Mereka semua telah sampai di lokasi perkemahan. Tempatnya sangat indah dan sejuk. Axel pun menyuruh para peserta camping untuk membangun tenda mereka begitu juga dengan Ana dan Zia. Setelah semuanya membangun tenda, Axel meminta semua siswa itu berkumpul.
Semua siswa telah datang dan berkumpul sesuai dengan apa yang diperintahkan Axel. Setelah ssmuanya berkumpul, Axel berdiri di depan sambil memandangi wajah mereka satu persatu. Karena merasa semuanya sudah ada, Axel mengumumkan sesuatu kepada mereka semua.
"Hai semua, sepertinya kalian sangat bersemangat dengan acara camping ini. Baiklah, kalian bisa berjalan-jalan untuk menikmati pemandangan hutan ini. Kalian harus kembali sejam lagi. Mengerti?" Alex melihat semua peserta camping.
"Mengerti, Pak!" Jawab mereka bersamaan.
Semuanya pun bubar dan melakukan rutinitasnya masing-masing. Ana dan Zia masih berada di tempatnya.
"Ana, apakah kau mau berjalan-jalan atau tetap berada di dalam tenda?" Tanya Zia.
"Err... Kurasa... Aku akan..." Ana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Entah mengapa, tiba-tiba matanya melihat ke arah Axel dan anehnya, saat Ana melihat pria itu, Axel juga melihatnya.
'Ke-kenapa Pak Axel melihatku?' Pikirnya.
Beberapa saat kemudian, Axel memalingkan pandangannya dan pergi dari sana. Melihat tingkah Axel tadi membuat gadis itu merasa aneh.
'Kira-kira... Kenapa yah?'
"Ana! Hei! Apa kau mendengarkanku?" Lagi-lagi Zia kembali menyadarkan Ana dari pikirannya.
"Huh? A-ah... Itu... Kurasa aku ingin melihat gerbang yang kita lihat tadi..." Kata Ana.
Zia melihatnya dengan kebingungan, "A-apa? Apa kau tidak dengar dengan apa yang dikatakan Pak Axel? Kita dilarang mendekati pagar itu." Kata Zia yang mencoba mengubah keinginan temannya itu.
"Tapi... Aku penasaran. Tenang saja, kita akan berdiri jauh dari gerbang itu. Kita akan hanya melihatnya dari kejauhan." Gadis bermata coklat itu memohon kepada Zia.
Mau tidak mau, Zia hanya bisa pasrah. Dia menuruti keinginan Ana, "Haaa... Baiklah, kita akan pergi ke sana tapi ingat, kita hanya akan melihat gerbang itu dari jauh."
"Oke. Aku akan pergi mengambil jaket dulu baru kembali ke sini."
Zia menganggukkan kepalanya. Ana pun segera meninggalkan Zia dan bergegas menuju ke tenda. Setelah mengambil jaketnya, gadis itu kembali ke tempat temannya menunggu dirinya.
"Aku sudah mengambil jaketku. Sekarang ayo kita pergi." Ana berjalan melewati Zia. Zia hanya terdiam dan mengikuti Ana dari belakang.
Saat kedua gadis itu pergi, mereka tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengawasi mereka.
'Kuharap mereka tidak pergi ke tempat yang aku pikirkan sekarang.'
Orang itu segera pergi mengikuti kedua gadis itu. Di dalam perjalan Ana dan Zia banyak membicarakan sesuatu terutama Zia banyak bertanya soal kehidupan Ana. Ana hanya menjawab pertanyaan dari gadis berambut pirang itu sesuai dengan kebenarannya dan soal masa lalunya.
"Ya Tuhan! Jadi... Sampai sekarang, ingatanmu yang hilang belum kembali?" Tanya Zia. Gadis itu melihat Ana dengan prihatin.
Jujur, Ana tidak suka jika ada orang yang prihatin atau merasa kasihan padanya. Dia merasa weird jika orang seperti itu padanya.
"Yah... Mau bagaimana lagi. Ini juga bukan kemauanku." Kata Ana sambil tersenyum pahit.
Zia mengusap pundak Ana, "Walaupun aku baru menjadi temanmu, tapi aku janji akan selalu ada saat kau membutuhkanku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Hope (On-going)
FantasyVOTE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA YAH~! (Note: Jika cerita ini memiliki kesamaan dengan cerita yang lain, mohon maaf sebelumnya. Hal tersebut benar-benar tidak disengaja.) Anatasya Lovania. Gadis berumur 17 tahun ini adalah seorang gadis yang kehilanga...