Amelia Savira Nandana.
Anak tunggal dari pasangan suami istri, Rendy Pritananda dan Kamalia Mustafina. Keluarga Pritananda adalah investor saham di beberapa distrik pusat perbelanjaan di Jakarta. Sekaligus orang paling berpengaruh di dunia aktivis dan relawan sosial. Sementara Kamalia adalah pesenam yang menyukai aktifitas rumahan.
Pada pertengahan tahun 2030, suasana politik lagi maraknya tapi dia hilang ditelan berita.
Isu politik soal penyerangan di gedung pemerintahan oleh aktivis, membuat nama Rendy dicari-cari dan membuat mentalnya kacau. Alia, sapaan Kamalia, menutup rapat-rapat berita itu agar tak menjadi konsumsi publik. Sampai suatu ketika, akhir tahun 2031, Rendy dinyatakan meninggal karena jantung. Bertahun lamanya sepeninggalan Rendy dan meredanya isu tersebut, membuat Alia sakit-sakitan. Lantas setahun kemudian, Alia menyusul suaminya karena leukimia.
Sebagai anak tunggal, Amel memulai hidup tanpa ayah dan ibu. Mendiang Rendy dan Alia adalah sahabat karib dari Argatama Nasution dan Meriana Levi. Arga memutuskan mengangkat Amel menjadi anaknya secara ilegal. Peristiwa perceraian Arga dan Meriana membuat hak asuh atas Amel menjadi pertimbangan berat untuknya. Namun pria itu memutuskan bahwa Amel harus tinggal bersama mertua dan kedua anaknya. Reagan dan Irena.
Untuk mencukupi kebutuhannya selama tinggal bersama keluarga barunya, selepas sekolah menengah pertama, Amel memutuskan untuk ambil part time di kafe dekat sekolah.
Sekarang cewek itu berusia enam belas tahun dan sudah mempunyai pacar.
Cowok berjaket cokelat yang tengah menunduk itu tahu bahwa seseorang mendekati mejanya. Ia meletakkan ponselnya lalu mengangkat kepala.
"Muka lo kenapa?" tanya Amel.
"Udah selesai?" kata Reagan asal.
"Muka lo kenapa, jawab dulu!" pekik Amel.
Reagan menghela nafas. "Pikir aja sendiri."
"Gue ambilin P3K bentar. Jangan kemana-mana. Tungguin ya!" ungkap Amel kemudian pergi ke dalam kafe dan kembali dengan kotak obat.
Amel melipat jaketnya sampai lengan lalu mulai mengobati Reagan. Ia hardik cowok di depannya dengan pertanyaan yang sama. Tapi urung di jawab empunya. Cowok itu fokus pada lukanya dan sesekali melirik Amel. Rambut kucir kudanya memperlihatkan leher jenjang yang putih, yang membuat Reagan berdesir.
Bila cewek itu menatap Reagan, ia dengan cepat membuang pandangan. Namun tetap merunuti tiap sapuan kapas di wajahnya yang ngilu.
"Sakit woy. Pelan-pelan. Kasar!"
"He, berantem sampe babak belur bisa. Giliran diobatin, diteken-teken gini aja kayak mau mati. Lebay lo!"
"Berisik!"
"Oke, udah selesai," ucap Amel. Cewek itu kembali ke meja Reagan setelah mengembalikan kotak obat ke kafe. "jadi sekarang cerita, apa alasan lo berantem kali ini?"
"Cerita? Kayak yang biasanya aja gua cerita masalah gua ke lo. Gua cuma nolong orang."
"Hah? Cuma orang bodoh yang nyelesaian masalah dengan berantem, Egan," protes Amel sekenanya. "apa-apa pake kepala dingin. Gak perlu pake otot."
Reagan menatap Amel tajam.
"Kemarin anak Packer ngeroyok temen lo di taman Banana dan gua bantuin dia," jelas Reagan. "itu, kalau lo mau tau alasannya."
"Siapa? Karena apa?"
"Gua capek. Ayo pulang."
Amel bangkit dari kursinya hendak mengejar Reagan yang meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenade
FanfictionDendam dan sakit hati pada keluarga yang dilampiaskan ke orang terdekat. Emosi Dimitri Stefantian mulai menguasai kepala dan menganggu psikisnya. Sementara Reagan Argatama, cowok berandalan yang cuek, merasa terganggu karena Dimi mulai merusuhi ling...