Chapter 2

51 17 5
                                    

"Mau, kemana lu. Takut ama gw jadi langsung pergi"ucap Revina dengan laga sombongnya

"Buat apa takut dengan seorang penguasa kaya anda"ucap Dzafina yang bener bener males dengan perlakuan Revina yang berlagak penguasa di sekolah dan karna dia juga males meladeni orang bermuka dua.

Tapi disaat Dzafina bersama kedua sahabatnya akan pergi sayangnya mereka dihalangi dengan Revina dan kedua pengikutnya.

"Emang dengan cara lu pergi bisa bikin ini masalah selesai"ucap Revina yang mencekal lengan Dzafina.

"Cuman masalah gitu segala dipanjangin buang buang waktu"ucap Shafa yang merasa malas dengan perlakuan Revina yang terlalu berlebihan.

Sambil mendorong tubuh Revina sampai terhuyung kebelakang dan langsung menarik Dzafina untuk ke kelas.

***

"Ntu perempuan berani juga ngelawan Revina, orang yang paling ditakutin disekolah"ucap Adi yang masih kagum dengan ketiga perempuan yang sama sekali tidak takut dengan Revina dan kedua pengikutnya itu.

"Yailah lu, kaya gaktau si Revina aja kalo gw jadi mereka gw lawan juga. Ngapain takut sama sama orang ini"ucap Ridho

"Iya juga tapi gw tetep kagum kan kalo ada cewe yang berani kaya gitu. Kan banyak yang malah langsung pergi dari pada ngeladenin ntu nek lampir"ucap Adi

"Lu pada ngomongin tuh cewek mulu pesan makanan sana bentar lagi bel"sahut Zeehsan yang males dengan ucapan kedua sahabatnya yang dari tadi membicarakan ketiga cewek itu.

"Yaudah buruan mau pesen apa"ucap Ridho yang langsung berdiri dari bangku.

"Kaya biasa aja"ucap Adi.

"Ok"ucap Adi yang langsung meninggalkan mereka menuju ke stan makanan

***

Jam pulang mulai berbunyi dan yang mengharuskan Dzafina untuk langsung bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi nyata dengan cuaca yang tidak mendukung dengan gelapnya langit yang akan turun hujan. Jangan tanyakan mengapa Dzafina bekerja.

Sebenarnya sih Dzafina bekerja hanya untuk menghidupkan dirinya sendiri ya walaupun dia sudah diberikan uang tapi tentu itu tidak akan cukup dengan kebutuhan hidupnya yang lain.

"Dzaf, serius mau langsung pergi kesana cuacanya udah mendung entar kalo sakit gimana"ucap Shafa yang khawatir akan nanti keadaan Dzafina.

"Bener tuh Dza, udah mendung mending langsung pulang aja tapi kalo mau tetep kerja gw anter pake mobil aja yah"sahut Nanda membujuk Dzafina agar mau ikut dengan ny

Memang cuman kedua sahabat Dzafina doang yang tau akan pekerjaan Dzafina dan kelakuan keluarga Dzafina ya walaupun mereka hanya sebatas sahabat.

Karna itu gunanya sahabat susah senang selalu bareng, ya walaupun tidak satu darah tapi bagi Dzafin itu lebih baik dari pada keluarga yang selalu menyakiti hatinya.

"Gak usah Nan, gw bisa kok. Duluan yah"ucap Dzafina bergegas meninggalkan sekolah dan menuju arah halte tempat menaiki mobil untuk langsung dia bekerja.

Sebenarnya sih, Dzafina iri dengan temannya yang lain yang masih bisa menikmati waktu remaja sedangkan dia yang harus menikmati akan makian dari keluarga maupun dari tempat dia bekerja.

Tapi baginya lebih baik dimaki oleh majikaan yang memakinya dari pada orang tua yang selama ini tidak menganggapnya ada. Walaupun dia bekerja di tempat pamanya yang mempunyai cafe coffe dan sangat menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.

Namun tetap saja keluarga kandung yang sangat berpengaruh dengan dirinya.

***

Dzafina mulai mengganti baju sekolah dengan baju pelayan cafe coffe ditempat dia bekerja. Lumayan pamanya itu masih percaya dengan Dzafina bahwa dia tidak melakukan hal yang sangat dibenci oleh keluarganya itu.

Cafe coffe ini begitu ramai dengan anak sekolah yang selalu nongkrong maupun untuk belajar bareng. Sebenarnya Dzafina risih dengan keramaian tapi mau gimana lagi tidak mungkin dia harus menjadi penjaga kasir dan namanya yang harus menjadi pelayan.

Dzafina masuk kedalam dapur untuk mengetahui cara proses coffe yang dibuat pamanya dia ingin sekali membuat kedai coffe untuk hasil simpanan memasuki campus unggulan negeri, di negara lain. Apalagi dengan cita-cita nya menjadi psikologi keinginaanya saat dia masih kecil

"Dzafina"ucap paman Ardi dengan nada halus.

Dimana itu nada halus yang dirindukan Dzafina akan sesosok ayah yang sekarang berubah.

"Iya paman ada apa"ucap Dzafina.

"Kamu gak mau tinggal bareng paman aja. Dari pada kamu tinggal di rumah banyak banget yang mau ngejatuhin kamu Dza"ucap paman Ardi dengan nada seperti memohon.

"Dza masih mau tinggal sama mereka aja paman. Tapi kalo Dza udah sampai titik terendah di rumah itu. Dza bolehkan tinggal bareng paman"ucap Dzafina.

"Boleh kok, paman hanya bisa berharap yang terbaik untuk kamu. Kamu harus semangat karna hidup akan selalu berputar seperti roda. Kalo misalkan sekarang kamu merasakan susah paman yakin kamu akan bahagia nantinya" ucap paman.

"Iya paman Dza akan selalu semangat walaupun hidup ini begitu pahit"ucap Dzafina.

"Yasudah, mending sekarang kamu pulang dari pada nanti kamu kena marah karna larut malam pulangnya"ucap paman.

"Ah ya, yasudah paman aku akan segera pulang"ucap Dzafina yang berlari ke ruang ganti bajunya dan bergegas untuk segara pulang.

***

Malam , tepat dimana waktu yang tidak dinantikan Dafina sama sekali. Ya, walaupun bagi kebanyakan orang menganggap malam waktu yang paling  menyenangkan, tapi bagi dia malam waktu yang sangat tidak dia nantikan.

Karna malam selalu membuat dia menangis dalam diam baik itu karna bentakan dari orang tua yang tidak menganggapnya ataupun karna sikap Revina yang selalu mencari kesalahan Dzafina.

Kalo dipikir bagi Dzafina lebih baik dia sekolah dan bekerja dari pada harus dirumah yang hanya bisa melihat kesalahan dia dari pada kebaikan yang dia perbuat.

"Habis dari mana"ucap seorang perempuan paruh baya yang sedang berdiri di depan tangga bersama Revina.

"Pulang sekolah"ucap Dzafina yang ingin menaiki tangga tapi tangany dicekal oleh perempuan paruh baya itu.

"Sudah malam begini bilang baru pulang sekolah. Abis dari klub malam, main ama orang dewasa"ucap perempuan paruh baya itu yang merupakan mamanya Dzafina dan menatap sinis kearah Dzafina.

"Maaf saya bukan seperti anak anda yang satu ini yang selalu keluar masuk klub malam"ucap Dzafina dengan tatapan sinis nya kearah Revina.

"Jaga ucapan kamu"ucap wanita paruh baya itu dan menampar Dzafina sampai membuat jejak merah di pipinya.

"Mah udah, paling Dzafi habis membuat tugas bersama temanya sampai dia lupa ngabarin"ucap Revina dengan tampang muka duanya.

"Dasar bermuka dua"sahut Dzafina

Dia langsung berlari keatas dan menutup pintu sekuat mungkin. Ini saja yang selalu dia dapat baik dari makian sampai harus mendapatkan tamparan.

Walaupun itu biasa yang dilakukan tapi ini semakin membuat goresan yang tercetak dihatinya. Sakit pasti, sangat sakit dimana saat kita ingin dekat orang yang kita sayang tapi mereka lebih memilih yang lain dari pada diri kita sendiri.

Huhh, lebih baik aku tidur dari pada aku semakin capek dengan membuat luka di tubuh ku, lebih baik aku tidur  dan akan merasakan sarapan panas pagi.

Hay thank you yang udah mau baca.
Dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak.
😅😅😆

DzafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang