▪Rumor¿

16 4 0
                                    


" Aster, bisa tolong kau lepaskan? "

Ia merenggangkan pelukannya. Aku sedikit syok tentu tak berani menatap wajah dinginnya. Dan Sebelum dia benar-benar melepaskan tanganku. Namun...

" Terima kasih untuk hari ini. " ia terdiam sejenak. " terima kasih untuk kepedulianmu. " lanjutnya lalu pergi begitusaja meninggalkanku.

Aku masih mematung. Berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi. Syok. Hingga tak sadar kata-kata terakhir yang baru saja diucapkan Aster.

*****

" Gerbera, Tugas kelompok tuk persentasi minggu depan sudah terkirim kan? " Neyla tergopoh-gopoh mencegatku di gerbang kampus.

Aku mengangguk. Mengetahuinya Neyla sangat-sangat tenang. Neyla adalah teman dekatku sejak masuk ke kampus ini.

Ttiiin...
Mobil dengan Plat mobil yang tak asing bagiku berhenti.

Ben tersenyum di dalamnya.

" Ney, mau ikut sampai depan? " tanya Ben, menawari tumpangan pada Neyla.

" Owh... hahaha tidak-tidak... nanti aku mengganggu kalian. "

" Ayolah...~ " Kataku merayu Neyla sambil mendudukinya di bangku tengah. Jelas aku duduk disamping Ben.

Mobil mulai melaju dengan santai hingga Neyla memecah hening.

" Ben, akhir-akhir ini pasti lebih sibuk dari biasanya ya? Terlebih di daerah sekitar kosannya Gerbera sedang gempar rumor penganiayaan atau rampok kalau tidak salah, jadi harus antar jemput sahabatku ini. " ujar Neyla.

" Ehehehe... tidak apa... memang dasarnya senang sih, mengantar Rara. Bukan karena rumor itu... " Tanggap Ben. " Lagi pula ngak logika sebenarnya rumor pembunuhan itu, masa dalam 1 bulan bisa memakan 1 korban per minggu? Itu namanya terlalu nekat si pelaku! " terang Ben.

Aku hanya terdiam menyimak pembicaraan mereka.

" Eits! Mungkin pelakunya sudah terbiasa, jadi pro? Pasti ada sesuatu kan? Apa lagi pembunuhan pertama tanggal  23 juli itu. Korban pria setengah baya disayat sebelum dibunuh di depan rumahnya sendiri. Aneh. "

" E-eh, aneh gimana Ney? " tanyaku buka suara.

" Ya... aneh! Pelakunya tidak normal berarti. Sakit. "

Sesungguhnya aku juga masih memikirkan apa yang difikirkan Neyla secara tidak langsung. Penasaran dengan fakta pembunuhan yang terjadi. Malam itu terlalu rumit bagiku. Lolos dan masih hidup hingga sekarang merupakan keberuntungan yang patut sangat-sangat disyukuri. Tapi tetap. Pelakunya bukan Aster pastinya.

Aku masih menyimpan kepercayaan padanya, sejak melihat air mata itu menetes.

Seketika kami kembali dalam keadaan hening.

" Rumornya, sayatan tubuh korban pertama itu tidak seperti cakar kuku, tapi benda tajam. Kira-kira pakai... apa ya? " Neyla rupanya masih larut dalam rumor-rumor tak jelas itu.

Diam sejenak . Dan...

" Ini! " Seru Neyla tiba-tiba sambil menunjuk benda tajam yang bentuknya kolaborasi antara pisau, silet, dan obeng yang berada di dubsboard mobil.

" Eeh~? Kamu ini aneh-aneh saja Ney...  " Ben tertawa kecil, diikuti kami berdua.

" Hmm... tapi Ben, apa itu? " tanyaku penasaran dengan bentuknya.

" Owh... itu tidak sengaja ku buat untuk membetulkan kabel mobil yang lepas kemarin lusa. Karena sulit dijangkau dan terlalu dalam makanya kugabungkan silet dengan gagang obeng... " terangnya santai.

Wrong [HIAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang