"Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah." - Buya Hamka-
Halo teman-teman, di malam ini entah kenapa aku merasa punya minat untuk menulis catatan ini. Bermula dari kesibukkan sekolah yang sangat padat kadang membuat kita lebih cepat untuk mencapai titik jenuh. Mau melakukan apapun rasanya malas. Bahkan membereskan tempat tidur pun rasa malasnya meningkat tiga kali lipat.
Titik jenuh yang aku alami membuatku lupa terhadap esensi waktu. Aku hanya bersandar malas di pojokan kelas sambil mendengar lagu dari spotify. Tidak membuka buku catatan barang sedikitpun. Kadang, hal ini terus-terusan sampai bel pulang sekolah. Akhirnya sampai di rumah, bukannya mereview materi pelajaran sekolah aku malah memilih untuk menidurkan tubuh dan dengan cepat membuka sosial media lewat handphone.
Selang beberapa saat, mataku sudah berasa pedih. Tubuh sudah beradaptasi dengan empuknya kasur membuatku langsung tertidur dengan handphone masih menyala di sebelah kanan kepalaku.
Hal ini, tidak terjadi sekali, melainkan sangat sering. Beberapa kali aku merenung akan kesalahanku menyikapi titik jenuh. Aku sadar jika titik jenuh tidak bisa dielak atau diberhentikan karena dia adalah bagian dari siklus perkembanganku. Tanpa titik jenuh pikiran kita tidak bisa rehat. Oleh karena itu, titik jenuh tidak sepenuhnya buruk. Hanya saja, jika dibiarkan otak kita akan menuntun kita untuk terus berada di situasi tersebut. Nah, ini nih, yang harus dihindari.
Bagaimana cara mengatasi titik jenuh?
Ketika aku bertanya dengan teman-temanku mengenai hal ini dengan pertanyaan : "Guys, aku males nih, padahal tugas masih numpuk,"
Kebanyakan menjawab : "Nanti aja di rumah, lagian teman-teman yang lain belum pada ngerjain,"
Jawaban itulah yang membuatku merasa memilih untuk tetap berada di situasi tersebut. Memilih untuk santai dengan berselancar di sosial media.
Kelas yang tidak kondusif membuatku merasa semakin nyaman disituasi ini. Teman-temanku sama-sama nyaman dan tidak ingin memulai untuk mengerjakan tugas. Lalu, bagaimana aku harus berubah.
Sore itu aku melihat insta story teman SMP ku dulu yang saat ini bersekolah di Kepulauan Riau. Postingan itu membuatku tersadar. Di dalam story itu dia menuliskan segala impiannya. Ingin masuk ke jurusan teknik kimia dan kedokteran umum adalah impian yang besar dan sulit. Namun, dia tetap semangat mengejarnya. Bahkan, disamping mengejar akademik dia pun unggul di bidang renang.
Membandingkan dirinya dengan diriku membuatku malu sendiri. Prestasi akademisku tidak bisa dibanggakan apalagi prestasi non akademis yang belum pernah aku coba segiat dirinya. Gara-gara instastory tersebut membuat sel-sel di dalam diriku berlomba-lomba mengolok diriku yang malas, sebaliknya alam bawah sadarku berusaha menenangkan gejolak tersebut.
Aku harus berubah.
Aku harus membawa perubahan.
Mulai besok aku akan mengalahkan kemalasanku.
Aku menunjukkan segala usaha kerasku. Sulit memang awalnya, tetapi kebiasaan dimulai dari keterpaksaan. Beruntung aku memiliki teman-teman yang terbuka. Nggak mencemooh jika aku tiba-tiba rajin atau kata gaul zaman sekarang, yaitu burang (buru rangking). Malah, teman dekatku ikut-ikutan belajar.
Belum sampai sebulan teman-temanku terbawa suasana untuk mengalahkan rasa malas karena melihat warga kelas yang mulai rajin. Sampai ke titik jenuh berikutnya aku tidak perlu lama-lama berada di situasi tersebut. Karena teman-temanku yang awalnya acuh tak acuh dengan kata rajin mulai menunjukkan sikap produktifnya : membuka buku wangsit atau merangkum materi. Yang awalnya mau terus-terusan rehat berasa takut tersaingi oleh mereka.
Jadi, jangan takut untuk memulai guys, aku sadar lingkungan sangat berpengaruh banget sama perkembanganku. Jika lingkungan kalian belum kondusif buatlah perubahan mulai dari dirimu, orang disekitarmu pasti terpengaruhi. Apalagi kamu membawa pengaruh positif.
Ingat, agen perubahan dirimu yang utama adalah dirimu sendiri. :)
-
Selasa, 10 Sept 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa yang Mengajarkan Kita
Literatura faktu!Warning! Bukan cerita wattpad yang kalian cari. Hanya tulisan abal-abal yang mungkin bisa membantu kamu memikirkan kembali sebuah makna tersirat kehidupan. 'Catatan' ini menjelaskan akan fungsi hakiki bahasa, yaitu mengajarkan. Salam manis, Rhei...