Masih jam sembilan pagi, namun aku sudah mematut diri didepan cermin. Sebuah keajaiban bukan? Seorang Kim Namjoon pagi hari begini sudah bangun bahkan sudah bersih dan wangi.Memilih baju, berdiri didepan cermin, berputar, ganti lagi baju yang lain, berdiri didepan cermin lagi, berputar lagi, dan terus seperti itu sampai sebuah nama muncul dilayar ponselku "Seulgi Red Bear" disertai getar pada ponsel berlogo buah apel tergigit milikku.
Ku geser layar ponselku keatas dengan malas. "Hall-" belum sempat aku menyapanya, dia sudah menghujaniku dengan pesanan
"Satu paket pizza combo extra garlic bread!"Aku paham betul kalau Seulgi, sepupuku itu sudah mendadak gila makan begini, pasti ada sesuatu yang salah.
"Kenapa? Jimin lagi?" Tanpa Seulgi jawabpun aku sudah tau. Park Jimin, si Superstar, kekasihnya itu selalu membuatnya tak karuan begini.
Bibirnya tiba-tiba membentuk kerucut, sebuah ekspresi kekesalan yang dibuat-buat "Si keparat itu terus saja menyiksaku"
"Hah?" "Apa yang dia lakukan padamu?" Tanyaku khawatir.
"Dia menyiksaku" sebuah sisakan- yang dibuat-buat- terdengar dari seberang.
"Dia menyiksaku dengan rindu
bagaimana ini, Joon? Help me!" Rengeknya kemudian.haissshh! kupikir apa. Dasar sepupu lebay!
"Tunggulah 30 menit lagi akan ku kirimkan kesana" kugeser bulatan merah dilayar ponselku, mengakhiri Videocall tak berfaedah, sebelum Seulgi memulai dramanya lagi.
Kembali pada cermin di depanku.
Apa aku harus memakai pakaian tanpa lengan biar otot-otot biceps-ku tampak? Ah terlalu berlebihan kupikir.
Akhirnya aku keluar dari ruang ganti dengan kemeja biru muda yang lengannya digulung sampai ke sikut. Dikombinasikan dengan celana bahan hitam.
Kusisirkan jemari yang sebelumnya sudah kulumuri Pomade pada rambut ashy brown milikku.
"Rambut indah, hidung mancung, dagu lancip, rahang tegas, ditambah lesung pipi aaahhh perfecto, Kim Namjoon!" Ku jentikkan jari sambil berkata pada cermin yang menampilkan pantulan diriku sendiri. Bukan narcis hanya menghibur diri sendiri. Siapa lagi yang akan memuji, kalau bukan diriku sendiri.
Tak ingin membuang waktu lebih banyak, aku segera menyambar jas hitam yang sudah kugantungkan pada hanger yang didalamnya sudah tersimpan kunci motor sport milikku. Biar tidak terlambat sampai ke kafe.
Apa aku telat? Mataku berkeliling cepat, khawatir kalau si pujaan hati sudah terlebih dahulu sampai. Biasanya dia akan duduk di meja outdoor nomor 12. Syukurlah masih kosong.
Ku putuskan sejenak mengunjungi kantor manager cabang terlebib dulu diatas, sekedar menyapa dan sedikit berbasa basi sembari menunggu gadisku. Eh? Gadisku? Apa aku sudah boleh mengklaimnya seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH
Short StoryKumpulan cerita pendek yang terjalin satu sama lain. Semacam omnibus, berkisah tentang kehidupan manusia yang divisualkan oleh the ultimate ship ; Seulmin, Vrene, Wenga, dll Dianjurkan untuk membaca pelan-pelan, resapi setiap diksinya, dan pahami c...