Chapter III

478 77 6
                                    

Dua bulan sebelumnya

Siang itu Joong dan sang ibunda tengah berada di Kantaphat University. Keduanya datang bermaksud mengajukan syarat-syarat awal administrasi untuk Joong, agar ia bisa menjadi salah satu mahasiswa tahun ajaran baru yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi disana.

Joong baru menyelesaikan ujian nasionalnya minggu lalu, jadi dia hanya tinggal menunggu hasil nilai ujiannya dari sekolah dan memastikan apakah ia akan diterima atau tidak di universitas tersebut setelah nilai seluruh mata pelajarannya keluar minggu depan.

Di universitas ini, Joong akan mengambil jurusan arsitektur lanskap. Jurusan yang cocok dengan kegemaran dan hobinya akan keindahan tata ruang.

Bahkan sejak Joong masih kanak-kanak, ia sangat suka menata segala sesuatu dan membuatnya menjadi tertata rapi dan indah walau masih dalam skala kecil.

Dekorasi interior dan eksterior serta penataan toko bunga di tempatnya bekerja sebagai florist -ilmu yang dia dapat dari sang ibunda- dan kebetulan toko bunga itu adalah milik ibunya Joong sendiri. Semua itu merupakan 90% hasil idenya dan Joong sangat bangga akan hasil desain toko bunga buatannya itu.
.
.
Banyak calon mahasiswa-mahasiswi yang mendaftar ke universitas Kantaphat -mengingat kampus ini adalah salah satu kampus terbaik di Bangkok- dan hal itu membuat Joong sedikit pusing dengan kerumunannya yang cukup membuatnya sesak.
Terlebih lagi para gadis-gadis disana yang kebanyakan menatap kagum dan memujanya kini berusaha untuk mendekatkan diri pada Joong. Membuat ruang gerak Joong menjadi sedikit terbatas.

Melihat kondisi Joong yang tidak nyaman, sang ibunda yang duduk di kursi khusus untuk orang tua calon mahasiswa baru langsung mendekati putra kesayangannya itu.
"Sayang, biar bunda yang mengurus segalanya disini," kata Ibunda Joong dengan senyum simpul sembari menyeka beberapa bulir keringat yang turun di kening putranya itu dengan sapu tangan miliknya.
"Kau bisa berjalan-jalan untuk sekedar melihat-lihat kampus dan menghirup udara segar di taman di ujung sana." ibunda Joong berucap sembari menunjuk sebuah area hijau yang berada di ujung jalan universitas dekat dengan gerbang pintu utama.
Joong tersenyum kecil. "Oke bunda, kalau segalanya sudah beres, bunda bisa menghubungi aku." Bunda Joong mengangguk pelan dan membiarkan putranya itu berlari kecil menuju area taman hijau yang sempat ia tunjuk tadi.
.
.
Joong memelankan langkahnya, ia mulai berjalan dengan santai menuju area taman hijau universitas. Diperjalanannya menuju area taman, beberapa mahasiswi mencoba untuk dapat mengobrol dengan Joong dan bahkan ada beberapa dari mereka yang meminta nomor hapenya. Namun, dengan halus Joong menolak permintaan mereka semua.

Begitu Joong sampai di area taman hijau universitas, Joong mulai mencari bangku kosong yang berada paling ujung, dimana terdapat sedikit mahasiswa-mahasiswi yang berada di area tersebut.

Setelah menemukan bangku kosong yang dicarinya, ia langsung duduk dengan nyaman disana. Joong mengeluarkan ponsel dan earphone bluetooth miliknya yang mulai ia pasangkan dikedua telinganya. Belum sempat Joong menekan ikon play music, kedua manik matanya tidak sengaja memperhatikan tiga sosok lelaki yang tengah berjalan bersama di depan area taman hijau universitas. Manik mata hitam Joong langsung terfokus pada salah satu sosok diantara tiga lelaki tersebut -sosok yang terlihat mungil-. Tiga sosok lelaki itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ben, Dome dan Nine.

Lelaki yang paling mungil diantara ketiganya -Nine- berjalan lesu dengan memasang wajah masam dan bibirnya yang mengerucut lucu. Beberapa detik kemudian wajah masam si lelaki mungil itu berubah murka saat salah satu temannya sepertinya tengah menggodanya.

Joong tertawa kecil melihat bagaimana lucunya Nine memukul kepala Dome yang sudah menggodanya dan ia langsung mengunci kepala Dome dengan kedua tangannya begitu erat.
Kali ini tawa renyah keluar dari mulut Joong saat Dome dengan sekuat tenaga berhasil melepaskan diri dari kuncian Nine. Dome mencoba kabur namun Nine lebih cepat menarik kerah seragamnya dan kembali mengunci kepala Dome. Dome terlihat berteriak meminta ampun saat Nine menjitak kepalanya dengan pelan beberapa kali.

Makna BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang