"i like you at the first place's not because
you're cute, but you're different"Semua berawal saat aku memulai hidup baruku di sekolah baru, dan di jenjang yang baru pula, SMA.
Aku bukan orang yang teliti. Hari pertama MPLS, jantung ini tidak bisa tenang sebentar saja. Mungkin itulah yang membuatku menjadi orang yang tidak teliti, rasa khawatir yang berlebihan terhadap sesuatu. Aku tidak melihat sekelilingku dihari pertama tersebut, karena rasa takut yang meliputi setiap inci ditubuhku. Di sekolah baruku itu, hari pertama aku hanya sendirian. Sangat sendirian sehingga sebelum masuk sekolah, aku harus memperkenalkan diri terlebih dahulu pada seorang anak perempuan dengan terpaksa dan itu sangatlah canggung. Ya aku hanya seorang diri dari lulusan SMP-ku saat itu, tidak ada wajah familiar kala itu!
Di minggu awal aku tidak menyadari akan kehadiran anak laki-laki itu, sebut saja Geno. Minggu berikutnya, aku hanya sekadar tahu bahwa dia adalah lelaki bernama Geno, tapi tidak tahu bahwa dia, punya kekurangan. Kekurangan itu bukan kekurangan biasa, dan ini cukup fatal. Aku sebut begitu karena, seseorang akan secara langsung mengetahui kekurangannya, apabila ia menunjukannya. Dan, mau tidak mau, ia pasti akan menunjukannya. Bisa saja, anak-anak yang tidak cukup dewasa untuk menerima kekurangan seseorang, akan mengejeknya, menghinanya, atau mengucilkannya mungkin. Tapi aku bangga, dia tidak terlihat depresi atau malu atau apapun yang menunjukan bahwa ia menolak kekurangannya itu.
Suatu hari, aku melihat dia duduk di depan sebelah kanan dari kursiku. Saat bel pulang berbunyi, kami berdiri, berdoa, lalu memberi salam terima kasih pada guru kami waktu itu. Aku tidak sengaja menangkap dirinya memakai jaket yang tidak biasanya seorang anak laki-laki pakai. Disitu aku berpikir, sambil tersenyum, dan melihat dirinya dari belakang. Saat itu gaya rambutnya setengah botak. Maksudku, masih tersisa sedikit rambut, tapi tidak begitu banyak untuk dapat menutupi kepalanya yang bulat itu, hehe.
Jaket TWICE. Tertera nama SANA, nomor berapa aku lupa. Warnanya hitam, jaket itu memiliki topi seperti hoodie, dan tulisannya berwarna merah. Dibagian depan terdapat logo TWICE saat itu seingatku. Itulah alasan aku tersenyum. Jarang lho, ada lelaki yang segitunya mengidolakan seorang wanita, apalagi dari korea. Di Indonesia, saat itu, mereka masih menolak adanya idol korea. 'Plastik' adalah julukan yang mereka berikan. Maka dari itu, sejak itu aku melihatnya sebagai seorang anak laki-laki yang berbeda dari yang lain. Jelas sudah alasan pertama mengapa aku menyebutnya berbeda.
Tentu aku tidak melihat fisiknya. Memang dia tinggi, aku menambah nilai plus bagi fisik seorang laki-laki yang lebih tinggi dariku, idealnya saja bagaimana. Tapi, saat itu aku tidak memperhatikan itu. Aku menyukainya, karena saat pertama aku melihatnya, dia benar-benar berbeda. Tampan? sekarang memang dia memiliki rupa yang menarik. Maaf tapi, menurutku sekarang dia sangat menarik, hahaha. Tapi dulu? Pertama kali dia masuk kelas, aku sekilas melihatnya masih membiarkan rambutnya gondrong. Bergelombang. Memang tidak begitu panjang, tapi melebihi telinga, mungkin sampai lehernya. Aku hanya melihatnya sekilas sehingga aku lupa bagaimana bentuk jelasnya rambut dia saat itu. Sehingga, hehe maaf lagi, dulu dia tidak setampan sekarang dengan gaya rambut itu. Jadi aku menyukainya bukan karena fisik, bukan? Toh dulu dia tidak setampan itu.
Alasan lain kalian harus percaya bahwa aku tidak memandang fisiknya, yaitu saat ada kerja kelompok—aku ingat itu adalah pelajaran PKWU—dia menunjukan kekurangannya itu. Aku kaget saat pertama kali mengetahuinya. Tapi aku pendam, tidak ingin terlihat begitu kampungan, karena aku baru pertama kali bertemu dengan orang yang memiliki kekurangan tersebut. Dia gagap.
Dulu aku sering menonton film bollywood karena tidak ada tontonan lain yang asik untuk disaksikan saat itu. Dulu smartphone tidak begitu asik karena dulu untuk mencari internet sangatlah sulit. Maksudku, aku dulu tidak mengerti jenis internet dengan harga terjangkau namun dalam periode lama. Jadi ya bisa dibilang aku jarang memainkan hp tersebut, kecuali saat ada koneksi internet, sehingga hiburanku hanya dari TV atau menulis cerita di laptopku yang mungil itu.
Ketika mendengar bahwa Geno merupakan anak yang gagap. Langsung terlintas dibenakku, film bollywood THAPKI. Aku menulis ini dengan tertawa. Menertawai kenapa dulu aku mau-mau saja menghibur diriku dengan film bollywood. Aku ingat saat ide itu muncul dibenakku, aku tertawa juga dalam hati. Ini adalah alasan kedua kenapa Geno berbeda dari yang lain. Dia gagap, tapi dia tidak mengeluh karena itu. Setidaknya, ia tidak pernah terlihat sedih atau mengeluh padaku tentang kekurangannya itu.
Belum lengkap aku jelaskan mengapa fisik bukan hal yang membuat aku tertarik padanya. Mungkin akan kujelaskan di Part 2. Jangan lupa untuk membacanya! Tapi aku tidak memaksa kalian. Karena tujuan aku membuat cerita ini, hanya karena aku ingin semua yang aku ingat tentang dia, akan terus menjadi kenangan sampai aku bertambah tua nanti. Menurutku, kisahku ini menarik. Meskipun tidak semenarik kisah orang lain diluar sana. Tapi kembali lagi, aku membuat ini hanya sekadar mencurahkan isi hati saja. Dan fakta lain mengenai cerita ini, aku membuat cerita ini tepat diharu itu juga ide ini muncul. Jumat, 6 September 2019. Mungkin sekitar pukul 5 sore. Aku tiba-tiba berpikir bahwa kisah ini akan menjadi kisah lucu jika kucurahkan ke tulisan. Jadi aku langsung saja, mencari judul yang tepat, mengedit cover cerita, mengedit foto sebagai quotes, dan menulis—atau bisa disebut mengetik?—cerita ini sampai sekarang ini.
Mohon maaf bila ada kesalahan kata, atau kesalahan ejaan, atau apapun yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan/PUEBI mungkin? Aku masih amatir. Apalagi ini ditulis hari yang sama ide ini muncul, haha. Aku sengaja memilih gaya penulisan baku. Tadinya aku ingin menggunakan bahasa inggris, namun aku tidak sebegitu pandai dalam bahasa itu. Jadi mungkin, setelah aku lelah atau bosan menulis cerita ini, akan kubuat cerita dengan bahasa inggris. Hitung-hitung belajar bahasa inggris, meskipun pasti akan ada google translate disampingku menemani jalannya cerita tersebut. Sekali lagi, mohon maklumkan kebahasaan dalam cerita ini. Aku pun mungkin masih bertele-tele dalam menjelaskannya, tapi menurut pembelaanku, aku ingin menjelaskan semuanya secara detail hehe. Maklumkan ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The You That I Want
Non-FictionIni tentang beberapa anak laki-laki yang pernah mewarnai kisah SMA-ku. Aku tidak memiliki seseorang yang dapat aku ceritakan tentang ini, jadi aku menulis semuanya disini.