BETA : touch her and I'll crack your bones

5.3K 490 357
                                    

Absen kalian pada umur berapa aja...

Kernyitan di dahi Kuma kembali nampak. Ia meneliti kembali sepatu di depannya itu. Sepasang sepatu converse hitam putih yang nampak lusuh. Setahu Kuma, Zaky adalah orang yang sangat pembersih, kenapa sepatu cowok itu terlihat sangat kotor?

Dengan dikuasai rasa penasaran dan kebingungan, Kuma perlahan mengangkat wajahnya. Celana botol dengan sobekan kecil di lututnya, itu tidak seperti Zaky yang selalu mengikuti peraturan sekolah. Baju seragam yang tidak dimasukkan kedalam celana, itu juga tidak seperti Zaky yang selalu nampak rapih kapanpun dan dimanapun. Lalu jaket kulit hitam? Kuma tidak pernah merasa melihat Zaky menggunakan jaket rocker seperti itu.

Dan apa itu? Ya ampun! Apa itu bekas darah di beberapa bagian baju yang terlihat kotor itu? Kepala Kuma lalu dengan cepat menengadah dan seketika kenyitannya mendatar digantikan wajah terkejut dengan mata melotot.

Wajah angkuh penuh bekas luka perkelahian, mata elang yang menyorot padanya dengan tajam dan rambut acak-acakan khas bad boy di depannya ini sama sekali bukan Zaky!!!

“Ka—kak Arjun?!!”

Arjuna memilih duduk di samping Kuma dengan cuek. Kuma refleks menggeser sedikit badannya agar duduk lebih jauh. Ia melihat Arjuna kini membuka pita kotak tersebut dan membuka tutupnya. Ia merasa semakin panik, itu untuk Zaky!

“Emm,, kak anu...”
“Apa?”

Nyali Kuma langsung menciut begitu Arjuna bertanya yang terdengar begitu garang. Bagaimana cara mengatakan itu bukan untuknya tanpa di cincang hidup-hidup? Apa tidak perlu bilang dan langsung pergi saja?

“Ka—kak Arjun, maaf sebelumnya tapi cokelat itu sebenernya...”

“Cokelat ini lo bikin sendiri?” Arjuna mengambil satu buah cokelat dan mengangkatnya.

“Hah? Eng, i—iya. Tapi kak itu saya sebenerny—EHHH KAK JANGAN DIMAKAN!!”

Gerakan tangan Arjuna yang baru saja memasukkan cokelat kedalam mulutnya terhenti begitu mendapat teriakan melengking dari gadis di sampingnya. Ia nampak mematung sejenak dengan mulut yang sedikit terbuka karena baru saja dimasuki cokelat.

“Gue gak budeg,” kata Arjuna dengan kernyitan dahi lalu mulai mengunyah cokelatnya dengan cuek.

“Ma—maaf kak tapi saya salah orang. Harusnya, harusnya bukan kakak yang saya kasih cokelat itu.”

Arjuna menatap lurus pada Kuma didepannya yang seketika nampak ketakutan karena mengartikan tatapannya sebagai sebuah kemarahan. Sedetik kemudian, ia nampak mengedikkan bahunya dengan santai. “Gue gak peduli. Lo sodorinnya ke gue artinya buat gue.”

“Ta—tapi kak, saya harusnya ngasih itu dan nembak kak Zak—”

Brakk!

Kuma sedikit terlonjak begitu Arjuna menutup kotak cokelatnya dengan keras. Ketakutannya kembali. “Maaf.”

Arjuna nampak menarik napasnya sebelum ia bangkit berdiri. “Gue duluan,” pamitnya lalu mulai berjalan meninggalkan Kuma yang masih tetap di tempatnya. “Kenapa masih duduk disitu?” tanyanya sebelum benar-benar pergi.

“Hah?”

“Bentar lagi bel masuk, jangan sampe telat ke kelas,” kata Arjuna yang dengan refleks direspons anggukan patah-patah dari Kuma.

Arjuna menganggukkan kepalanya. “Oh ya, gue siapa?”

“Hah? Ka—kak Arjun, kan?” Kuma mengerutkan keningnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Baddest BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang