WARNING!!
cerita ini tidak bermaksud untuk menyinggung atau menyakiti perasaan siapapun. Diharapkan menjadi pembaca yang bijak.
____________________________________
Tiati typo bertebaran!
____________________________________Pagi ini arin sedang bersiap untuk wawancara pekerjaan barunya. Ya, ia akan pergi ke gedung POM (project of modeling) atas tawaran Hera semalam.
"Apa lagi yang harus ku bawa?" Gumamnya. setelah dirasanya cukup, arin melangkahkan kakinya keluar.
Ting!
Itu suara ponselnya, hampir saja arin lupa membawanya jika saja benda pipih itu tidak berbunyi.
"Ah ponsel!" Arin bergerak masuk kembali dan melihat isi dari notifikasi di handphonenya.
"Ommo!"
-ini jimin yang tampan, tolong simpan nomorku^^-
Kira kira begitulah isi pesan yang dikirim jimin padanya dan tentu saja sukses membuat sang empu terkejut sekaligus bangga. Jika fans biasanya hanya dapat menonton konser, menstalk tentang kebiasaan biasnya, namun apa yang terjadi padanya? Ia sangat beruntung!
Tapi bukan arin jika ia langsung membalas pesan, maka dari itu ia hanya membacanya dan menyimpan nomor jimin di kontak ponselnya.
Skip.
Sesi wawancara selesai, saatnya pulang. Namun aksinya terhenti ketika ia hendak berjalan keluar dari sebuah cafe dan terhadang pria yang tiba tiba saja berdiri didepannya.
"Oh!" Pekiknya, hampir saja ia menabrak pria itu.
"Kenapa hanya dibaca?" Arin mendongak
"o-oh em.. lalu harus ku jawab apa?" Ya, itu jimin.
"Apa saja, kau tahu? Aku pikir kau marah padaku karena kau hanya membaca pesanku" arin menggeleng pelan
"Aniyo, memangnya kau pikir aku marah karena apa?" Jimin membuat ekspresi seperti sedang berpikir "emm.. karena kemarin aku tidak mau pulang?" Perkataannya itu sukses membuat arin terkekeh kecil
"Pftt.. bodoh, mana mungkin" jimin terkejut "oh! kau mengumpati-ku?" Arin kembali menggelengkan kepalanya
"Ani, itu fakta. Neo babo-ya" (kau bodoh) jawabnya enteng
"Aishh lucu sekali" jimin balas mengusak rambut arin hingga membuat sang empu mengerucutkan bibirnya sebal
"ah Hentikan! Rambutku berantakan"
Skip.
"Ayo masuk" ajak Arin pada pria yang sedang bermanja di depan pintu
"y-yak! Ada apa denganmu? Berhenti mengelus pintuku. Cepat masuk" suruhnya lagi
"mian hehe.. aku sedang belajar akting" jimin hanya tersenyum lebar yang sialnya sangat tampan sekaligus manis- opss.. hentikan arin, apa yang kau pikirkan?
"Ohoo jadi kau belajar akting bersama pintu?" Jimin menjawab cepat "aniyo, terkadang dengan kulkas dan kompor juga" arin hanya menggelengkan kepalanya
"Ah ya, bagaimana keadaanmu?" Suara arin terdengar dari arah dapur "eoh sudah lebih baik, berkatmu juga" jimin tersenyum kecil walau dirinya tahu bahwa arin tak bisa melihatnya