Prolog

3 1 0
                                    

.
.
.
Langkah mulai terdengar samar dari arah ruangan yang terletak tidak jauh dari balkon apartemen mewah milik seorang perempuan berambut gelombang yang sedang menyeka bagian matanya, terlalu sakit menatap cahaya ruangan yang terkesan berlebihan karena dia lupa mematikannya sesaat sebelum terlelap.

Manik matanya beredar mengerjap sesaat kemudian curi pandang dengan jam dinding yang tepat berada di depan wajahnya, tergantung sempurna di dinding ruangan tersebut. Pukul 02.45 dini hari, seperti sudah terbiasa si pemilik rambut gelombang segera berjalan lunglai membasuh wajah dengan kedua belah tangan mungilnya, setelah selesai ia bergegas berjalan mematikan lampu ruangan dan kembali berjalan ke arah tempatnya bersemayam paling nyaman "tempat tidur".

Kembalinya ke tempat tidur bukanlah untuk menjelajah mimpi yang dilakukan orang lain pada umumnya. Ia memilih untuk mengambil satu buku yang sudah diletakkan dimeja dekat dengan tempat ia berbaring sekarang. Mata kecoklatan terkesan sayu karena si pemilik tidak pernah memperhatikan bahkan merawatnya dengan baik. Bergerak naik turun menjelajah setiap kalimat yang tertata pada setiap bait tulisan buku tersebut.

Waktu terus bergulir hingga sudah pukul 09.20 pagi, bintang dan bulan sudah berganti jaga dengan sang mentari. Ah mungkinkah hari ini sang mentari akan bersahabat dengan mentari lainnya? Entahlah harap harap cemas yang berkutat di dalam raut wajah seseorang yang baru saja memasuki ruangan dengan kesan gelap dan menegangkan tersebut, hingga manik matanya bertemu sang pemilik ruangan. " keluar yuk kay, ketemu sama kembaran kamu yang udah nongol di langit dari tadi" dengan sedikit menyibak kan rambut di wajah mungil di depannya, hening hanya terdengar suara detik dari jam di dinding. Si pemilik nama hanya diam meringkuk didalam selimut abu-abu dengan dikelilingi ornamen hewan-hewan lucu kesayangannya. "Ya udah kalo gamau keluar, seenggaknya makan ya. Abang bawa onigiri kesukaan kamu" nihil si wajah mungil tak bergeming sedikitpun.

Sang pemuda memilih segera mengusap ringan puncak kepala adik semata wayangnya tersebut dan segera berbalik keluar dari ruangan yang kalau dikatakan sebagai kamar atau tempat tidur mungkin tidak akan ada yang sanggup berlama-lama berada disana. Tak lama setelah menutup pintu ia berjalan ke balkon dengan langkah gontai sembari menggenggam telepon genggam miliknya.

"Halo bunda, kay nya udah bangun kok. Iya bun Aksa barusan taro perlengkapannya di dapur. Bun kay nya beneran ga mau di cariin perawat atau dokter aja biar jagain disini? Aksa takut kay nya nekat lagi bun" kemudian terdengar satu helaan nafas berat lolos dari bibirnya. "Iya bunda nanti coba difikirin lagi sambil kita cari solusinya yang tepat, Aksa coba tanya deh nanti sama temen kay juga. Iya bunda hati-hati perginya maaf Aksa ga bisa antar bunda ke bandara sekarang" kemudian segera mematikan panggilan dengan bundanya dan berjalan masuk ke dalam ruangan.

Mentari Kayya Praditia

Kay- sapaan kalo di rumah lagi sama ayah, bunda dan juga bang AksaMenta- biasanya anak-anak di kampus suka panggil aku gitu asal ga ditambah huru H aja dibelakang gapapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kay- sapaan kalo di rumah lagi sama ayah, bunda dan juga bang Aksa
Menta- biasanya anak-anak di kampus suka panggil aku gitu asal ga ditambah huru H aja dibelakang gapapa

Bulan Aksara Praditia

Aksa- kadang suka lupa kalo dia sama kayya tuh bedanya hampir 5 tahun, hobi banget gangguin kayya Dari mulai ngumpetin si Lulu "kucing kayya" di balkon rumah tetanggaSampe jedai satu satunya kayya di taro di bawah ban mobil ayah di garasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksa- kadang suka lupa kalo dia sama kayya tuh bedanya hampir 5 tahun, hobi banget gangguin kayya
Dari mulai ngumpetin si Lulu "kucing kayya" di balkon rumah tetangga
Sampe jedai satu satunya kayya di taro di bawah ban mobil ayah di garasi.


Raisaka Nuta Saffari

"Panggil aja Saka"Sulit ditebak apa yang ia pikirkan dan tindakan apa yang akan dia lakukan, yah namanya juga Saka kan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Panggil aja Saka"
Sulit ditebak apa yang ia pikirkan dan tindakan apa yang akan dia lakukan, yah namanya juga Saka kan










Another cast will be announce soon

.
.
Wah ahirnyaa kerjaan pertama saat sedang senggang banget sama kuliah. Semoga ada yang baca deh ini, segala adegan, latar, cast nya, aku buat sedemikian rupa tanpa pembuatan draft terlebih dahulu sih. Ide nya muncul begitu saja pas nulis. Sayang kalo di pangkas jadi di tuangkan saja disini. And FYI, kejadian seterus nya adalah benar real dari imajinasi dan mungkin nanti ada beberapa bagian yang memang kenyataan yang aku pernah alami. So, i wish you all enjoy my first work in here :)

maaf kalo masih banyak typo bertebaran di atas sana :')

Before The Light Come in // DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang