At Noon, That Maid Shiver

52 7 5
                                    

Hai, terima kasih untuk para pembaca di chapter sebelumnya. Maaf update chapter ini begitu lama, selamat membaca ^^

Disclaimer, Black Butler © Yana Toboso
Original Character, Black Maid © Lokice5

⚜️⚜️⚜️

Sepi menyelimuti mereka berdua dalam kereta kuda itu.
Beau menatap kedua tangan dipangkuannya, memikirkan bagaimana keadaan Drossel di tempat ayahnya.

Apakah berhasil? Kapan aku bisa bertemu dengannya? Aku ingin semua ini cepat berakhir..

"kau baik-baik saja, Beau?"

Tiba-tiba Ciel membuyarkan lamunan Beau.

"kita akan segera sampai, aku ingin kau mengenakan ini"
Ciel mengoper kain hitam ke Beau, sebuah jubah?

"aku tahu kau anak Undertaker bukanlah anak sembarangan, kau sudah berjanji akan membantuku bukan? Aku ingin kau melakukan..."

Beau mendengarkan Ciel dengan seksama, lalu matanya membulat tidak percaya dengan suruhan Ciel.
Beau berpikir keras. Benar dia sudah berjanji untuk membantu, namun..
Beau hanya meremas jubah hitam itu, tangan kanannya memegang sebilah pisau.

/phantomhive town house/

Saat itu langit gelap di kota London, suara petir bergemuruh menandakan hujan akan segera turun. Ciel turun dari kereta kuda disusul Beau yang mengenakan jubah hitam berkerudung. Dihadapan mereka berdiri megah rumah singgah keluarga Phantomhive.
Beau menatap ragu-ragu pada bangunan itu, dia menelan ludahnya.
Ciel melangkahkan kakinya, lalu menoleh kearah Beau dari bahunya.

"ingat apa suruhanku, jangan mengacaukannya. Aku akan menyapa adik kesayanganku."

Ciel melanjutkan langkahnya, berdiri di depan pintu tepat saat Soma membukakan pintu

"Ciel rupanya! Ayo masuk, diluar dingin kan? Hidangan buatan Agni akan menghangatkanmu!"

Soma menarik kedua tangan Ciel masuk kedalam. Beau masih terdiam diluar, tidak yakin dengan apa yang akan dia lakukan.

"jangan seenaknya menyentuhku!"

Bentakan Ciel dari dalam ruangan membuyarkan lamunan Beau, dia segera menyusul ke dalam saat Ciel sudah menodongkan pistolnya dihadapan Soma. Saat itu datang Agni tepat saat peluru diluncurkan, tangan Soma terluka. Lalu suasana menjadi kacau.

Beau menusukkan pisau ke rusuk Agni.

/flashback/

"Soma, Agni.. mulai hari ini kalian akan dibantu seorang pelayan lagi"

Ciel mengarahkan tangannya pada seorang gadis. Seumuran Soma kira-kira.
Dia sangat putih, benar-benar putih karena rambutnya yang berkilau bagai kilatan bilah pedang yang biasa dilukiskan dengan gagah menemani tuannya dalam pertempuran.
Rambutnya sangat panjang hingga menyentuh betisnya, diikat kuncir dua dengan pita hitam.
Kulitnya seputih salju, nyaris pucat. Namun itu bukan hal yang buruk dari penampilannya, karena bibirnya tidak terlihat pucat sama sekali, justru berwarna merah. Merah muda yang teduh, seperti bunga mawar yang sudah luntur warnanya karena diseduh menjadi teh.
Dan matanya, sejernih danau bewarna hijau kebiruan. Dia seperti boneka hidup..
Gadis itu membungkuk memberikan salam pada Soma dan Agni.

"dia relasi dari Undertaker, rukun-rukun lah kalian. Aku tidak punya banyak waktu, aku akan pergi sekarang. Ayo Sebastian"

Ciel menepuk pundak Beau sebelum pergi, meninggalkan Beau dengan Soma dan Agni di rumah itu.

Bibir Soma bergetar, dia terlihat menahan dirinya.

"uwaaaahh kau manis sekali!!"

Soma tidak bisa menahan diri lagi, dia menghamburkan pelukannya pada Beau. Beau hanya terdiam dalam pelukan Soma, dilihatnya rambut Soma yang berwarna langka seperti buah Plum, Beau suka warna itu.

"tu-tuan Soma, apa yang tuan lakukan"
Agni terbata-bata, berusaha menyentuh Soma namun tidak berani.

Soma lalu melayangkan tatapan galak pada Agni

"bagaimana sih Agni, aku kan hanya menyambut keluarga baru kita"

Keluarga katanya..

"karena kita tinggal serumah, dan akan melakukan banyak hal bersama kita adalah keluarga, bocah kecil yang membawamu kemari tadi itu adalah adikku hahaha"

tawa Soma lepas, sangat ringan dan terdengar bebas. Beau tertegun melihatnya dan keceriaan yang terpancar darinya.

//

Namun keceriaan itu tidak terlihat pada wajah Soma kali ini. Wajahnya ngeri dan takut saat melihat sosok berjubah Beau menusukkan pisau pada Agni.
Beau memejamkan matanya, pedih. Namun dia harus melesaikan tugasnya.

Dikejarnya Agni yang membawa Soma berlindung di salah satu ruangan. Agni mengunci dan menahan pintu itu. Terdengar teriakan dan tangisan Soma dari dalam ruangan.
Pilu.

/flashback/

"hei, kau tau.. dari tempat kelahiranku ada kucing yang saaaangatt besar berwarna persis seperti rambutmu"

Soma mendekatkan dirinya pada Beau yang sedang membersihkan salah satu jendela koridor Phantomhive townhouse.

"bu-bukan menghina loh ya, justru kucing itu sangat dihormati dan kami sangat sayang padanya. Benar-benar kucing yang cantik"

Soma tersenyum pada Beau. Beau menghentikan gerakan tangannya yang mengusap kaca jendela dengan lap.

"sama seperti kamu, sangat cantik dan kami sayang padamu"

Beau menatap Soma, dia mencari-cari sesuatu dari mata Soma. Kebohongan? Omong kosong? Kejahilan? Seperti yang biasa Soma lakukan. Namun tidak ada, yang Beau lihat hanya binar mata yang bercahaya terkena kilau matahari dari luar jendela. Sangat hangat.

"Aku tahu ini tiba-tiba dan aku orang yang ceroboh, tapi aku tidak akan mengulangi kesalahanku sebelumnya."

Soma menatap Beau dengan serius

"suatu hari nanti, aku akan membawamu pulang dan mengajakmu menikah"

Beau tertegun, terlihat senyum Soma yang sangat tulus. Menghujani hati Beau dengan kehangatan.

//

Hangat itu tidak lagi Beau rasakan. Dia menggigil, seperti banyak duri-duri Es menusuk dirinya seirama dengan tusukan pisaunya ketubuh Agni berkali-kali. Beau menahan air matanya.

"maafkan aku..." suara Beau lemah,
Namun Agni menyadari suara itu tepat sebelum tusukan terakhir dan pergi tiada.

Tangan Beau bergetar.
Darah menetes segar dan mengalir melalui jari jemarinya yang lentik.
Dia melihat kearah Ciel yang berada di ujung koridor, memberikan tatapan kosong padanya.
Beau merasa takut, dia hanya ingin semua ini cepat selesai dan kembali pada pelukan Drossel.

Dia melihat Ciel mengukir sebuah pesan di dalam kamarnya

WHO STOLE THE CANDY FROM MY TUMMY

Beau tidak tahu pasti apa maksud pesan itu. Wajahnya terlihat lelah dengan darah bersimbah di tangannya.

"ayo kita pergi, pesan sudah disampaikan. Sekarang kita pulang."

Ucap Ciel berjalan melalui Beau begitu saja. Dingin sekali. Tangan Beau masih bergetar, dia berharap tujuan selanjutnya tidak menyiksanya seperti ini.

Chapter 2 End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang