Suara tirai yang diseret lembut, disusul hangat mentari yang masuk kedalam ruangan ini membuat gadis kecil itu mengeluh. Membalikan tubuhnya ke lain arah yang bisa melindungi matanya dari silaunya mentari pagi."Selamat pagi, sayang" ucap Wendy sembari mengusap rambut ikal sang putri. "Bangun, yuk!"
"Eunggghh.." sang putri melenguh manja, menaikan kembali selimut pada tubuhnya, kembali memeluk boneka kesayangannya "Sebentar lagi, Bu" ucapnya seraya kembali masuk pada mimpinya.
Wendy hanya tersenyum melihat tingkah gadis kecil yang sudah lima tahun ini menjadi pelipur setiap lara yang mendera hidupnya.
Sembari menunggu si cantik bangun, Wendy memilih menutup buku gambar dan membereskan kartu alfabet yang berserakan dilantai kamar bernuansa putih dan merah muda itu.
Dilihatnya isi dari buku gambar tersebut, dia tersenyum bangga melihat coretan-coretan abstrak pada setiap lembar dibuku berbentuk persegi panjang itu. Hasil karya Jung Chaeyeon, sang buah hati.
Sebuah progres dalam hidupnya. Setiap harinya anak cantik itu selalu memberikan kejutan berupa kosakata baru yang ia pelajari, gerakan-gerakan abstrak yang dia sebut sebagai sebuah tarian serta coretan-coretan disetiap sudut rumah yang dia sebut karya seni.
Melelahkan kadang, tapi tidak ada kebahagiaan paling tinggi untuk seorang ibu, selain menyaksikan perkembangan sang buah hati secara langsung. Menjadi orang pertama yang menyaksikan setiap progres hidup anaknya adalah kebanggan tersendiri bagi seorang ibu.
Matanya beralih pada jemari-jemari mungil yang sedang memeluk sebuah boneka beruang kuning bernama Winnie. Diusapnya dengan lembut jemari yang masih penuh dengan warna warni crayon itu. Senyum manis terus mengembang dari bibir merah Cherry milik ibu beranak satu itu.
Kecupan-kecupan kecil ia berikan pada kening sang putri, sebagai upaya membangunkan sang putri yang masih enggan membuka mata.
"Princess-nya Ibu, masih ngantuk ya? Umm?" Ujarnya lembut.
Pelan-pelan ia duduk dipinggiran ranjang mini kepunyaan anaknya, Dengan penuh kasih sayang ia menyingkirkan helai anak rambut yang menutupi sebagian wajah Chaeyeon. Menyelipkannya pada telinga kecil sang putri, telinga yang sama persis seperti telinga ayahnya, Jung Hoseok.
Sebuah rasa sakit yang tidak asing tiba-tiba terasa dalam hatinya. Pandangannya tiba-tiba meremang. Wajah cantik anak yang dia sayangi kini menjadi kabur dipandanganya. Dia mencoba mendongakkan kepalanya, berharap air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya itu bisa terhenti. Dan kembali pada tempatnya.
Chaeyeon, gadis berusia lima tahun itu begitu mirip dengan ayahnya. Matanya yang bulat, hidungnya yang tinggi serta tulang pipinya yang menonjol ketika tersenyum, seratus persen mirip Jung Hoseok, ayahnya.
Sementara Chaeyeon masih terlelap dalam mimpi indahnya, Wendy memilih untuk meninggalkan ruangan dengan dominasi warna pink tersebut, sebab tak ingin jika putrinya terbangun melihat wajahnya yang sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH
Short StoryKumpulan cerita pendek yang terjalin satu sama lain. Semacam omnibus, berkisah tentang kehidupan manusia yang divisualkan oleh the ultimate ship ; Seulmin, Vrene, Wenga, dll Dianjurkan untuk membaca pelan-pelan, resapi setiap diksinya, dan pahami c...