Pemesanan:
Wa; 0812-5207-0525Selamat Membaca
Aku terbangun dan mulai menjelajah kamar yang masih asing bagiku. Ya, sejak aku mengetahui kebusukan suamiku sendiri. Aku memutuskan tidak lagi sekamar dengannya.
Kuhela nafas kasar dan menghembuskannya dengan perlahan. Menghalau berbagai kekhawatiran yang sempat terbersit di pikiranku.
Aku masih belum punya kandidat yang bisa kumintai spermanya. Apa aku perlu meminta bank sperma saja? Sehingga aku tak perlu repot-repot mencari lelaki yang siap menyemburkan spermanya ke rahimku.
Apalagi aku pasti memikirkan bagaimana caranya? Gara-gara memikirkan ini, membuatku tak bisa tidur dengan tenang. Kurasa mataku bisa terpejam setelah kudengar bunyi jam berdentang empat kali. Itu artinya aku hanya tidur selama tiga jam saja. Karena pukul tujuh alarmku sudah berisik membangunkanku.
Dengan malas aku menuju kamar mandi. Tubuhku hampir limbung kalau tak segera mencari pegangan. Ini pasti karena kurang tidur. Namun bolos kerja di kondisiku yang sekarang sepertinya kurang bijaksana. Aku harus mulai mengumpulkan pundi-pundi uang untuk bekalku hidup menjanda kelak.
Setelah selesai semuanya. Kurasa aku sudah siap memulai awal baru.
Ya, mulai berburu mangsa.
Senyuman kecut, sempat terbayang di wajahku kala aku bercermin. Wajahku tak kalah cantik, jika dibanding Mbak Karin. Badanku juga proposional. Sexy, kalau orang bilang. Aku membolak-balikkan badanku sendiri di depan cermin. Bodoh sekali Martin melewatkanku begitu saja.
Dia lebih memilih bekas dari saudara sepupunya. Menjijikkan.
"Baiklah, sexy woman. Ready to action?" tanyaku pada diriku sendiri membuatku terkekeh sendiri dengan kekonyolan yang kuciptakan sendiri. Dasar idiot!
Saat aku sampai di meja makan, aku dikejutkan dengan kehadiran satu orang yang sebelumnya cukup kuhormati. Namun sejak semalam, menjadi orang yang paling hina di mataku. Ya, Mbak Karin.
"Selamat pagi Mbak. Wah, apa di rumah Mbak, sudah kehabisan bahan makanan ya sampai mengungsi sarapan di rumah orang." Nada sarkas sengaja kulontarkan untuk dua orang yang kini tanpa malu saling bergenggaman tangan di meja makan. Dan saling menyuapi. Oh, tiba-tiba perutku mual. Dan mendadak kenyang.
"Jaga omongan kamu! Kamulah yang harusnya tidak ada di sini!" hardik suamiku.
"Oh ya? Seingatku, aku masih istri sahmu lo Mar, atau tanpa sepengetahuanku kamu menceraikan aku? Wah, kalau begitu aku minta surat cerainya. Maka dengan senang hati aku meninggalkan neraka ini." Tak ada lagi rasa hormat yang tersisa untuk lelaki brengsek di depanku ini. Tidak seujung kuku pun.
"Bagus sekali. Dalam semalam, kau jadi wanita pembangkang!" bentaknya marah.
"Kamu juga, dalam semalam menjadi suami brengsek! Kalian berdua memuakkan! Apa kata orang kalau tahu seorang Karin yang anggun dan bermartabat menjadi perusak rumah tangga sepupu suaminya sendiri? Apa kata nenek moyang Hartono kalau tau seorang Hartono membawa pulang istri sepupunya sendiri dan menidurinya di rumah yang mana di sana juga masih ada istri sahnya?" ejekku, keduanya tampak sangat marah padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Affair (On Going)
RomanceMenceritakan tentang perjalanan kehidupan Amanda Sinclair. Empat tahun menikah dengan Martin Hartono, seorang dokter bedah di RS HIS. Rumah sakit milik keluarga Hartono. Kehidupan rumah tangga yang dia harapkan tidak juga didapatnya. Ibu mertua yan...