Bulan Lucu

1K 9 11
                                    

"Apa maksudmu dengan masalah hukum? Bukankah semua dokumen sudah ku tandatangani sebelum meninggalkan New York?"

Aku terkejut membuka mata karena mendengar suara Liam yang keras, akan tetapi matahari dari tirai yang telah dibuka lebar sekonyong-konyong membutakan mataku. Aku mengerjap dengan cepat, berusaha menyesuaikan hamburan cahaya matahari pagi. Ketika mataku telah beradaptasi, kulihat Liam memijit pelipisnya di ujung ranjang. Dia sudah berpakaian, lengkap dengan kemeja kashmir hijau gelap merek burbery.

Pukul berapa ini? Aku bangkit dari tidurku, Liam tiba-tiba menoleh kemudian menghampiriku. Meraih wajahku dalam satu genggaman ia kemudian menciumku.

"Siapa itu?" Aku bertanya tanpa suara, tetapi Liam mengangkat tangannya tanda ia belum bisa diajak mengobrol. "Berengsek, Martin!" Dia tiba-tiba membentak dengan keras. "Bisa-bisanya kau selalai ini. Tugas uji tuntas itu harus selesai pekan depan, jika produk baru ini gagal menembus pasar, David akan terlibat lebih jauh!"

Aku mendecakkan lidah. Martin adalah sekretaris Liam, jika dia sudah menelepon biasanya itu karena dia sudah kewalahan. Dan tunanganku yang gila kerja ini pasti akan turun tangan membereskan masalah perusahaannya. Ditengah-tengah liburan kami.

Aku menyibak selimut dengan kesal lalu bangkit berdiri meninggalkan ranjang. Terlalu lama mendengarnya membahas pekerjaan hanya akan mendidihkan amarahku.

Kami hanya akan berlibur selama seminggu, tetapi belum dua puluh empat jam tiba di Sienna, dia sudah mulai sibuk dengan perusahaannya!

Tenanglah Olivia. Kau harus menahan diri. Ini liburan pertamamu bersama Liam. Aku mengingatkan diriku sendiri. Rileks. Aku menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya.

Kuputuskan untuk berendam dengan minyak mawar begitu melihat kamar mandi. Rupert, sahabatku memberikan benda mahal itu ketika tahu aku akan berlibur ke Italia. Katanya, kulit yang santai adalah kunci dari liburan yang hebat.

Sekarang aku ingin tertawa sekaligus menangis.

"Email padaku secepat mungkin!" Aku mendengar bentakan Liam semakin keras dari balik pintu kamar mandi. Kuputar keran air hangat untuk mengisi bak mandi, lalu menuangkan minyak mawar. Aromanya yang manis dengan cepat menenangkan pikiranku. Aku segera melepas piyama, lalu masuk kedalam bak mandi yang terbuat dari tembaga mewah.

Di dalam air hangat yang wangi, aku kembali memikirkan hubunganku dengan Liam. Dulu Liam tidak segila ini dalam bekerja. Dulu dia sangat santai, manis, dan lembut. Akan tetapi, sejak Ayahnya terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat dua tahun yang lalu, dia berubah.

Dia berubah menjadi sosok yang sangat ambisi terhadap pencapaian. Dia menjadi lebih sering lembur di kantor, tidak pernah mengirimiku pesan manis lagi, dan sulit memiliki waktu kosong meskipun hanya sekadar makan malam .

Aku tidak pernah mengeluhkan sikapnya itu secara terang-terangan, karena aku mengerti bahwa dia sangat terbebani dengan statusnya sebagai anak Presiden. Wartawan mengikutinya kemana pun, dan selalu membuat berita mengenai dirinya sekecil apapun itu.

Liam Russel membeli sendal jepit di Wallmart

Atau

Perusahaan Otomotif Liam Russel, Black Rock dicurigai membayar hutang menggunakan pajak negara.

Tentu saja Liam yang gigih tidak akan membuat kesalahannya digunakan oleh lawan politik untuk menghancurkan Ayahnya. Maka sekeras mungkin ia bekerja agar nama Russel tidak buruk di media. Paling tidak bukan karena dirinya.

Seperti itulah dia berubah.

Lalu musim dingin tahun lalu Liam melamarku. Tentu saja aku menerimanya. Siapalah aku yang begitu lancang bisa menolak lamaran seorang Liam Russel. Akan tetapi, tanggal pernikahan belum pernah berhasil kami putuskan karena aku sangat gugup.

Funnymoon Where stories live. Discover now