MEWARNAI

21 3 13
                                    

Koja, 15 September 2019

Cast : Heru, Yaritsa, Yuren (4 tahun) dan Baby Hail (17 bulan)

🐼🐼🐼🐼

.
.
.

Tiba dirumah dinasnya, Heru disambut anak perempuan yang sudah terlihat cantik dengan wangi khas bedak bayi dan minyak telon, pertanda telah dimandikan oleh sang ibu, membukakan pintu untuknya. Heru masuk setelah mencium pucuk kepala si sulung yang kini berusia 4 tahun.

"Ibu mana?" Tanya Heru saat tak mendapati istrinya dikamar mereka dekat ruang tamu.

"Lagi mandiin dedek Hail," jawab Yuren dengan masih bergelayut manja dilengan ayahnya.

Tak lama, Yaritsa keluar dari kamar mandi dengan mengendong Hail yang terbungkus handuk. Terlihat istrinya juga sudah mandi.

Si anak laki-laki meronta turun begitu melihat Ayahnya, duduk disofa tengah melepas kaos kaki. Dengan jejak langkah yang sudah pasti, berlari menuju Heru yang langsung membawanya dalam pangkuan lalu mencium pipi gembil itu.

"Mas mau langsung mandi?" tanya Yaritsa setelah mencium tangan suaminya, diraihnya tas kerja Heru untuk diletakkan dikamar tidur mereka. Yuren mengikuti dibelakangnya, lalu ikut keluar begitu ibunya keluar kamar.

Heru menggeleng, melirik sebentar ke arah jam, masih setengah empat. "Mas mau tiduran sebentaran dulu," jawabnya sambil mengeringkan rambut Hail yang masih agak basah. "Dari siang tadi rasanya ngantuk sekali."

"Mau aku buatin wedang jahe pas buka nanti," tawar Yaritsa. "Takutnya kamu masuk angin."

"Boleh, tuh."

Yaritsa mengambil alih Hail dan langsung menuntun putranya keruang tengah, dimana baju dan peralatan lainnya sudah ia siapkan disana.

Setelah meletakkan sepatu ditempatnya, Heru bergegas masuk kamar mandi untuk mencuci muka dan kaki, diliriknya Yuren sedang menunggunya didepan pintu.

"Kakak kenapa?" tanya Heru pada putrinya, begitu keluar dari kamar mandi lalu berjalan menuju kamar tidurnya.

Yuren bergegas mengikuti Heru ke kamar tidur. "Ayah, aku pinjem laptop ayah boleh?"

"Boleh nak, buat apa?"

"Yuren mau mewarnai."

"Oh, pake paint ya? Iya boleh..."

Heru meraih tas kerjanya lalu mengeluarkan laptop warna putih yang biasa ia gunakan untuk bekerja.

"Iya... Pinjem yaa yah...."

"Iya... Ayah mau tidur sebentar, jangan diganggu ya nak."

"Oke Bos!" pekik Yuren kegirangan sambil membawa laptop pabrikan Azus itu ke ruang tamu.

Agak sore menjelang berbuka Heru terbangun lalu bergegas mandi. Menunggu waktu berbuka sambil bertilawah dengan Hail dipangkuannya. Yuren turut sibuk dengan ibunya didapur, menata piring dan gelas diatas alas yang digelar diruang keluarga.

"Gimana nak mewarnainya?"

"Sudah yah... Gambar kakak bagus loh, yah." Raut Yuren terlihat bangga.

"Ya wes... Terus laptop ayah ditaruh dimana?"

"Di meja kerjanya ayah."

Heru mendongak ke arah meja kerja yang berada disudut ruang keluarga. "Sip! Habis ini mau ayah pake."

Sehabis shalat maghrib, Heru bergegas mencari laptopnya dimeja kerjanya.

Air muka Ayah dua anak itu terlihat shock mendapati keadaan bagian dalam seluruh laptopnya yang sudah terwarnai dengan berbagai warna.

Air muka Ayah dua anak itu terlihat shock mendapati keadaan bagian dalam seluruh laptopnya yang sudah terwarnai dengan berbagai warna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Astaghfirullaah... Duh, Ya Allah..." Dengkul Heru nyaris lemas.

"Kenapa mas?" tanya Yaritsa dari dalam kamar. Wanita itu bergegas menuju Heru dengan masih memakai mukena, berniat mengajarkan tahsin pada Yuren namun terhenti begitu mendengar pekikan kaget suaminya.

"Yuren, laptop ayah yang kamu warnain?" Tanya Heru dengan suara agak gemas.

Mengangguk bangga, gadis kecil itu menghampiri sang ayah. "Aku kasih warna yang bagus. Cantik kan, yah?" Yuren tersenyum lebar tanpa beban dosa.

Melirik sendu pada sang istri yang tak kalah terkejut, Heru membuang nafas panjang seakan pasrah. Bahunya turun serendah-rendahnya.

"Nanti, aku bantuin bersihin mas." Yaritsa ikutan meringis, " aku coba bersihin pake aceton." Ucapnya lagi sambil mengelus-ngelus bahu sang Suami sambil berbisik, 'sabar ya, mas...'

.
.
.
.
.
.

Terinsipirasi dari IG. Masih kaku ya? Subhanallaah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sakinah BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang