Suatu hari, ketika aku memandang diriku pada sebuah cermin seketika bayangan kelam itu datang kembali bayangan yang terjadi sekitar sepuluh tahun yang lalu, yang membuat hatiku bak tertusuk pedang yang amat tajam. Sesak, sakit, dan pilu itulah yang bisa ku deskripsikan untuk diriku saat ini.
Pada malam itu langit sedang menangis, membuat aku dan keluargaku berkumpul di ruang keluarga. Kami menonton acara talk show sambil memakan kacang rebus. Aku pun berkata pada ayahku
"Coba aja setiap malam ayah selalu berkumpul dengan kami pasti seru!"ucapku.
"Maaf nak ayah tidak bisa selalu ngumpul bersama kalian karena ayah harus kerja dan jadwal kerja ayah padat,"ucap ayahku.
"Kalau begitu kapan dong ayah ada waktu untuk kami?" Tanya adikku."Sepertinya Minggu depan jadwal ayah kosong, kalau begitu ayah bakalin ngajak kalian deh jalan- jalan ke funny fan satu hari penuh," ucap ayahku.
"Hore!" Sorak ku dan adikku dengan riang.
Sepanjang obrolan kami, ibuku hanya menyimak dan tersenyum saja.Satu Minggu berlalu, kami pun pergi ke funny fan, betapa senangnya hati ku karena akhirnya kami dapat berkumpul bersama.
Di funny fan banyak hal yang kami lakukan bersaman dari memasuki komedi putar, memasuki rumah hantu, melempar bola, memakan eskrim, memasuki labirin dan memainkan banyak permainan lainnya.
Langitpun sudah tak menampakkan cahayanya lagi, kami pun memutuskan untuk segera pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Kulihat ibu dan adikku yang sudah tertidur lelap. Dan juga ayahku yang sedang menyetir dengan mata yang sayu, "ayah! Apakah ayah mengantuk?" Tanyaku.
"Tidak, apakah kamu tidak melihat mata ayah?" Jawab ayahku.
Aku tau bahwa ayah ku tidak mengatakan yang sebenarnya karena seorang ayah pasti selalu menyembunyikan keadaan nya, karena menurut nya cukup ialah yang tersakiti bukan orang yang ia sayangi.
"Sudahlah, ngapain kamu memikirkan ayah, lebih baik kamu tidur! Bukankah besok kamu harus sekolah?" Tanya ayah ku.
"Baik yah," jawab ku.
Tak sampai satu menit aku memejamkan mata ku tiba-tiba cahaya yang sangat muncul di depan kami, ternyata cahaya itu bersumber dari sebuah lori yang rem nya blong, akhirnya lori itu menabrak mobil kami dan menyebabkan kebakaran.
Aku tak tau kelanjutan dari kejadian itu, yang aku tau aku terbangun di sebuah ruangan putih yang beraroma obat-obatan. Aku pun mengedip- ngedipkan mataku untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinaku.
Kulihat di sebelah kiri ku ada ibuku dan di sebelah kanan ku ada adikku. "Dimana aku? Dan dimana ayah ku?" Tanya ku.
" Ternyata kamu sudah bangun? Apakah kamu pusing?" Tanya seorang perawat pada ku.
"Tidak sus," jawab ku
" Saya akan menjelaskan nya nanti sekarang kamu istirahat dulu!" Titahnya.
Keesokan harinya suster pun menceritakan kejadian yang terjadi pada kami dan ia membawa ku dan adikku ke suatu tempat dimana tempat istirahat terakhir ayahku.
Betapa hancurnya hatiku dan adikku yang harus menerima kenyataan ini karena tak kuasa menahan sakit nya hati ini aku dan adikku pun meninggalkan tempat ini dan segera menuju keruangan ibuku yang masih terbaring lemah tak berdaya di brankas rumah sakit akibat kekurangan banyak darah aku pun menceritakan semua yang terjadi dan ternyata ibuku sudah mengetahui nya, kami pun menangis bersama
"Apa yang harus kamu tangisi nak? Bukan kah ini sudah goresan takdir? seberapa banyak air mata yang sudah kau buang dengan sia-sia? Ini semua tidak akan merubah apa yang sudah terjadi! Tugasmu hanya menerima dan menjalankan nya dengan ikhlas karena ini adalah ujian untuk mengetes kesabaran mu nak!" Ucap ibuku. Aku dan adikku hanya bisa terus menangis.
" Apa cita-cita mu nak? Kamu harus yakin kalau kamu bisa melakukan nya tanpa harus ada kami di sisimu, buktikan pada dunia kalau kamu lebih dari apa yang mereka lihat!" Ucap ibuku.
Seminggu berlalu ibuku pun menyusul kepergian ayah ku. Hatiku sangat hancur melihat semua ini dan Aku merasa Tuhan sangat sangat tidak adil pada ku, tapi sepertinya bukan aku saja yang sedang menangis langitpun sedang menangis bersamaku dan menemaniku dalam kesedihan ini.
Aku dan adikku pun akhirnya tinggal bersama Oma dan opa ku di Bandung dan di sanalah aku dan adikku melanjutkan study kami.
Sepuluh tahun berlalu dan akhirnya aku dapat membuktikan pada kedua orang tuaku bahwa aku adalah anak yang hebat. Jika saat ini mereka masih disini mereka pasti bangga pada ku karena aku akhirnya dapat wisuda dengan lulusan Sp.PD di Harvard university.Satu hal yang harus aku ingat kesuksesan ku saat ini akhirnya dapat menyembuhkan luka menganga di hatiku akibat kepergian orang tuaku.
Dan aku telah berburuk sangka pada Tuhan karena telah menganggap nya tidak adil ternyata dibalik skenario nya ada rahasia besar yang tak kusangka. Maaf kan aku Tuhan...
Dan aku percaya bahwa pelangi akan kembali setelah hujan. Kita hanya perlu bersabar dalam menunggu nya, karena setiap orang punya hak untuk memiliki nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Membawaku Pada Pelangi
Cerita PendekBanyak air mata yang jatuh dari kelopak mataku layaknya hujan yang turun dari langit hancur nya hatiku layaknya gemuruh nya langit yang sedang membara tapi semua itu akan berlalu kesedihan tak selamanya kekal abadi semua akan berlalu pelangi merind...