Resurrection of Mephistopheles--Prologue

1.2K 5 5
                                    

“Waspadalah! Waspadalah! Malapetaka mahadahsyat akan melanda Kerajaan! Waspadalah!”

Para penduduk Kerajaan bergerombol di alun-alun. Dari para tetua hingga anak balita, dari nyonya-nyonya bangsawan hingga pengemis yang tinggal di jalan-jalan, semua berkumpul di sana mengelilingi seorang petapa renta yang tak henti-hentinya berseru, “Waspadalah! Malapetaka terburuk sejak bumi diciptakan akan terjadi di Kerajaan!”

Petapa tua itu kurus kering dan tulang punggungnya bongkok. Seluruh tubuhnya bertumpu pada sebuah tongkat kayu butut, seolah-olah ia akan rubuh bila tidak berpegangan pada tongkat itu. Ia mengenakan jubah hitam lusuh yang sudah robek dan luntur di sana-sini untuk menutupi tubuhnya dari kepala sampai kaki.

Dan wajahnya... Siapapun yang melihatnya tak akan bisa melupakan sepasang mata merah penuh ketakutan, janggut kelabu panjang tak terawat, dan wajah keriput berhias hidung bengkok yang separuhnya hanya tinggal daging dan tulang tanpa kulit yang membungkusnya.

“Waspadalah, duhai rakyat Kerajaan!” suara serak itu kembali menggema, “Malapetaka ini tak akan terhindarkan! Hati yang lemah akan menjadi korban!”

“Memangnya ada bencana apa?” tanya salah seorang penduduk kota.

“Memangnya apa yang akan terjadi? Katakan yang jelas, Pak Tua!” tambah penduduk yang lain. Semua saling sahut-menyahut, menuntut sang Petapa agar menjelaskan apa sesungguhnya bencana yang ia wartakan.

“Malapetaka!” seru sang Petapa, “Kebahagiaan dan keceriaan akan lenyap... dan kesedihan... kesedihan dan ketakutan akan merajalela... Waspadalah! Hati yang lemah akan dikuasai kegelapan! Waspadalah!”

Para penduduk Kerajaan yang mendengarkan jawaban sang Petapa tertawa. Mereka menertawakan malapetaka yang disebut-sebut orang tua itu. Kesedihan? Ketakutan? Hal seperti itu tidak mungkin terjadi di Kerajaan. Di negeri itu, kebahagiaan ada di setiap penjuru. Kerajaan adalah negeri penuh keceriaan dan keindahan yang merupakan milik semua kalangan. Mana mungkin ada tempat untuk kesedihan dan ketakutan bersemayam?

Para penduduk bubar, tak lagi mengelilingi sang Petapa yang masih menyerukan peringatan, “Waspadalah! Malapetaka akan melanda Kerajaan, merasuk dalam hati-hati yang lemah! Waspadalah!”

***

“Yang Mulia!”

Pintu gerbang menuju ruang singgasana Raja dan Ratu Kerajaan didorong terbuka dengan paksa. Dua prajurit berlari memasuki ruangan itu dan berlutut di depan penguasa mereka.

“Yang Mulia, hamba membawa kabar buruk!” ujar salah satu dari kedua prajurit itu dengan panik.

Dahi Raja nan Bijaksana dan Ratu yang Lemah Lembut berkerut hampir serentak. Sang Raja pun berkata, “Apa gerangan kabar buruk itu, prajuritku yang setia?”

“Keluarga bangsawan Camelot, Yang Mulia!” seru prajurit yang lain, “Sesuatu yang mengerikan telah terjadi kepada Keluarga bangsawan Camelot!”

“Camelot pernah menjadi ksatriaku yang paling handal, ksatria di antara ksatria yang mengalahkan Penyihir Hitam Mephistopheles, ksatria yang mengalahkan kejahatan dengan kebenaran. Apa yang telah terjadi pada keluarganya?” tanya sang Raja.

“Mereka... Mereka telah tiada...”

“Apa?!” sang Raja berdiri dari singgasananya, tak percaya dengan kabar yang baru saja ia dengar. Begitu juga dengan sang Ratu.

“Ksatria Camelot, istrinya Lady Elaine dari Kerajaan Seberang, dan putranya Ksatria Lance... Mereka ditemukan tak bernyawa dan bersimbah darah di kediaman mereka, Yang Mulia... Sementara putri mereka, Lady Margarita, telah menghilang tanpa jejak.”

“Siapa yang berani membunuh pejuangku dan keluarganya?!” tanya sang Raja, kali ini penuh amarah.

“...Ampun, Yang Mulia, beberapa penduduk menyaksikan kejadian mengerikan itu... Mereka melihat pelakunya, Yang Mulia!”

“Siapa? Cepat katakan siapa!”

“Yang Mulia... Mereka mengatakan bahwa... Bahwa Penyihir Jahat Mephistopheles telah membantai seluruh keluarga bangsawan Camelot!”

“Yang Mulia! Yang Mulia!” kali ini, seorang pelayan wanita bertubuh gempal berlari memasuki Ruang Singgasana yang pintunya masih terbuka lebar, “Yang Mulia! Putri anda, Yang Cemerlang Tuan Puteri Saulenia telah diculik!”

“APA?!”

“Ini adalah pesan yang tertinggal di kamar Tuan Puteri, Yang Mulia!” pelayan itu dengan gemetar menyerahkan sepotong perkamen bertuliskan tinta merah kepada sang Raja. Sang Raja pun dengan gemetar mengambil perkamen itu dengan gemetar karena menahan emosinya yang bergejolak, kemudian Beliau membaca isinya.

Putrimu ada padaku. Kembalikan kekuatan dan mata kananku atau malapetaka akan menimpamu dan seluruh Kerajaan.—Penyihir Mephistopheles.

“Waspadalah! Waspadalah! Penyihir Jahat Mephistopheles telah bangkit dan akan menyebarkan ketakutan ke seluruh penjuru Kerajaan! Malapetaka akan menimpa Kerajaan!”

Resurrection of Mephistopheles (judul sementara xP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang