26. Bye

2.2K 250 5
                                    

"Kenapa tanya padaku?"

Jung Jaewon mendelik saat dengar jawaban Junhoe yang tanpa memandangnya mengedikkan bahu tidak tau. Serius, selama lebih dari 4 hari dia pergi, tidak ada satupun orang yang mencarinya? Bahkan Kim Hanbin?

"Memangnya dia dimana?"

Junhoe memandang langit, terlihat sejenak berfikir, tapi kemudian mengedikkan bahu lagi, sesekali membuat sebuah balon dari kunyahan permen karet di mulutnya "Tidak tau."

"Terakhir kau lihat?"

Junhoe kini fokus pada layar ponsel, memosting beberapa foto dirinya hasil jepretan Yunhyeong tadi di akun sosial medianya, tertawa saat membaca beberapa komentar pengikut di foto-foto lawas "Tidak ingat."

"Tapi dia ada kesini? Sekitar jam berapa?"

Sekali lagi Jaewon yang masih berdiri menatap Junhoe —laki-laki yang sering disapa June, kesal entah kenapa.

"Iya, tidak lihat jam."
"Aw..."

Koo June mengusap tulang keringnya, Jaewon si pelaku penendangan mengacungkan jari tengah. June langsung berdiri lalu membungkuk soapn, meminta maaf dengan cengiran sebagai ciri khasnya.

"Sepertinya pergi sama Jinan hyeong tadi atau Bobby hyeong ya? Tidak taulah, lupa."

June yang masih ditatap seperti itu jadi canggung sendiri, Jaewon memang hyeong dengan tipe bully-able, tapi membully Jaewon jika sedang sendirian bukan ide yang bagus. Mengusap lengan Jaewon masih disertai cengiran lebar "Hyeong habis darimana? pasti lelah 'kan? Ingin pesan minum? Biar aku yang bayar, he he"

Jaewon luluh akhirnya, mengikuti kemauan June duduk dibangku lain. Mengacak surainya sebentar "Kau benar punya uangkan ingin jajani aku begini?"

June gantian mendelik dengan wajah menyebalkan sebagai bonus "Kau meragukan ku hyeong?"

Jaewon mengeluarkan dompet dan ponsel, menaruh keduanya diatas meja. Senyum melengkung dengan hela nafas ia suguhkan untuk si manusia hobby berteriak-teriak yang duduk di bangku sebrangnya itu "Bukan begitu, biasanya 'kan yang nebeng terus kamu."

"Bangsat!"

❄•❄

"Jadi, kalian sudah memutuskan?"

Hanbin menoleh saat dapati Jinhwan yang mengangkat alis dengan senyum, bertanya hal yang sebenarnya sudah Hanbin ketahui apa maksudnya "Memutuskan apa?"

Jinhwan membuang pandangan, mengunyah satu persatu kimbab yang mereka beli saat tinggalkan Junhoe sendirian di café tadi. Memandang rintik hujan yang turun siang ini "Kau dan Jennie?"

Hanbin ikut mendongak tatap langit, mengulurkan sebelah tangan kemudian tersenyum samar saat rintik-rintik air jatuh ke atas telapak tangannya. Hujan di tanggal 15, ada perasaan aneh yang timbul pelan-pelan hari ini.

"Tidak."

Jinhwan menyerit, kembali beri Hanbin atensi yang dengan santainya memakan choco cone padahal cuaca sedang sangat dingin sekarang "Kenapa?"

"Hanya tidak ingin membuat janji lebih dulu, aku takut tidak bisa menepati janji itu nantinya."

Mendapati alis Jinhwan yang masih terangkat, Hanbin jadi berfikir bahwa manusia kerdil yang satu ini tidak mengerti maksud perkataannya "Jennie pernah bilang padaku. Saat jatuh cinta, wanita punya dua hal yang menjadi komitmen. Cinta dan Kesetiaan."

Hanbin menjeda kalimat, tersenyum untuk Jinhwan yang tidak menyela "Soal cinta, bahkan sebelum Jennie memintanya aku sudah meneguhkan diri, mempercayakan hati untuk tidak memberikan izin pada siapapun masuk kecuali dirinya."

Jinhwan berusaha mencerna, menatap wajah Hanbin yang tegas tapi lirih saat katakan hal itu, seakan dia tidak main-main. Dan Jinhwan paham, se-sarkas apapun manusia, jika sudah menyangkut soal hati atau perasaan, manusia itu benar-benar akan terperosok jatuh.

"Tapi jika tentang kesetiaan, aku belum berani berjanji." Hanbin memandang ke bawah dengan sorot teduh, seperti bukan Kim Hanbin yang biasanya dimata Jinhwan "Hanya khawatir saat aku berjanji akan ada untuknya, kemudian jika tiba saatnya dia benar-benar jatuh karena ku, aku tidak ada disana untuk menangkapnya. Untuk memeluk dirinya supaya tidak terluka, untuk mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja,"

"Aku takut tidak bisa." satu tetes air bening yang berasal dari mata turun melewati pipi. Hanya satu tetes, tapi punya makna besar untuk Jinhwan yang menyaksikan.

Merangkul pundak lebar itu, mengusap pelan menenangkan. Meskipun Jinhwan sendiri tidak mengerti maksud Hanbin berkata seolah laki-laki itu akan mati esok, tapi dia tetap mengerti. Rasa yang Hanbin berikan pada Jennie terlalu besar, sampai yang memberikannya pun tidak cukup kuat untuk menampung.

Senyum Hanbin terlihat samar, memandang salah satu resto bulgogi jauh di depan sana dengan pandangan getir. Walaupun terhalau hujan, Hanbin tetap bisa melihat jelas siapa sosok yang duduk di bangku salah satu meja outdoor milik resto itu.

"Kau lihat perempuan dengan hoodie pastel di sana?"

Hanbin menunjuk sosok itu, bertanya pada Jinhwan apa dia juga melihatnya. Kim Jinhwan mengangguk santai, memandang tanpa arti Hanbin yang tersenyum lebar menampilkan deretan gigi rapihnya "Itu Jennie Kim."

Jennie Kim, dengan hoodie warna pastel juga ripped jeans hitam. Tertawa bersama seorang laki-laki dengan jacket maroon yang duduk di sebrang bangkunya.

  ❄•❄

Happy birthday uri namja chingu!!💐🎉

No limit gon touch the sky, iKON!❤

If You | Jenbin [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang