Cahaya Pagi

17 3 0
                                    

"Terkadang bersikap bodoamat lebih baik agar kita tidak terlalu merasakan sakit apa Yang sedang terjadi."


Sinar matahari pagi ini sudah mulai menerobo
jendela sang pemilik kamar.
Karena sinar matahari yang begitu terik
Membuat seseorang bangun dari mimpinya, seseorang yang memakai kaos berwarna putih dengan celana boxernya turun dari singgahannya menuju kamar mandi.

"Tok Tok Tok..." Suara seseorang mengetuk pintu kamar.
"Tuan apakah tuan sudah bangun?"
"Tuan hari sudah siang, tuan hari ini masuk sekolah tuan" ucap seorang dari bilik pintu. Yah itu Bi ina seorang pelayan yang bekerja dirumah ini. Bi ina sudah mengabdi dirumah ini kurang lebih 10 tahun.

"Iyaa bi sebentar lagi saya turun" ucap seorang dari dalam kamar mandi. Setelah mandi ia langsung bergegas memakai seragam sekolah dan memasukan 1 buku didalam tasnya dan langsung bergegas turun ke bawah untuk sarapan.

"Selamat pagii bi inaa" sapa seorang laki laki kepada seseorang yang sedang menyiapkan sarapan.

"Selamat pagi tuan, tuan ini sarapannya sudah saya siapkan" ucap seorang wanita separuh baya itu kepada seseorang yang sedang duduk dimeja makan.
"Saya permisi dulu tuan saya mau mengerjakan pekerjaan yang lain" wanita separuh baya itu dan langsung beranjak pergi dari meja makan.

"Tunggu bi ina, mari sarapan dulu bersamaku. Jangan senggan senggan kepadaku, bibi sudah kuanggap seperti ibuku sendiri" ajak seorang laki laki itu.

Setetes air mata keluar dari wanita separuh baya itu. Sungguh ia tak merasakan bahwa ia disini bekerja sebagai seorang pelayan. Justru ia selalu dihormati dan disayangi oleh tuannya seakan akan ia bukan seorang pelayan. Wanita separuh baya itu pun duduk didepan dengan rasa senang sekaligus tak enak karena ia rasa ia tak pantas duduk bersama tuannya karena ia hanya seorang pelayan bukan anggota keluarga ini.

"Tuan hari sudah mulai siang bukannya tuan hari ini hari pertama masuk sekolah tuan?"tanya wanita separuh baya itu kepada seorang yang duduk didepannya.

"Oh iyaa astaga saya pasti sudah telat ini, saya berangkat dulu bi"ucap laki laki itu dan langsung mengambil tasnya dan bergegas pergi menuju sekolahnya.

London school of public relations.
Sekolah yang telah dipilih orang tuanya untuknya. London school of public relations, sekolah yang terkenal akan siswa nya yang rata rata adalah anak orang terpandang dan memiliki julukan sekolah elit.

Setelah memasuki area sekolah alfiar langsung memarkirkan mobilnya yang berwarna hitam ditempat yang telah disediakan. Dengan sepatu kets berwarna hitam dan berpakaian rapi menambah aura alfiar saat turun dari mobil.

Dengan Postur tubuhnya yang tegap alfiar berjalan menuju lapangan Dengan gagah. Yang membuat kaum hawa terpesona dengan ketampanan dan kegagahan alfiar. Tapi alfiar tak peduli akan hal ini ia tetap melangkah dengan pandangan kedepan tanpa melihat siswi berteriak histeris melihatnya. Karena menurutnya Cinta seorang perempuan tidaklah tulus dari hati terkadang mereka melihat fisiknya dulu baru hatinya.

Ternyata semua siswa baru telah berada Aula. Dengan santainya ia berjalan menuju aula tanpa rasa takut akan terkena hukuman Yang akan ia dapat. Setalah sampai diaula alfiar melangkah masuk ke dalam ruangan itu tanpa merasa bahwa dirinya telah telat masuk ke ruangan itu. Ia langsung menuju ke kursi yang tersisa dibelakang.

"Sungguh membosankan didalam ruangan ini" batin alfiar.

GetrenntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang