***Oleander***
Tuhan, aku selalu bertanya, kemana kah perginya mereka yang telah meninggal. Apakah mereka ikut merasakan sakit yang di rasakan oleh orang-orang yang mereka tinggalkan?? Kemana perginya jiwa-jiwa yang terlepas dari badan???
***Oleander***
Aku mengenalnya tiga tahun yang lalu, ah... bukan aku, tepatnya dia yang mengenalku sebagai kakak tingkatnya di universitas tempatku menuntut ilmu beberapa tahun terakhir. Aku menyukainya. Dari pertama kali mataku menangkap raut wajah bulatnya dan tatapan kosongnya, aku menyukainya meski aku telah berjanji untuk tak jatuh cinta padanya.
Bukan tanpa perjuangan aku mendapatkannya, butuh waktu yang lama bagiku untuk bisa mendekapnya seperti ini. Dia bukan gadis yang bisa ku beli dengan setumpuk benda bermerkkan Louis Vottuin, Gucci, Channel dan sejenisnya, bukan, meskipun aku bisa menghadiahkan semua benda tersebut untuknya. Dia berbeda.
Aku tau ini salah. Aku tahu aku tak seharusnya jatuh cinta padanya. Ini benar-benar salah, tapi pernahkah kau merasakan sesuatu yang bertentangan dengan isi kepala mu? Kau berkata tidak, tapi hatimu berbisik iya. Itulah yang terjadi padaku. Hati dan otakku sepertinya tak lagi sejalan, atau mungkin mereka bahkan tak lagi merasa bukan bagian dari tubuhku.
Ah, sejak kapan kau mau mendengarkan kata hatimu Taehyun-ah? Bukankah selama ini hatimu telah membeku??
“Hi-yah…”
Sepasang tanganku mulai menyelinap lembut di pinggang rampingnya, dengan wajah yang menumpu di pundaknya. Aku mencoba untuk tak peduli pada seraut wajah yang menunjukkan penolakan di cermin di hadapanku. Aku tidak suka penolakan. Sungguh, aku butuh dia saat ini.
“Aku lelah hyun-ah… sebaiknya kita pulang…”
Sebuah desisan lembut tanpa sengaja ku lepaskan tepat di telinganya, namun dengan cepat tubuhnya berpaling dan menyambar tas berwarna merah menyala di atas meja dan melangkah menuju pintu ruangan.
“Okey…” untuk kesekian kalinya. Dia selalu bisa membuatku menyerah. Tapi tidak untuk saat itu.
Ah, bagaimana aku harus menjelaskan padamu tentang perasaanku saat ini. Percayalah ini sangat sulit untuk di katakan.
Aku, Nam Taehyun, seorang namja cantik yang terlahir di sebuah keluarga bermarga park. Terlahir dari keluarga yang bukan marga ku kadang membuatku tersenyum miris. Tapi setidaknya mereka menyayangiku, tetap menganggapku sebagai putra mahkota di keluarga itu meski aku bukan bagian dari mereka.
“Tak peduli kau berasal dari siapa, karena saat ini kau disini berarti kau milik kami”
Sebuah kalimat yang masih terngiang jelas di telinga ku tepat saat halmonie menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan aku dan nunna yang tak mengerti apa-apa tentang dunia yang harus kami hadapi selanjutnya.