Sebungkus Roti

30 0 0
                                    

Zea menghempaskan bokongnya dengan kesal ke bangku kelas, untunglah ada Stephie yang menjagakan tempat duduk untuknya

"kusut amat mukaa?" sahut makhluk disampingnya tak lain adalah sister from another mother—yapp bukan berlebihan tapi itulah yang dapat mendeskripsikan persahabatan mereka yang terjalin salama hampir 3 tahun ini.

Stephanie Salsabila--- si kepo, bawel, hyperaktif, dan yaaa punya otak cerdas serta ciri fisik yang terbilang mungil, pipi gembul, rambut sebahu ,eksistensinya Wakil Ketua Osis SMA Harapan Bangsa

"ga perlu gue jelasin lo udah tau duluan kan pasti?" balasnya sarkas

Stephie hanya memberikan cengiran tak bersalah "mastiin doang, Zee"

Tangannya terangkat auto menoyor kepala sobatnya itu "lo kira gue ga liat lo lewat kek kambing congek pas gue jadi bahan tontonan dikoridor sekolah"

Kali ini Stephie tergelak tak bisa menahan tawa sambil memegang perutnya yang sebentar lagi kram karna tergelitik oleh ucapan Zea barusan

Setelah insiden tadi pagi Zea malu setengah mati, reputasinya disekolah ini cermar berkat cowok laknat itu, dan akibatnya dia hanya bisa menahan lapar dengan duduk dikelas mendengarkan ocehan Stephie disampingnya

Suara kursi bergeser diiringi dengan langkah kaki dan suara berbincang dari beberapa murid laki laki kelasnya membuat Zea langsung menundukkan kepala dengan lengan diatas meja sebagai tumpuan menghindar dari perang yang bisa terjadi kapan saja

"kayaknya ada yang habis ngeronda lagi semalem" celetuk Revan salah satu dari kumpulan cowok yang baru tiba dikelasnya

"banyakan main catur tuh" sahut Denio menambahkan , kemudian serempak mereka tertawa riang bak orang tak bersalah

Zea memejamkan mata pura pura tidak mendengar dan tidak tau siapa yang mereka maksud walau tak lain dirinyalah yang sedang menjadi bahan tertawaan mereka,--menyebalkan sialan, umpatnya dalam hati

Stephie mengerutkan kening berpikir sambil melirik seorang cewek yang tengah tidur—lebih tepatnya pura pura tidur ,kemudian berbisik "Zee kayaknya yang mereka maksud itu elo deh"

Kurang ajar memang sobatnya ini, hampir saja umpatan keluar dari mulutnya lagi entah untuk yang keberapa kalinya ,namun matanya masih berpura pura untuk terpejam

"drama dikoridor pagi ini keren banget" sindir Revan 

Varo melempar pulpen tepat di kepalanya "diem lo" 

"selaw dong Varr," tambah Denio sambil tertawa 

"apa Var?? lo suka cewek yang sok sibuk?" Revan kembali bersuara yang kali ini mendapatkan pelototan dari makhluk yang dimaksud 

"pake acara jambak jambakan pula, emmm soswit" kali ini Denio dan Rega semakin terkikik sambil  sengaja memukul meja 

"sikat Varr ,gas terossss!!" kembali sebuah suara kurang ajar terus menodai pendengarannya 

Zea dalam hati berteriak; oh my lordddd, assholeee!!! sialan sialan sialan!! Varo SIALANNN! Denio sialan! Revan sialan! Rega sialan! Bangsaaaddd !!!—dan beberapa kata sumpah serapah lain tentunya dia sangat hafal segerombolan nama nama cowok brengsek dibawah naungan Varo yang sok nge-bossy.

Terdengar suara Nattasha yang mengajak mereka ke kantin namun hanya Stephie yang berdiri

"Zee gue ke kantin dulu, lo nyusul aja ya gue laper" 

"kita duluan ya Zee" sahut yang lain

alhasil hanya tersisa dirinya sendiri, Zea masih tetap memejamkan mata sesekali berharap agar temannya yang baik hati itu akan membawakannya makanan,.

Dihari pertama menginjakkan kaki dikelas XII IPA 1 , Varo sukses menghancurkan semuanya, pasti yang dimaksud saat ini sedang asik ongkang ongkang kaki diatas meja sambil nyemil snack ringan dengan gengnya

Walaupun lapar Zea tetap melanjutkan sedikit tidurnya tak memperdulikan ocehan anak kelasnya, dirinya murid sangat teladan memang tapi disaat tidak ada guru seperti ini dia juga normal merasakan kantuk apalagi akibat mengerjakan proposal pengajuan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam beberapa bulan lagi sebelum melepas jabatannya, perlahan nafasnya mulai teratur suara bising tenggelam menjadi hampa dalam kepalanya

Bukkhh. Belum sepenuhnya sadar Zea terbangun meringis mendapati sebungkus roti rasa mocca dimejanya,

"makan, ntar lo mati"

kepalanya berbalik mengarah ke asal suara , benar saja si tai kuda—Varo yang melemparkan makanan kearahnya dengan gaya tengilnya itu.

Kemudian beberapa siswa membereskan tas dan meninggalkan kelas, Zea menatap bingung lalu melirik arloji masih jam sepuluh pagi rupanya lalu mengapa anak kelasnya berkemas ?

"uuhuyyyy!~" ,"ceilah abang Varo bisa aja"

"perhatian amat bang!"

Celetuk, Denio,Revan ,Rega

Kemudian mereka berlalu tanpa sepatah katapun dari mulut Varo yang memilih bungkam, sedangkan Zea yang masih mengumpulkan nyawanya.

Lalu dengan lancangnya Stephie berteriak "Yeeyyyyy pulang cepet kita!!!"

"hah?"

"oh lo gak denger pemberitahuan tadi?"

"apaan ?" Zea semakin bingung

"hari ini jam pulang dimajuin, seru gak tuh!"

Dirinya menggeleng tak paham tapi tetap menurut mengikuti langkah Stephie keluar kelas bersama , tatapannya kembali jatuh pada sebuah roti ditangannya

Ini maksudnya apa? ,. Tanyanya dalam hati sambil menatap sebungkus roti tersebut

Unusual LoveWhere stories live. Discover now