1. Introduction

90 3 2
                                    

Fatir adalah seorang anak laki-laki, putra dari Bapak Iskandar dan Ibu Siti. Ia anak yang pendiam dan juga pemalu. Tidak seperti anak pada umunya yang bermain dengan teman sebayanya atau mungkin kelayapan tanpa arah, dia lebih cenderung diam dirumah, itu dikarenakan ia merupakan anak yang pemalu dan tertutup sehingga terkadang hal tersebut sering membuatnya sulit untuk bersosialisasi dengan anak-anak tetangga yang seumuran dengannya. Disisi lain ada beberapa hal yang mungkin tidak dimengerti oleh sebagian besar orang mengenai kepribadian dari Fatir.

Ibu Siti dan Bapak Iskandar memiliki 3 anak yakni Salma, Dino, dan si kecil Fatir.

Kakak perempuan Fatir, Salma duduk di bangku SMA kelas 2, sedangkan kakak laki-lakinya duduk di bangku SD kelas 6

Berbeda dengan kakak perempuan dan kakak laki-lakinya yang aktif bersosialisasi, sering bercengkrama, dan aktif. Fatir cenderung dikenal dengan anak yang diam, aneh, dan memiliki gangguan. Di sisi lain ia sering sekali jatuh sakit, ia mungkin terlihat seperti anak yang sedang sakit namun anehnya setelah diperiksakan ke dokter setempat ia tidak mengidap sakit apapun, bahkan Bapak Iskandar memeriksakannya ke dokter spesialis tetapi hasilnya pun sama, NIHIL dan lebih anehnya terkadang penyakit yang diidap oleh Fatir sembuh dengan sendirinya. Ibu Siti tetap sabar dalam merawat dan membesarkan putra bungsunya itu.

"Pak....", Panggil Ibu Siti pada suaminya.
"Hem.... Ada apa Bu?", Jawab Pak Iskandar.
"Pak..., Bapak merasakan hal aneh ndak dengan Fatir?".
"Maksud Ibuk Ki pie to?". Tanya Pak Iskan
"Ya si Fatir itu Lo pak sering sakit, kadang sembuh sendiri ibuk kok jadi bingung dan khawatir to pak...…". Jawab Bu Siti
"Sudah Bu sudah jangan mengada-ada bapak ndk suka". Jawab Pak Iskandar dengan nada dan raut wajah yang membuat Bu Siti tidak dapat mengeluarkan sepatah kata lagi. Ya Pak Iskandar merupakan sosok yang sangat anti dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal gaib dan tidak masuk akal ia lebih berfikir rasional dan masuk akal dibandingkan dengan hal-hal yang menyangkut dunia lain. Karena menurutnya segala sesuatu yang seperti itu tidak ada atau bisa dikatakan hal-hal semacam itu merupakan fatamorgana atau khayalan manusia belaka yang tercipta karena kekhwatiran dan ketakutan yang berlebihan terhadap suatu hal.

Fatir seringkali mendapat perlakuan yang buruk dan menusuk hatinya dari anak-anak tetangga yang seumuran dengannya maupun yang berumur diatasnya, hingga membuatnya menjadi anak yang lebih pasif dan minder dari sebelumnya. Hati ibu Siti semakin terasa tercabik-cabik ketika mengetahui secara langsung putranya dicaci dan diolok-olok oleh anak-anak tetangganya. Bu Siti hanya dapat mendekap dan merangkul anak tersayangnya tersebut dan dengan penuh kesabaran walaupun sebenarnya hati kecilnya ikut menangis melihat keadaan putranya itu ia tetap terlihat tegar dihadapan anaknya itu dengan mengatakan, "Bersabarlah sayang..., Anggap saja mereka lalat polisi (lalat hijau) yang sedang kebingungan bagaimana cara mengerumuni daging rendang".
si kecil Fatir menjawab dan kembali bertanya kepada ibunya, "Iya ibu aku mengerti, Bu apakah aku ini anak aneh, gila, dan penyakitan?". Sontak pernyataan Fatir membuat hati ibunya terkoyak hingga ibunya membentak kerumunan anak-anak tetangganya yang masih menonton mereka berdua, "Apa yang kalian perhatikan ha!? Kalian mau saya sunnat sampai habis!? Belum pernah dijambak oleh singa kelaparan ha!? Tunggu apa lagi!? Pulang sana cuci tangan, cuci kaki, cuci celana dalam kalian sana! sok-sokan menghina anak orang sempak kalian itu cuci dulu sana! Ngampas ndak tahu diri kalian!". Bentak ibu Siti yang tentu saja membuat anak-anak tetangganya lari terbirit-birit hingga mungkin ada salah satu dari mereka yang kencing di celana karena saking takutnya. Setelah selesai membentak para kulit melinjo itu ibu Siti mengusap dahi putranya sembari berkata, "Nak ingatlah perkataan ibu baik-baik kamu tidak aneh kamu itu anak yang normal dan cerdas ingat itu, kamu tidak boleh merasa rendah hati ataupun berkecil hati jangan takut nak ibu selalu disisimu, jangan hiraukan kata-kata dari tentara-tentara cebong itu, ingat nak bila mereka mengganggu mu lagi langsung saja laporkan pada ibu, ayah, ataupun kakak-kakak mu". Fatir kecil langsung senyum kecil mendengar tutur kata dari ibunya dan menjawab, "Apa yang akan ibu, ayah, mas Dino, dan Mb Salma lakukan bila mengetahui hal seperti tadi terjadi lagi?".
"Tenang nak jangan risau biar nanti kami lempar mereka ke Septi tank, kamu tahu apa itu Septi tank nak?", Tanya ibu Siti. Yang dijawab gelengan oleh Fatir kemudian ibu Siti menyambung kembali tutur katanya, "Septi tank itu wadah kotoran manusia (tai) nak". Yang tentu saja perkataan dari ibu Siti membuat raut wajah Fatir yang tadi merana berubah menjadi ceria dan akhirnya ketawa mereka berdua pun pecah bersama. Tetapi beberapa harian kemudian Fatir berubah menjadi sedikit aneh ia sering berbicara sendiri dan berlari-larian sendiri tetapi seolah-olah ia sedang bermain dengan seseorang.

Hari demi hari silih berganti tingkah laku dari Fatir semakin menjadi-jadi. Mungkin menurut mata awam Fatir bermain sendiri namun ada banyak hal tersembunyi yang tidak diketahui oleh orang disekitarnya. Pada awalnya ibu Siti merasa lebih tenang karena putra bungsunya sudah berubah menjadi anak yang aktif dan ceria seperti anak pada umumnya. Namun hal-hal aneh pun mulai bermunculan semenjak tingkah laku dari Fatir berubah.

________________________________________

Halo kawan-kawan apa kabar? gimana ceritanya? Kurang banyak ya? Iya bentar ini kan masih introduction jadi yang sabar ya... Ehehehe btw makasih bagi yang udah mampir baca jangan lupa komentarnya ya biar author semangat nerusin ceritanya....
Thank you....

INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang