: the past

474 52 7
                                    

“Aku ga bisa kalau kamu gini terus”

“Apa gunanya kita pacaran kalau cuma aku yang berjuang?”

“Kamu bilang bakal selalu ada buat aku, tapi apa? Kamu malah hilang entah kemana”

Pria yang berdiri dihadapan wanita yang tengah berbicara panjang lebar itu, mengangkat wajahnya.

“Aku ga pernah bilang bakal selalu ada buat kamu, karena aku tau aku ga bakal bisa menuhin janji itu”

Pria itu, Jinyoung, berucap membalas perkataan Nakyung. Kekasihnya yang entah besok masih jadi kekasihnya atau tidak.

“Tapi kenapa kamu hilang terus? Ada tapi kaya ga ada buat aku”

Nakyung kembali menyudutkan Jinyoung, Jinyoung menyisir rambutnya dengan kedua telapak tangannya.

“Aku sibuk Nakyung, aku sibuk. Kamu sendiri bisa lihat gimana sibuknya aku sekarang”

Jinyoung bukannya mencoba mencari pembelaan, dia hanya menyatakan faktanya. Faktanya memang ia tengah sibuk sampai ia sendiri merasa kelelahan. Belum lagi Nakyung yang suka meributkan hal sekecil ini dengannya.

“Sesibuk itu sampai ga bisa kasih kabar ke aku? Ngetik maaf ya aku lagi sibuk itu ga sampai 2 menit loh”

Jinyoung menyerah, kalau ia bantah lebih jauh lagi permasalahannya akan semakin panjang dan ia tak mau itu terjadi.

“Memang aku bukan prioritas kan buat kamu? Makanya ga penting”

Jinyoung hanya menghela nafasnya berat, jika sudah begini ia hanya bisa diam.

Bukannya dia tidak memprioritaskan Nakyung, tapi semua kegiatannya itu benar-benar menyita segala waktu dan atensinya. Maka dari itu Jinyoung hanya bisa berharap Nakyung bersabar, tapi sepertinya gadis itu sudah cukup bersabar padanya.

“Kalau gini, mending kita putus aja Jinyoung”

Nakyung berucap, ia sudah kesal dengan segala kondisi ini ditambah Jinyoung yang hanya memilih untuk  diam. Membuatnya semakin bertambah kesal dan kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Nakyung.

“Aku ga mau kamu tertekan karena aku kesannya maksa kamu buat hubungin aku terus, tapi aku juga ga mau tertekan karena mikirin kamu yg ga ada kabar terus”

Jinyoung menatap Nakyung, ekspresi wajahnya sulit di jelaskan. Nakyung yang melihat itu hanya mengalihkan pandangannya.

“Aku juga udah ga tahan lagi sama kamu yang ada tapi kaya ga ada”

“Jadi kita sampai disini aja ya..”

Seandainya saat itu kondisi Jinyoung sedang fit, fisik dan pikirannya masih segar Jinyoung pasti akan memilih menyelesaikannya dengan baik dan meminta agar tidak putus.

Namun saat itu, sayangnya, Jinyoung sudah sangat kelelahan dengan kegiatannya. Tidak tidur selama 2 malam membuat pikiran Jinyoung dua kali lipat lebih lelah, belum lagi banyaknya permasalahan di kegiatan yang dipimpin Jinyoung membuat Jinyoung kehilangan akalnya.

“Kalau itu mau kamu, yaudah”

Akhirnya hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Jinyoung. Kalimat yang akan membuatnya menyesal keesokan hari saat kondisinya sudah pulih.

“Tapi walaupun kita udah putus, kita tetap jadi teman baik ya? Aku ada disini buat kamu kalau kamu butuh”

Entah apa yang dipikirkan Nakyung sampai ia berkata seperti itu. Padahal bisa saja ia mengeluarkan tangisan yang sudah ditahannya mati-matian. Tapi disini, di depan Jinyoung saat ini Nakyung mencoba untuk tegar.

Jinyoung hanya mengangguk.

Ia mengusap wajahnya sekali, lalu menyisir rambutnya dengan telapak kirinya. Kebiasaan Jinyoung saat ia benar-benar sudah lelah.

“Mau aku antar pulang?”

Jinyoung bagaimanapun lelahnya ia, tak pernah melupakan tanggung jawabnya pada Nakyung. Ia berjanji untuk selalu mengantar Nakyung pulang, maka sesibuk apapun itu Jinyoung pasti memaksakan diri untuk mengantarnya.

Namun Jinyoung tak pernah menjanjikan hal yang ia tak yakin bisa menepatinya atau tidak, seperti janji ia akan selalu ada buat Nakyung, Jinyoung tak pernah menjanjikan hal semacam itu. Karena ia yakin ia tak akan bisa menepatinya.

Seperti saat ini misalnya.

Seharusnya tadi mereka bertemu karena Jinyoung akan mengantar Nakyung pulang. Tapi Nakyung malah menyita waktu Jinyoung lebih untuk memperdebatkan hal yang telah lama ia pendam.

Dan entah sudah berapa panggilan yang Jinyoung abaikan karena perdebatan ini.

Nakyung menggeleng.

“Ga usah, aku bisa pulang sendiri kok. Kamu balik aja, pasti yang lain udah nyariin. Maaf ya aku malah nahan kamu buat hal kaya gini”

Jinyoung menggeleng, tak apa, begitu maksud gelengannya.

Nakyung juga mengangguk, tak apa, begitu juga maksudnya.

Keduanya masih saling bertatapan, Jinyoung membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu pada Nakyung namun urung karena dia tak yakin.

“Kalau gitu aku balik dulu, dadah Jinyoung”

Nakyung langsung berbalik setelah mengatakan itu, dengan cepat berlari menjauh dari Jinyoung.

Dan Jinyoung hanya diam ditempatnya, sambil berkali-kali mengusap wajahnya.

Itulah bagaimana hubungan yang mereka jalin selama 2 tahun lebih, kandas begitu saja.

Tapi kejadian itu sudah setahun berlalu, dimana Jinyoung dan Nakyung putus tak membuat keduanya menjaga jatak sebagai mantan.

Keduanya malah berteman baik saat ini dan mereka berhasil mematahkan stigma 'mantan itu musuh'.

gimana, tertarik?

二saturncell.

•exes | jinyoung-nakyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang