B

35 5 0
                                    

Panggung sudah berdiri dengan tegak, menampilkan kesan mewah pada bagian layar belakang. Diikuti kedua layar besar yang ada di samping masing-masing panggung. Alat terkutuk itu juga ada di bagian tengah. Alat yang menjadi penentu nasib kami semua. Akankah tetap tinggal atau harus pergi, yang entah kemana itu. Alat itu menggunakan data yang di-scan pada chip yang tertanam di tubuh kami. Melalui scan tadi, nama para peserta langsung terkirim pada alat itu.

Walikota sudah naik menuju panggung. Dilanjutkan dengan pembicaraan basa-basi nya. Sampai akhirnya, saat yang paling menegangkan bagi kami dimulai. Sang walikota mulai menekan tombol pada alat itu. Seketika, tak ada suara yang terdengar. Semua orang diam memperhatikan layar. Sampai akhirnya, muncul nama

BENJAMIN FLAMINCLAN

Aku menarik nafas lega melihat nya. Syukurlah, tinggal satu nama lagi dan aku akan segera pulang.

Walikota itu kembali menekan tombol itu. Hening lagi-lagi melanda, dan seketika nama yang muncul membuatku terpaku.

                    JESLYN DEYLON

Jeslyn juga sama terpaku dengan aku. Hanya saja, wajahnya berubah pucat. Tatapannya terlihat kosong. Aku yang melihatnya, langsung khawatir. Bagaimana bisa Jeslyn terpilih? Bagaimana dengan bibi yang sedang sakit di rumah? Bagaimana nasib paman yang akan melepas anak semata wayangnya ke tempat yang bahkan tidak diketahui?

Apa yang harus aku lakukan agar Jeslyn tidak pergi? Bagaimana ini? Pemikiran-pemikiran kalut ku terpecah dengan suara walikota yang menyuruh Sang Terpilih untuk segera naik ke panggung. Kulihat ke arah Jeslyn, tatapannya lagi-lagi kosong. Dia mulai berjalan ke arah panggung. Aku yang melihat itu langsung mencekal tangannya. Dia berhenti, dan memandang ke arahku. Tatapannya kosong, tapi terlihat jelas sirat ketakutan pada mata itu.

"Jangan!" Jeslyn melepaskan cekalanku dan kembali berjalan ke arah panggung.

Aku bingung, takut. Pikiranku kalut, satu-satunya yang ada hanyalah bagaimana agar Jeslyn tidak pergi. Aku tak tahu bagaimana awalnya sehingga aku mengatakan hal gila itu. Hal yang mengubah, kisah membosankan di sepanjang hidupku.

"Aku, Alicia Tanner. Biarkan aku yang menggantikan Jeslyn."

Seketika kudengar para peserta riuh membicarakanku. Aku tak memperdulikan hal itu untuk saat ini. Kulihat Jeslyn yang terkejut menatap ke arah ku. Kujalankan kaki ini untuk menaiki panggung. Sampai aku berdiri tepat disamping Jeslyn. Jeslyn langsung menarik ku menuju pinggir panggung.

"Jangan lakukan hal bodoh Alle. Pergilah, aku akan baik-baik saja."

"Kau pikir aku bodoh Je? Aku tahu apa yang akan terjadi bila kau pergi. Apa kau tak memikirkan ibumu? Dia sedang sakit, kalau kau lupa"

"Tapi, tidak dengan mengorbankan dirimu sendiri Alle"

"Lalu bagaimana lagi? Apakah ada cara lain Je? Tidak ada, ini hanya satu-satunya jalan"

"Alle, apa yang harus kukatakan pada ayah dan ibumu nanti?"

"Cukup bilang, aku akan kembali. Itu adalah sumpah seorang Tanner."

"Alle, kumohon. Jangan lakukan ini, biar aku yang melakukannya."

"Kau tahu aku keras kepala Je. Kau sangat tahu itu, jadi turunlah! Biarkan aku yang menggantikan mu."

"Alle, sudah berapa kali kubilang biar aku!" Suara Jeslyn meninggi, tapi bersamaan itu juga air matanya turun.

"Biar aku Alle...  biar akuu.." Jeslyn sudah menangis tersedu-sedu dihadapan ku. Aku langsung meraihnya ke dalam pelukan ku.

"Tak apa Je, ibumu lebih membutuhkan mu. Dan kau tau Je, aku mulai bosan hidup di kota ini. Kurasa pergi dari sini patut dicoba."

"Alle, maafkan aku. Aku bersumpah tidak ingin ini terjadi. Aku tidak ingin kau menggantikan ku tapi aku takut Alle. Aku takut"

"Aku tahu, tak apa. Tolong jaga ibuku Je, dia mungkin akan sedikit membuat mu tersinggung nanti. Tapi kumohon, abaikan perkataannya."

Kueratkan pelukanku pada Jeslyn. Sambil diam-diam menghapus air mata yang sialnya keluar.

Bohong jika aku tak merasa ketakutan. Bahkan di dalam diriku, muncul keinginan untuk menarik semua kata-kata yang aku ucapkan tadi. Tapi, aku tahu bahwa ini adalah keputusan yang terbaik. Ya, ini adalah keputusan yang tepat.

Kusuruh Jeslyn untuk turun, dan dibalas pelukan menyesakan olehnya  lagi. Sampai akhirnya sang walikota memanggilku menuju ke arahnya-ke tengah panggung-bergabung bersama Sang Terpilih satunya.





Okay, i'm trying to write in here. If u like it, just vote okay? If not, u can delete this story from ur library.

Terkadang penulis itu cuma butuh dihargai. And remember, kalau mau dihargai, hargai orang lain dulu.

Ps* Dihargai bukan berarti di-rupiah kan, di-dollar kan atau mata uang lainnya.

Oke, byee...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Federation Of UnderworldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang