Alica mengerjapkan matanya beberapa kali, rasa kebas pada punggungnya akibat membentur kerasnya tanah karena dilemparkan oleh siluman anjing yang menangkapnya tadi, membuat suara ringisan kesakitan tak hentinya meluncur mulus dari bibir tipisnya.
Dia pandangi sekelilingnya, terpaku di tempat saat dua bola mata bulatnya menangkap sosok pria asing yang telah menyelamatkannya kini sedang lahap menyantap makanannya. Dia bergidik menyaksikan pria yang dari penampilannya tampak mempesona namun tidak dengan kelakuannya. Pria itu bagaikan monser yang tengah lahap menyantap daging musuhnya. Beberapa siluman anjing yang baru saja menjadi lawan pria itu, kini berakhir mengenaskan dengan menjadi santapannya, seakan-akan sudah begitu lama sang pria tidak pernah makan. Dia terlihat rakus.
Suara kunyahan daging mentah oleh gigi-giginya mampu membuat indera pendengaran Alica terasa ngilu mendengarnya.
Jika mengingat-ingat lagi alasan dirinya bisa berakhir di tempat ini, ingatan Alica menerawang pada kejadian beberapa jam yang lalu.
Alica merenung seorang diri setelah masa hukuman yang diberikan ayahnya telah berakhir. Dirinya akhirnya dibebaskan dari ruangan gelap gulita nan pengap.
Awalnya Alica merasa senang karena dirinya akhirnya bebas, dia bisa menghirup kembali udara segar di luar ruangan. Namun mengingat sosok penolongnya sudah tak ada lagi di rumah itu, seketika keceriaan lenyap dan digantikan oleh kesedihan.
Alica mulai meneteskan air matanya, kepergian Aeera sangat berpengaruh pada dirinya. Dia sadar kini tak ada lagi sosok kakak baik hati yang selalu peduli dan menyelamatkan dirinya dikala tertimpa masalah.
Di rumah itu dia hanya akan tinggal bersama ayahnya yang selalu memperlakukannya dengan kasar serta kedua kakak yang selalu mengabaikannya.
Cukup lama dia menangis seorang diri, meratapi nasib menyedihkannya yang mau tak mau harus dia terima.
Dia hapus jejak-jejak air mata di wajahnya saat sadar tidak seharusnya dia bersedih seperti ini. Kakaknya pergi bukan karena sengaja meninggalkannya, tapi karena sang kakak akan menempuh kehidupan barunya bersama seorang pria yang beruntung karena akan menikah dengan kakaknya tersebut.
Alica tersenyum lebar, otak kecilnya terus berpikir apa yang harus dilakukannya untuk menyambut kabar gembira ini. Kakak kesayangannya akan segera menikah.
Dia memikirkan lekat-lekat benda apa yang bisa dia berikan sebagai hadiah pernikahan untuk kakaknya nanti.
Senyuman lebar tersungging di wajah ayunya kala dirinya mengingat sesuatu yang menurutnya sangat cocok untuk dia berikan pada Aeera di hari pernikahannya nanti. Dia sudah berjanji akan menghadiri acara pernikahan kakaknya. Demi apa pun, dia akan berusaha untuk menepati janji itu.
Lantas Alica pun melangkah keluar dari rumahnya. Sosok ayahnya tak terlihat di dalam rumah begitu pun dengan kedua kakaknya. Tak ada seorang pun dari anggota keluarganya itu yang memberitahukan keberadaan mereka saat ini pada Alica.
Alica tak heran, sesuatu seperti ini sudah menjadi hal yang biasa baginya. Dia memang selalu diabaikan, tak pernah dianggap ada oleh ayahnya dan kedua kakaknya itu.
Tak perlu berpikir dua kali bagi Alica untuk berlari cepat meninggalkan rumahnya. Dia akan pergi ke suatu tempat yang akhir-akhir ini sering dikunjunginya. Meski dia ingat Aeera sudah memperingatkannya untuk tidak menginjakan kakinya lagi di tempat itu, tapi keinginan besarnya mempersiapkan hadiah untuk sang kakak, akhirnya membuat dirinya memutuskan untuk mengabaikan nasehat kakaknya.
Tak dia gubris setiap orang yang tanpa sengaja berpapasan dengannya. Beberapa yang mengenal dirinya menunjukan kepedulian mereka dengan menanyakan kemana dirinya akan pergi, namun Alica tak menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WHITE FOX LOVE [COMPLETED]
FantasyChapter sudah dihapus karena pindah ke Dreame/Innovel Lucia De'Lewis, Putra Mahkota kerajaan Lewis. Kerajaan siluman rubah. Dia seorang siluman rubah putih yang tak mempercayai cinta. Dia juga sangat membenci wanita. Hingga sebuah syarat yang diber...