"Akhirnya kau datang" lelaki tampan, yang kini sedang meminum sebuah cangkir kopi tersebut, hanya melihatku sekilas sembari meneguk kopi.
"Eoh, apa aku terlambat?" Mungkin ini pertanyaan bodoh untuk memperbaiki suasana. Sebenarnya aku tau bahwa, aku telah terlambat sekitar 5 menit.
"Hm, kau terlambat sekitar 5 menit, apa itu cukup menjawab pertanyaanmu?" Ya, lelaki itu memang tau dalam segala hal yang berbau ekspresi muka.
"Ck duduklah, apa kau ingin berdiri disitu dengan muka bingung" Apa ku bilang dia memang ahli dengan ekspresi muka seseorang, bahkan biasanya aku membuat tatapan datar penuh ekspresi. Tapi hasilnya nihil, ia dengan cepat bisa membaca ekspresiku.
"Ya! Aku telah duduk dan mengapa kau mengajakku kemari" memang berteman dengan sosok lelaki berkarakter dingin adalah hal yang sulit untuk diajak berbicara bahkan setiap aku curhat, dia malah menjawab dengan kata "sabar lah".
"Vanesha.. sudah ku bilang jauhi Jina, kau mengerti?"
...
Baiklah aku akan menceritakan kisahku kepadamu, memang ini adalah cerita yang cukup tidak menarik bagi kalian. Tapi percayalah setiap cerita ada rasa penasaran. Apa kau tidak penasaran dengan cerita ku ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Rain
Teen FictionSuasana di sekitar rumahku mendadak berbeda 180 derajat, bahkan mungkin lebih dari 180 derajat. Apa kau tertarik membaca cerita ku?, mungkin. Jika kau tertarik bacalah cerita ku, aku siap menunggumu hingga kau menekan tombol bintang