkhianat..." Gumam William seraya melirik Ronan dengan tenang.

"Setelah keparat itu...kau yang akan kulenyapkan" Lanjutnya dengan senyum dingin tersirat.

Raut wajah Ronan semakin menengang,menandakan suatu keresahan dalam benaknya. Ronan terkekeh, berusaha menyembunyikan pikiran apapun yang bisa terbaca oleh sosok gelap di sisinya.

"Haha... Aku memang sengaja memancing amarahmu, untuk membuatmu menghabisi saudara tiri mu itu secepatnya"

William berdecih pelan merasa alasan yang Ronan lontarkan, cukup konyol untuk menutupi nyali yang menciut itu.

"Cepat atau lambat...akulah yang akan menjadi penguasa dua alam ini" Desisnya seraya meraba bekas luka gores di wajah kananya lalu tertawa lantang, seolah puas dengan luka yang membuat dirinya makin terlihat bengis.

.

.

.

Sesekali Joyce mengerjap, tampak resah begitu melihat Richard mulai memalingkan tubuh, dan berjalan mendekatinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Dear My Rose BloodWhere stories live. Discover now